Senin, 02 Desember 2013

81.39 Hak Tetangga





RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH





                
Hak Tetangga
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Kualitas hubungan kita dengan tetangga adalah cermin diri kita. Jika hubungan dengan tetangga buruk, kita buruk. Jika baik, kita baik. Hal ini pernah ditanyakan Abdullah bin Mas’ud kepada Rasululllah saw. “Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya telah berbuat baik dan berbuat buruk?” Rasulullah saw. menjawab, “Apabila engkau mendengar tetanggamu mengatakan bahwa engkau berbuat baik, maka engkau telah berbuat baik. Dan apabila engkau mendengar mereka berkata bahwa engkau berbuat jahat, maka engkau telah berbuat jahat.” (Ibnu Majah).

Jadi, jangan sampai tetangga kita memberi kesaksian yang buruk kepada kita. Perhatikanlah sampah rumah kita, jangan sampai dibuang ke pekarangan mereka. Jangan keraskan suara radio kita hingga mengganggu tidur tetangga. Jangan biarkan anak-anak Anda memamerkan mainan barunya yang membuat anak tetangga Anda iri sementara orang tua mereka tidak mampu membelikan. Tentu ini sangat menyakitkan hati mereka. Masih banyak lagi perbuatan yang harus kita jaga agar tidak menyakiti tetangga. Ketahuilah, mereka akan bersaksi tentang semua perangai kita di harapan Allah kelak! [Tetangga: Satu Pintu Surga Bagi Kita, alhikmah.ac.id].

Tetangga kita mempunyai hak atas diri kita atau sesuatu yang harus kita berikankepadanya atau yang harus kita terima darinya. Agama Islam banyak menerangkanhak tetangga yang seharusnya dikerjakan oleh pemeluknya.Pertama, Abul Laist As-Samarqandi meriwayatkasn dengan sanadnya dari Adbdullahbin Mas'ud, berkata Rasulullah Saw:Artinya: "Demi dzat yang aku berada di dalamnya, tidaklah Islam seorang hamba sehingga selamat orang dari gangguan hati dan dan tangannya, dan tidak beriman seorang hamba sehingg tetanggany  aman dari gangguannya Sahabat bertanya apakah gangguan gangguanya itu ya Erasululah Jawab nabi "tipuan dan aniaya".

Abul Laits As Samarqandi meriwaywtkan dengan sanadnya dari al has dan albahri berkata Rasulullah bertanya "Apakah hak tetangga terhadap tetangganya ? Jawab nabi " jika kau hutangi, jika mengundang kau datangi, jika tertimpa musibah, kau hibur, jika mendapat keuntungan / kenangan kau beri selamat, jika mati kau antar jenazahnya, jika pergi kau jagakan rumah dan anak anaknya, dan jangan kau mengganggunya dengan bau masakanmu kecuali kau berikan hadiyah dari masakanmu kepadanya .[KH. Drs. Imam Badr, Hak Tetangga].

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 39 dengan judul Hak Tetangga Dan Berwasiat Dengannya”
Allah Ta'ala berfirman:"Dan sembahlah Allah serta jangan menyekutukan sesuatu denganNya. Juga berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman seperjalanan, sepekerjaan, sesekolah dan lain-lain - orang yang dalam perjalanan dan - lalu kehabisan bekal -hambasahaya yang menjadi milik tangan kananmu."  (an-Nisa': 36).

Dari Ibnu Umardan Aisyah radhiallahu 'anhuma, keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku supaya berbuat baik kepada tetangga, sehingga saya menyangka seolah-olah Jibril akan memasukkan tetangga sebagai ahli waris -yakni dapat menjadi ahli waris dan tetangganya." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar, jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan saling berjanjilah dengan tetangga-tetanggamu - untuk saling beri-memberikan." (Riwayat Muslim).

Dalam riwayat Imam Muslim lainnya, juga dari Abu Zar, katanya: "Kekasihku s.a.w. berwasiat padaku demikian: "Jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyakkanlah airnya, kemudian lihatlah keluarga dari tetangga-tetanggamu, lalu berilah mereka itu dengan baik-baik."

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Demi Allah, tidaklah beriman; demi Allah, tidaklah beriman; demi Allah, tidaklah beriman!" Beliau s.a.w. ditanya: "Siapakah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu orang yang tetangganya tidak aman akan kejahatannya - tipuannya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak akan masuk syurga orang yang tetangganya itu tidak akan aman akan kejahatannya - tipuannya."

Dari Abu Hurairah r.a. pufa, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai wanita-wanita muslimat, janganlah seseorang tetangga itu menghinakan kepada tetangganya yang lain, sekalipun yang dihadiahkan itu berupa kaki kambing." [1][32] (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah seseorang tetangga itu melarang tetangganya yang lain untuk menancapkan kayu di dindingnya -untuk pengokoh atap dan lain-lain."

Abu Hurairah r.a. lalu berkata: "Mengapa engkau semua saya lihat tampaknya menentang dari sunnah - peraturan Nabi s.a.w. -ini? Demi Allah, niscayalah akan saya lemparkan sunnah itu antara bahu-bahumu - maksudnya: Saya paksakan untuk diterimanya, sekalipun tampaknya berat dilakukan." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya - baik dengan kata-kata atau perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau - kalau tidak dapat berkata baik - maka hendaklah berdiam saja - yakni jangan malahan berkata yang tidak baik." (Muttafaq 'alaih).

Dari Abu Syuraih al-Khuza'i r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau hendaklah berdiam saja."

Hadis di atas, juga yang ada di bawahnya itu, mengandung pengertian bahwa jika kita ingin dianggap sebagai seorang mu'min yang benar-benar sempurna keimanannya, maka tiga hal ini wajib kita laksanakan dengan baik.

1.      Jangan menyakiti tetangga, tetapi hendaknya berbuat baik kepadanya, termasuk di dalamnya tetangga yang dekat atau yang jauh, ada hubungan kekeluargaan atau tidak, juga tanpa pandang apakah ia seorang Muslim atau kafir. Ringkasnya semua diperlakukan sama dalam soal ketetanggaan.

2.      Memuliakan tamu, baik yang kaya ataupun yang miskin, yang sudah kenal atau belum, kenalnya sudah lama atau baru saja bertemu dan berkenalan, seagama ataupun tidak dan  lain-lain, bahkan musuhpun katau datang ke tempat kita, wajib pula kita muliakan sebagai tamu. Cara memuliakannya ialah dengan jalan menampakkan wajah yang manis, berseri-seri di mukanya, berbicara dengan sopan, menyatakan gembira atas kedatangannya dan segera memberikan jamuan sepatutnya bilamana ada, tanpa memaksa-maksakan diri atau mengada-adakan, sehingga berhutang dan lain-lain.

3.      Kalau dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, itulah yang sebagus-bagusnya untuk dijadikan bahan percakapan. Tetapi jika tidak dapat berbuat sedemikian, lebih baik berdiam diri saja.

Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang terakhir ini. Imam as-Syafi'i r.a. berkata: "Jadi hendaknya difikirkan sebelumnya perihal apa yang hendak dikatakan itu. Manakala memang baik untuk dikeluarkan, maka yang terbagussekali ialah berkata-kata yang baik tersebut. Maksudnya kata-kata yang baik ialah yang tidak akan menyebabkan timbulnya kerusakan atau permusuhan, serta tidak pula akan menjurus ke arah pembicaraan yang diharamkan oleh syariat ataupun dimakruhkan. Inilah yang dianggap sebagai kata-kata yang memang betul-betul baik. Tetapi sekiranya akan membuat keonaran, permusuhan dan kekacauan atau akan menjurus kepada pembicaraan yang keruh, apalagi yang haram, maka di situlah tempatnya kita tidak boleh berbicara dan lebih baik berdiam diri saja."

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya saya itu mempunyai dua orang tetangga, maka kepada yang manakah di antara keduanya itu yang saya beri hadiah? "Rasulullah s.a.w. menjawab: "Kepada yang terdekat  pintunya denganmu." (Riwayat Bukhari)

Dari Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma, katanya: ''Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baiknya kawan di sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik Kubungannya dengan kawannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik pergaulannya dengan tetangganya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Memiliki tetangga yang baik dan mau hidup rukun dengan kita merupakan satu kenikmatan hidup. Namun terkadang, kita diuji Allah dengan memiliki tetangga yang tidak baik akhlaknya dan gemar mengganggu kita. Untuk menghadapi tetangga semacam itu, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberikan beberapa nasehatnya, sebagai berikut:
• Bersabarlah anda dalam menghadapi gangguan tetangga. Atau memilih pindah rumah jika memang hal itu memungkinkan. Allah berfirman. “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. [Fushilat : 34]

Membalas kejahatan tetangga dengan perbuatan baik merupakan salah satu etika bertetangga yang diajarkan Islam. Yaitu agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama, Al Hasan al Bashri berkata, "Tidaklah berbuat ihsan kepada tetangga (hanya dengan) menahan diri tidak menyakiti tetangga, akan tetapi berbuat ihsan kepada tetangga (juga) dengan bersabar dan tabah menghadapi gangguannya".[ Jami’ul ‘Ulum wal Hikam ].

• Hendaklah anda berdoa dengan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu. “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari tetangga yang buruk di akhirat, maka sesungguhnya tetangga badui beganti-ganti. [HR. Bukhari ]

• Jika anda tidak mampu bersabar menghadapi gangguan tetangga, sementara tidak mungkin bagi anda untuk pindah rumah, maka terapkan nasehat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dikisahkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. “Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi mengeluhkan tetangganya. Maka Rasulullah menasehatinya,"Pulanglah dan bersabarlah". Lelaki itu kemudian mendatangi Nabi lagi sampai dua atau tiga kali, maka Beliau bersabda padanya,"Pulanglah dan lemparkanlah barang-barangmu ke jalan". Maka lelaki itu pun melemparkan barang-barangnya ke jalan, sehingga orang-orang bertanya kepadanya, ia pun menceritakan keadaannya kepada mereka. Maka orang-orang pun melaknat tetangganya itu. Hingga tetangganya itu mendatanginya dan berkata,"Kembalikanlah barang-barangmu, engkau tidak akan melihat lagi sesuatu yang tidak engkau sukai dariku.[ HR Abu Daud].[Dikutip dengan sedikit  edit dari judul tulisan Bertetangga Yang Sehat Dan Kiat Menghadapi Tetangga Jahat, Almanhaj.or.id Selasa, 10 Mei 2011 22:33:23 WIB].

Kemanapun kita pergi untuk menghindari tetangga maka pasti kita akan bertemu lagi dengan tetangga lain karena tidak ada satu tempatpun di dunia ini yang kita jadikan sebagai tempat tinggal, tempat bekerja, tempat berlibur, tempat beribadah, disana pasti ada tetangga, maka sebelum menemukan tetangga yang baik selayaknya bila kita memperbaiki dahulu kepribadian kita sehingga diakui oleh tetangga kalau kita memang orang yang baik, kalau  mereka sudah tahu kita punya kepribadian yang baik yaitu berkepribadian islami maka pasti mereka tidak mau bila kita pindah ke tempat lain dengan tetangga baru, walaupun terpaksa kita harus pindah ke tempat yang jauh maka tetangga kita pasti akan tetap menjalin hubungan baik dengan kita, dia mengakui bahwa kita dahulu adalah tetangganya, sunnah Rasul dan Al Qur’an mengajarkan cara terbaik untuk berinteraksi dengan tetangga, siapapun juga mengamalkan hal ini akan memperoleh keuntungan di dunia dan akherat, wallahu ‘alam,  [Cubadak Pianggu Solok, 05 Zulqaidah 1434.H/10 September 2013].








Tidak ada komentar:

Posting Komentar