RIYADUSH
SHALIHIN
DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH
Hak Tetangga
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Kualitas hubungan kita dengan tetangga adalah cermin diri
kita. Jika hubungan dengan tetangga buruk, kita buruk. Jika baik, kita baik.
Hal ini pernah ditanyakan Abdullah bin Mas’ud kepada Rasululllah saw.
“Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya telah berbuat baik dan berbuat
buruk?” Rasulullah saw. menjawab, “Apabila engkau mendengar tetanggamu
mengatakan bahwa engkau berbuat baik, maka engkau telah berbuat baik. Dan
apabila engkau mendengar mereka berkata bahwa engkau berbuat jahat, maka engkau
telah berbuat jahat.” (Ibnu Majah).
Jadi, jangan sampai tetangga kita memberi kesaksian yang
buruk kepada kita. Perhatikanlah sampah rumah kita, jangan sampai dibuang ke
pekarangan mereka. Jangan keraskan suara radio kita hingga mengganggu tidur
tetangga. Jangan biarkan anak-anak Anda memamerkan mainan barunya yang membuat
anak tetangga Anda iri sementara orang tua mereka tidak mampu membelikan. Tentu
ini sangat menyakitkan hati mereka. Masih banyak lagi perbuatan yang harus kita
jaga agar tidak menyakiti tetangga. Ketahuilah, mereka akan bersaksi tentang
semua perangai kita di harapan Allah kelak! [Tetangga: Satu Pintu Surga Bagi Kita, alhikmah.ac.id].
Tetangga kita mempunyai hak atas diri kita atau sesuatu
yang harus kita berikankepadanya atau yang harus kita terima darinya. Agama
Islam banyak menerangkanhak tetangga yang seharusnya dikerjakan oleh
pemeluknya.Pertama, Abul Laist As-Samarqandi meriwayatkasn dengan sanadnya dari
Adbdullahbin Mas'ud, berkata Rasulullah Saw:Artinya: "Demi dzat yang aku berada di
dalamnya, tidaklah Islam seorang hamba sehingga selamat orang dari gangguan
hati dan dan tangannya, dan tidak beriman seorang hamba sehingg tetanggany aman dari gangguannya Sahabat bertanya apakah gangguan
gangguanya itu ya Erasululah Jawab nabi "tipuan dan aniaya".
Abul Laits As Samarqandi meriwaywtkan dengan sanadnya
dari al has dan albahri berkata Rasulullah bertanya "Apakah hak tetangga terhadap tetangganya ?
Jawab nabi " jika kau hutangi, jika mengundang kau datangi, jika
tertimpa musibah, kau hibur, jika mendapat
keuntungan / kenangan kau beri selamat, jika mati kau antar jenazahnya,
jika pergi kau jagakan rumah dan anak anaknya, dan jangan kau mengganggunya dengan bau masakanmu kecuali kau
berikan hadiyah dari masakanmu kepadanya .[KH. Drs. Imam
Badr, Hak Tetangga].
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 39
dengan judul“
Hak
Tetangga Dan Berwasiat Dengannya”
Allah Ta'ala berfirman:"Dan
sembahlah Allah serta jangan menyekutukan sesuatu denganNya. Juga berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman seperjalanan, sepekerjaan,
sesekolah dan lain-lain - orang yang dalam perjalanan dan - lalu kehabisan
bekal -hambasahaya yang menjadi milik tangan kananmu." (an-Nisa': 36).
Dari Ibnu Umardan Aisyah
radhiallahu 'anhuma, keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak henti-hentinya Jibril
memberikan wasiat kepadaku supaya berbuat baik kepada tetangga, sehingga saya
menyangka seolah-olah Jibril akan memasukkan tetangga sebagai ahli waris -yakni
dapat menjadi ahli waris dan tetangganya." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Zar r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar, jikalau engkau
memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan saling berjanjilah dengan
tetangga-tetanggamu - untuk saling beri-memberikan." (Riwayat Muslim).
Dalam riwayat Imam
Muslim lainnya, juga dari Abu Zar, katanya: "Kekasihku s.a.w. berwasiat
padaku demikian: "Jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyakkanlah
airnya, kemudian lihatlah keluarga dari tetangga-tetanggamu, lalu berilah
mereka itu dengan baik-baik."
Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Demi Allah,
tidaklah beriman; demi Allah, tidaklah beriman; demi Allah, tidaklah
beriman!" Beliau s.a.w. ditanya: "Siapakah, ya Rasulullah."
Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu orang yang tetangganya tidak aman akan
kejahatannya - tipuannya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Imam
Muslim disebutkan:
Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk syurga
orang yang tetangganya itu tidak akan aman akan kejahatannya - tipuannya."
Dari Abu Hurairah r.a.
pufa, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai wanita-wanita muslimat, janganlah seseorang
tetangga itu menghinakan kepada tetangganya yang lain, sekalipun yang
dihadiahkan itu berupa kaki kambing." [1][32] (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a.
pula bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Janganlah seseorang tetangga itu melarang
tetangganya yang lain untuk menancapkan kayu di dindingnya -untuk pengokoh atap
dan lain-lain."
Abu Hurairah r.a. lalu
berkata: "Mengapa engkau semua saya lihat tampaknya menentang dari sunnah
- peraturan Nabi s.a.w. -ini? Demi Allah, niscayalah akan saya lemparkan sunnah
itu antara bahu-bahumu - maksudnya: Saya paksakan untuk diterimanya, sekalipun
tampaknya berat dilakukan." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a.
pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya - baik dengan kata-kata atau
perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau - kalau tidak dapat berkata
baik - maka hendaklah berdiam saja - yakni jangan malahan berkata yang tidak
baik." (Muttafaq 'alaih).
Dari Abu Syuraih
al-Khuza'i r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata
yang baik atau hendaklah berdiam saja."
Hadis di atas, juga yang
ada di bawahnya itu, mengandung pengertian bahwa jika kita ingin dianggap
sebagai seorang mu'min yang benar-benar sempurna keimanannya, maka tiga hal ini
wajib kita laksanakan dengan baik.
1. Jangan menyakiti tetangga, tetapi hendaknya
berbuat baik kepadanya, termasuk di dalamnya tetangga yang dekat atau yang
jauh, ada hubungan kekeluargaan atau tidak, juga tanpa pandang apakah ia
seorang Muslim atau kafir. Ringkasnya semua diperlakukan sama dalam soal
ketetanggaan.
2. Memuliakan tamu, baik yang kaya ataupun yang
miskin, yang sudah kenal atau belum, kenalnya sudah lama atau baru saja bertemu
dan berkenalan, seagama ataupun tidak dan
lain-lain, bahkan musuhpun katau datang ke tempat kita, wajib pula kita
muliakan sebagai tamu. Cara memuliakannya ialah dengan jalan menampakkan wajah
yang manis, berseri-seri di mukanya, berbicara dengan sopan, menyatakan gembira
atas kedatangannya dan segera memberikan jamuan sepatutnya bilamana ada, tanpa
memaksa-maksakan diri atau mengada-adakan, sehingga berhutang dan lain-lain.
3. Kalau dapat mengeluarkan kata-kata yang baik,
itulah yang sebagus-bagusnya untuk dijadikan bahan percakapan. Tetapi jika
tidak dapat berbuat sedemikian, lebih baik berdiam diri saja.
Dalam mengulas sabda
Rasulullah s.a.w. yang terakhir ini. Imam as-Syafi'i r.a. berkata: "Jadi
hendaknya difikirkan sebelumnya perihal apa yang hendak dikatakan itu. Manakala
memang baik untuk dikeluarkan, maka yang terbagussekali ialah berkata-kata yang
baik tersebut. Maksudnya kata-kata yang baik ialah yang tidak akan menyebabkan
timbulnya kerusakan atau permusuhan, serta tidak pula akan menjurus ke arah
pembicaraan yang diharamkan oleh syariat ataupun dimakruhkan. Inilah yang dianggap
sebagai kata-kata yang memang betul-betul baik. Tetapi sekiranya akan membuat
keonaran, permusuhan dan kekacauan atau akan menjurus kepada pembicaraan yang
keruh, apalagi yang haram, maka di situlah tempatnya kita tidak boleh berbicara
dan lebih baik berdiam diri saja."
Dari Aisyah radhiallahu
'anha, katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya saya itu
mempunyai dua orang tetangga, maka kepada yang manakah di antara keduanya itu
yang saya beri hadiah? "Rasulullah s.a.w. menjawab: "Kepada yang
terdekat pintunya denganmu."
(Riwayat Bukhari)
Dari Abdullah bin Amr
radhiallahu 'anhuma, katanya: ''Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baiknya kawan di
sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik Kubungannya dengan kawannya dan
sebaik-baik tetangga di sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik pergaulannya
dengan tetangganya." Diriwayatkan oleh
Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Memiliki
tetangga yang baik dan mau hidup rukun dengan kita merupakan satu kenikmatan
hidup. Namun terkadang, kita diuji Allah dengan memiliki tetangga yang tidak
baik akhlaknya dan gemar mengganggu kita. Untuk menghadapi tetangga semacam
itu, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberikan beberapa nasehatnya, sebagai
berikut:
•
Bersabarlah anda dalam menghadapi gangguan tetangga. Atau memilih pindah rumah
jika memang hal itu memungkinkan. Allah berfirman. “Dan tidaklah sama kebaikan
dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. [Fushilat : 34]
Membalas
kejahatan tetangga dengan perbuatan baik merupakan salah satu etika bertetangga
yang diajarkan Islam. Yaitu agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan
yang sama, Al Hasan al Bashri berkata, "Tidaklah berbuat ihsan kepada
tetangga (hanya dengan) menahan diri tidak menyakiti tetangga, akan tetapi
berbuat ihsan kepada tetangga (juga) dengan bersabar dan tabah menghadapi
gangguannya".[ Jami’ul ‘Ulum wal Hikam ].
•
Hendaklah anda berdoa dengan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu. “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari
tetangga yang buruk di akhirat, maka sesungguhnya tetangga badui beganti-ganti.
[HR. Bukhari ]
•
Jika anda tidak mampu bersabar menghadapi gangguan tetangga, sementara tidak
mungkin bagi anda untuk pindah rumah, maka terapkan nasehat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dikisahkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu
'anhu. “Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi mengeluhkan tetangganya.
Maka Rasulullah menasehatinya,"Pulanglah dan bersabarlah". Lelaki itu
kemudian mendatangi Nabi lagi sampai dua atau tiga kali, maka Beliau bersabda
padanya,"Pulanglah dan lemparkanlah barang-barangmu ke jalan". Maka
lelaki itu pun melemparkan barang-barangnya ke jalan, sehingga orang-orang
bertanya kepadanya, ia pun menceritakan keadaannya kepada mereka. Maka
orang-orang pun melaknat tetangganya itu. Hingga tetangganya itu mendatanginya
dan berkata,"Kembalikanlah barang-barangmu, engkau tidak akan melihat lagi
sesuatu yang tidak engkau sukai dariku.[ HR Abu Daud].[Dikutip dengan
sedikit edit dari judul tulisan
Bertetangga Yang Sehat Dan Kiat Menghadapi Tetangga Jahat, Almanhaj.or.id
Selasa, 10 Mei 2011 22:33:23 WIB].
Kemanapun
kita pergi untuk menghindari tetangga maka pasti kita akan bertemu lagi dengan
tetangga lain karena tidak ada satu tempatpun di dunia ini yang kita jadikan
sebagai tempat tinggal, tempat bekerja, tempat berlibur, tempat beribadah,
disana pasti ada tetangga, maka sebelum menemukan tetangga yang baik selayaknya
bila kita memperbaiki dahulu kepribadian kita sehingga diakui oleh tetangga
kalau kita memang orang yang baik, kalau
mereka sudah tahu kita punya kepribadian yang baik yaitu berkepribadian
islami maka pasti mereka tidak mau bila kita pindah ke tempat lain dengan
tetangga baru, walaupun terpaksa kita harus pindah ke tempat yang jauh maka
tetangga kita pasti akan tetap menjalin hubungan baik dengan kita, dia mengakui
bahwa kita dahulu adalah tetangganya, sunnah Rasul dan Al Qur’an mengajarkan
cara terbaik untuk berinteraksi dengan tetangga, siapapun juga mengamalkan hal
ini akan memperoleh keuntungan di dunia dan akherat, wallahu ‘alam, [Cubadak Pianggu
Solok, 05 Zulqaidah 1434.H/10 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar