RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH
Berbakti Kepada Kedua Orangtua
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Berbakti kepada
kedua orangtua atau ”birrul walidain’’ dianjurkan oleh Allah Swt. Ia
memerintahkan hal ini dan memuji sebagian Rasul-Nya yang telah berbakti kepada
kedua orangtuanya, untuk itu Ia berfirman sehubungan dengan nabi Yahya As, ”Dan seorang yang berbakti kepada kedua
orangtuanya, dan bukanlah ia seorang yang sombong lagi durhaka” [Maryam
19;14].
"Seorang datang
kepada Nabi Saw. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi Saw
bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orangg tua?"
Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Saw bersabda, "Untuk
kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih).
Nabi Saw melarangnya ikut berperang karena dia lebih diperlukan kedua orang tuanya untuk mengurusi mereka. Padahal jihad merupakan amal yang besar pahalanya bahkan wafat didalamnya dinnyatakan mati syahid, tapi ketika kondisi tertentu lebih utama menjaga orangtua.
Diriwayatkan dalam
sebuah hadits bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw,
”Siapakah orang yang paling berhak ku baktikan diriku kepadanya?”, Rasulullah
menjawab,”Ibumu”, ia bertanya kembali,”Kemudian siapa lagi?” Rasulullah
menjawab,”Ibumu”, ia bertanya lagi,”kemudian siapa lagi?” Rasulullah
menjawab,”Ibumu”, ”Kemudian siapa lagi?”, Rasulullah menjawab,”Ayahmu”. [HR.Bukhari dan Muslim].
Dari dialog sahabat dengan Rasulullah tersebut dinyatakan
bahwa berbakti kepada orangtua adalah satu kewajiban yang harus ditunaikan
seorang anak terutama kepada ibunya yang telah mengandung, melahirkan,
membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang. Seorang sahabat
bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan
dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu,
kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat
kepadamu.".
Imam An Nawawi
dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 40 dengan judul
“Berbakti
Kepada Kedua Orangtua Dan Mempererat Keluarga”
Allah Ta'ala berfirman:"Dan
sembahlah Allah serta jangan menyekutukan sesuatu denganNya. juga berbuat
baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang menjadi kerabat, tetangga yang bukan kerabat, teman seperjalanan,
orang yang dalam perjalanan dan bambasahaya yang menjadi milik tangan
kananmu." (an-Nisa': 36).
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan namaNya engkau semua
saling menuntut hak dan peliharalah kekeluargaan." (an-Nisa': 1)
"Orang-orang
yang berakal ialah mereka yang memperhubungkan apa yang diperintahkan untuk diperhubungkan
oleh Tuhan - yakni shilatur
rahmi." (ar-Ra'ad: 21)
Allah Ta'ala berfirman
lagi:"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya berbuat
baik kepada kedua orangtuanya." (al-Ankabut: 8).
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau semua jangan
menyembah melainkan Dia dan supaya engkau semua berbuat baik kepada kedua
orangtua. Dan kalau salah seorang di antara keduanya atau keduanya ada di
sisimu sampai usia tua, maka janganlah engkau berkata kepada keduanya dengan ucapan
"cis", dan jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi ucapkanlah
kepada keduanya itu ucapan yang mulia - penuh kehormatan. "Dan turunkanlah
sayap kerendahan - maksudnya: Rendahkanlah dirimu - terhadap kedua orangtuamu
itu dengan kasih-sayang dan katakanlah: "Ya Tuhanku, kasihanilah kedua
orang tuaku itu sebagaimana keduanya mengasihi aku di kala aku masih kecil."
(al-lsra': 23-24).
Juga Allah Ta'ala
berfirman:"Dan Kami - Allah - berwasiat kepada manusia supaya berbuat
baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya
telah mengandungnya dengan menderita kelemahan di atas kelemahan - yakni
terus -menerus - dan ceraian susuannya dalam dua tahun. Hendaknya engkau
bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orangtuamu." (Luqman: 14)
Dari Abu Abdirrahman
yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya kepada Nabi s.a.w.:
"Manakah amalan yang lebih tercinta disisi Allah?" Beliau menjawab:
"Yaitu shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian
apakah?" Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya
bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu
berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a.
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidak cukuplah seseorang anak
terhadap orangtuanya - sebagaimana imbangan jasa,kecuali apabila anak itu
menemui orangtuanya sebagai hambasahaya, lalu membelinya kemudian
memerdekakannya." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a.
pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menghubungi -
mempereratkan - kekeluargaannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka berkatalah yang baik atau - jikalau tidak dapat - berdiam
sajalah." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a.
pula, katanya: "Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala
menciptakan seluruh makhluk, kemudian setelah selesai dari semuanya itu lalu
rahim - kekeluargaan - itu berdiri terus berkata: "Ini adalah tempat orang
yang bermohon kepadaMu - Tuhan - daripada perpisahan." Allah berfirman:
"Ya, apakah engkau rela jikalau Aku perhubungkan orang yang menghubungimu
- kekeluargaan - dan Aku memutuskan orang yang memutuskanmu?" Rahim
menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Jadi keadaan yang
sedemikian itu tetap untukmu - yang meng hubungi atau yang memutuskan."
Selanjutnya Rasulullah
s.a.w. bersabda:"Bacalah jikalau engkau semua menghendaki - firman Allah
yang artinya: "Apakah barangkali andaikata engkau semua berkuasa, engkau
semua akan membuat
kerusakan di bumi
dan memutuskan ikatan kekeluargaan? Orang-orang yang sedemikian itulah
yang dilaknat oleh Allah, kemudian ditulikan pendengarannya oleh Allah serta
dibutakan penglihatannya." - Surah Muhammad: 22-23. (Muttafaq 'alaih).
Dari Abu Hurairah r.a.
lagi, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu
berkata: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya
persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni siapakah yang lebih utama untuk
dihubungi secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia
bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu."
Orang itu sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab
lagi: "Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa
lagi." Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih).
Dalam riwayat lain
disebutkan:"Ya Rasulullah. Siapakah orang yang lebih berhak untuk
dipersahabati - dihubungi - secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab:
"Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang yang terdekat
denganmu, yang terdekat sekali denganmu."
Dari Abu Hurairah r.a.
pula dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat
pada tanahlah hidungnya, sekali lagi melekat pada tanahlah hidungnya -
maksudnya memperoleh kehinaan besarlah - orang yang sempat menemui kedua
orangtuanya di kala usia tua, baik salah satu atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat masuk syurga -
sebab tidak berbakti kepada
orangtuanya." (Riwayat Muslim).
Dari Abu Hurairah r.a.
pula bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya
saya itu mempunyai beberapa orang kerabat, mereka saya hubungi - yakni saya
pereratkan ikatan kekeluargaannya, tetapi mereka memutuskannya, saya berbuat
baik kepada mereka itu, tetapi mereka berbuat buruk pada saya, saya bersikap
sabar kepada mereka itu, tetapi mereka menganggap bodoh mengenai sikap saya
itu." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau benar sebagaimana
yang engkau katakan itu, maka seolah-olah mereka itu engkau beri makanan abu
panas -yakni mereka mendapat dosa yang besar sekali. Dan engkau senantiasa
disertai penolong dari Allah dalam menghadapi mereka itu selama engkau benar
dalam keadaan yang sedemikian itu." (Riwayat Muslim).
Dari Anas r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ingin supaya
diluaskan rezekinya dan diakhirkan ajalnya, maka hendaklah mempereratkan ikatan
kekeluargaannya." (Muttafaq 'alaih) Makna Yunsa-alahu fi atsarihi yaitu
diakhirkan ajalnya yakni diperpanjangkan usianya.
Dari Anas r.a. pula,
katanya: "Abu Thalhah adalah seorang dari golongan kaum Anshar di Madinah
yang banyak hartanya, terdiri dari kebun kurma. Di antara harta-hartanya itu
yang paling dicintai olehnya ialah kebun kurma Bairuha'. Kebun ini letaknya
menghadap masjid - Nabawi di Madinah. Rasulullah s.a.w. suka memasukinya dan
minum dari airnya yang nyaman. Ketika ayat ini turun, yang artinya:
"Engkau semua tidak akan memperoleh kebajikan sehingga engkau semua suka
menafkahkan dari sesuatu yang engkau semua cintai," maka Abu Thalhah
berdiri menuju ke tempat Rasulullah s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah,
sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:
لَن
تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ
(ali-lmran: 92)
Padahal hartaku yang
paling saya cintai ialah kebun kurma Bairuha', maka sesungguhnya kebunku itu
saya sedekahkan untuk kepentingan agama Allah Ta'ala. Saya mengharapkan
kebajikan serta sebagai simpanan - di akhirat - di sisi Allah. Maka dari itu
gunakanlah kebun itu ya Rasulullah, sebagaimana yang Allah memberitahukan
kepada Tuan. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Aduh, yang sedemikian
itu adalah merupakan harta yang banyak keuntungannya - berlipat ganda pahalanya
bagi yang bersedekah, yang sedemikian itu adalah merupakan harta yang banyak
keuntungannya."Saya telah mendengar apa yang engkau ucapkan dan sesungguhnya
saya berpendapat supaya kebun itu engkau berikan kepada kaum keluargamu -
sebagai sedekah."
Abu Thalhah berkata:
"Saya akan melaksanakan itu, ya Rasulullah." Selanjutnya Abu Thalhah
membagi-bagikan kebun Bairuha' itu kepada keluarga serta anak-anak
pamannya." (Muttafaq 'alaih).
Dari Abdullah bin Amr
bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ada seorang lelaki menghadap
Nabi s.a.w. lalu berkata: "Saya berbai'at kepada Tuan untuk ikut berhijrah
serta berjihad yang saya tujukan untuk mencari pahala dari Allah Ta'ala."
Beliau bertanya: "Apakah salah seorang dari kedua orangtuamu itu masih ada
yang hidup?" Orang itu menjawab: "Ya, bahkan keduanya masih
hidup." Beliau bersabda: "Apakah maksudmu hendak mencari pahala dari
Allah Ta'ala?" Ia menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Kalau
begitu kembali sajalah ke tempat kedua orangtuamu, lalu berbuat baiklah dalam
mengawani keduanya itu."(Muttafaq 'alaih).
"Ada seorang lelaki
datang kepada Nabi s.a.w. lalu memohon izin kepada beliau untuk ikut berjihad,
lalu beliau bersabda: "Adakah kedua orangtuamu masih hidup?" Ia
menjawab: "Ya." Lalu beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu,
berjihadlah dalam kedua orangtuamu itu - dengan berbuat baik dan memuliakan
keduanya itu."
Dari Abdullah bin Amr
bin al-'Ash r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Bukannya orang
yang menghubungi - mempererat kekeluargaan - itu dengan orang yang mencukupi -
yakni yang sama-sama menghubunginya, tetapi orang yang menghubungi itu ialah
orang yang apabila keluarganya itu memutuskan ikatan kekeluargaannya, lalu ia
suka menghubunginya - menyambungnya kembali." (Riwayat Bukhari)
Dari
Zainab as-Tsaqafiyah iaitu isteri Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu
wa'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersedekahlah engkau
semua, hai kaum wanita dari perhiasan-perhiasanmu." Zainab berkata:
"Saya lalu kembali ke tempat Abdullah bin Mas'ud, lalu saya berkata:
"Sesungguhnya engkau ini seorang lelaki yang ringan tangannya - maksudnya
dalam keadaan kurang harta, dan sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah
memerintahkan kita untuk memberikan sedekah. Maka datanglah engkau kepada
beliau dan tanyakanlah, jikalau sekiranya yang sedemikian itu mencukupi
daripadaku, maka akan saya berikan saja padamu maksudnya ialah jikalau hartaku
sendiri ini boleh diberikan kepada sesama keluarga, tentu lebih baik untuk
kepentingan keluarga saja. Tetapi jikalau tidak mencukupi yang sedemikian itu -
yakni tidak boleh kepada keluarga sendiri, maka akan saya berikan kepada orang
lain."
Abdullah - suaminya -
berkata: "Bahkan engkau saja yang datang pada beliau."
Kemudian saya - Zainab -
berangkat, tiba-tiba ada seorang wanita dari kaum Anshar yang sudah ada di
pintu Rasulullah s.a.w., sedang keperluanku sama benar dengan keperluannya.
Rasulullah s.a.w. itu
besar sekali kewibawaan yang ada padanya. Kemudian Bilal keluar menemui kita,
lalu kita berkata: "Datanglah kepada Rasulullah s.a.w., kemudian
beritahukanlah bahawasanya ada dua orang wanita sedang menanti di pintu untuk
bertanya kepada Tuan: "Apakah sedekah itu mencukupi, jikalau diberikan
saja kepada suami-suaminya serta anak-anak yatim yang ada dalam tanggungannya?
Tetapi janganlah diberitahukan siapa kita yang datang ini!" Bilal lalu
masuk kepada Rasulullah s.a.w., kemudian menanyakan soal di atas itu.
Rasulullah s.a.w. bertanya: "Siapakah kedua orang itu?" Bilal
menjawab: "Seorang wanita dari kaum Anshar dan yang seorang Zainab."
Rasulullah s.a.w. bertanya: "Zainab yang mana - sebab nama Zainab
banyak." Bilal menjawab: "Zainab isteri Abdullah." Kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kedua wanita itu mendapatkan dua pahala -jikalau
diberikan kepada keluarganya sendiri, yaitu pahala karena kekeluargaan dan
pahala sedekahnya." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Sufyan yaitu
Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang perihal kisahnya Hercules,
bahawasanya Hercules berkata kepada Abu Sufyan: "Dia menyuruh apakah
kepadamu semua?" - yang dimaksudkan ialah Nabi s.a.w. Abu Sufyan menjawab:
Saya lalu berkata: "Nabi itu mengucapkan demikian: "Sembahlah Allah
yang Maha Esa dan jangan menyekutukan sesuatu denganNya.Juga tinggalkanlah
apa-apa yang diucapkan oleh nenek moyangmu - tentang i'tikad yang
salah-salah.Dia menyuruh pula kepada kita supaya kita melakukan shalat, berkata
benar, menahan diri dari menjalankan keharaman serta mempererat
kekeluargaan."(Muttafaq 'alaih)
Dari
Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika ayat ini turun yaitu yang artinya: Dan
berilah peringatan kepada kaum keluarga-mu yang dekat-dekat - as-Syu'ara' 214,
lalu Rasulullah s.a.w. mengundang kaum Quraisy, kemudian merekapun
berkumpullah, undangan itu ada yang secara umum dan ada lagi yang khusus, lalu
beliau bersabda: "Hai Bani Ka'ab bin Luay, selamatkanlah dirimu semua dari
neraka. Hai Bani Murrah bin Ka'ab, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai
Bani Abdu Syams, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdu Manaf,
selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Hasyim, selamatkanlah dirimu
semua dari neraka. Hai Bani Abdul Muththalib, selamatkanlah dirimu semua dari
neraka. Hai Fathimah - puteri Rasulullah s.a.w., selamatkanlah dirimu dari neraka,
karena sesungguhnya saya tidak dapat memiliki sesuatu untukmu semua dari Allah
- maksudnya saya tidak dapat menolak siksa yang akan diberikan oleh Allah
padamu, jikalau engkau tidak berusaha menyelamatkan diri sendiri dari neraka.
Hanya saja engkau semua itu mempunyai hubungan kekeluargaan belaka - tetapi ini
jangan diandal-andalkan untuk dapat selamat di akhirat. Saya akan membasahinya
dengan airnya." (Riwayat Muslim).
Dari Abu Ayyub, iaitu
Khalid bin Zaidal-Anshari r.a. bahwa ada seorang lelaki berkata: "Ya
Rasulullah, beritahukanlah kepada saya suatu amalan yang dapat memasukkan saya
ke dalam syurga." Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Engkau supaya
menyembah kepada Allah dan janganlah engkau menyekutukan sesuatu denganNya,
juga supaya engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mempererat ikatan
kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
Dari Salman bin 'Amir
r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Jikalau seseorang dari engkau semua itu
berbuka, maka berbukalah atas kurma, sebab sesungguhnya kurma itu ada berkahnya,
tetapi jikalau tidak menemukan kurma, maka hendaklah berbuka atas air, sebab
sesungguhnya air itu suci."
Selanjutnya beliau
s.a.w. bersabda:"Bersedekah kepada orang miskin adalah memperoleh satu
pahala sedekah saja, tetapi kepada - orang miskin - yang masih ada hubungan
kekeluargaan, maka memperoleh dua kali, iaitu pahala sedekah dan pahala
mempereratkan kekeluargaan." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam
Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma, katanya: "Di bawah saya ada seorang wanita -
maksudnya: Saya mempunyai seorang isteri - dan saya mencintainya, sedangkan
Umar - ayahnya membencinya, lalu Umar
berkata kepadaku: "Ceraikanlah isterimu itu!" sedang saya enggan
melakukannya. Umar lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian menyebutkan keadaan
yang sedemikian itu, maka Nabi s.a.w. bersabda: "Ceraikanlah wanita
itu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Imam Termidzi
mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abuddarda' r.a.
bahwasanya ada seorang lelaki datang kepadanya: "Sesungguhnya saya
mempunyai seorang isteri dan sesungguhnya ibuku menyuruh kepadaku supaya aku
menceraikannya." Kemudian Abuddarda' berkata: "Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orangtua adalah pintu yang paling tengah di antara
pintu-pintu syurga." Maka jikalau engkau suka, buanglah pintu itu - tidak
perlu mengikuti perintahnya atau tidak berbakti padanya, tetapi ini adalah dosa
besar, atau jagalah pintu tadi - dengan mengikuti perintah dan berbakti dan ini
besar pahalanya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa
ini adalah Hadis shahih.
Berbakti kepada orangtua banyak manfaatnya, diantaranya
dapat menebus dosa yang dilakukannya sebagaimana hadits berikut ini, ”Ada seorang lelaki yang datang kepada
Rasulullah lalu bertanya, ”Sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa besar,
apakah ada taubat bagiku?” Nabi balik bertanya, ”Apakah engkau mempunyai ibu?”,
lelaki itu menjawab, ”Tidak ada”, apakah engkau mempunyai bibi ? tanya Rasul.
Ia menjawab, ”Iya punya”, Maka berbaktilah kepadanya”, kata Rasulullah”
[HR. Turmuzi].
Dari beberapa ayat dan hadits diatas memang keberadaan
anak di dunia ini harus mempersembahkan sesuatu kepada kedua orangtuanya, bukan
sembahan berupa materi, kemewahan dan bukan pula pangkat serta kejayaan, tapi
persembahan; memperlakukan orangtua dengan santun, penuh kasih sayang dan penuh
perhatian, tanpa perantara mereka mustahil kita dapat hadir menikmati hidup
ini.
Kita melihat sirah Rasulullah dan para sahabatnya, pituah
Rasulullah wajib diikuti oleh setiap muslim. Memang ada seorang sahabat yang
datang menceritakan bagaimana orangtua memperlakukannya dengan kejam, kasar dan
tidak manusiawi, tapi Rasulullah memberi jawaban bahwa seorang anak tetap harus
menunjukkan santun dan baktinya kepada orangtua, walaupun dahulu orangtuamu
memperlakukanmu dengan buruk, bahkan mungkin dahulu kamu diiris-iris dengan
pisau sekalipun. Wallahu
A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 04 Zulqaidah 1434.H/09 September
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar