Senin, 02 Desember 2013

85.43 Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah s.a.w




RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH










Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah s.a.w
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Sebenarnya mencintai Ahl bait adalah salah satu ajaran pokok dalam Islam, sayang di kalangan Ahl Sunah agak sedikit dibicarakan, karena takut dicap Syiah, Padahal Imam Syafi'i mengatakan, " Kalaulah mencintai Ahlul Bait dikatakan sebagai rafidi (Syi'ah), biarlah aku dikatakan rafidi"...
Kepada Ahl Bayt Nabi, umat Islam diwajibkan untuk mencintainya, menghormatinya dan mengikutinya.
Istilah yang dipakai adalah a) Ahl al-Bayt, b) Al al-Nabi, c) Al Bayt al-Nabi  d) `Itrat al-Nabi. Semuanya berarti keluarga Nabi, Rumah tangga Nabi, atau keturunan Nabi

Yang termasuk dalam Ahl Bait sangat variatif, dari yang terbatas hingga sangat luas. Berikut makna yang termaktub :

a.. `Ali, Fatima, Hasan, and Husayn, dan keturunannya:  Muhassan, Zaynab, and Umm Kulthum [anak`Ali and Fatima]; keturunan al-Hasan: Zayd, al-Qasim, Abu Bakr, `Abd Allah, `Umar, al-Hasan, `Abd al-Rahman, al-Husayn, `Amr, Muhammad, Ya`qub, Ja`far, Hamza, and Talha; keturunan al-Husayn: Abu Bakr, `Abd Allah, `Ali al-Kabir, `Ali Zayn al-`Abidin, `Umar, Fatima, Sukayna, Zaynab al-Sughra, and Umm Kulthum al-Sughra. 

b. Istri-istri [mereka boleh menerima zakat, Hajar dalam Fath al-Bari (3:277) dari Ibn Battal]:
1. Khadija bint Khuwaylid. melahirkan : al-Qasim, `Abd Allah, Zaynab, Fatima al-Zahra', Ruqiyya, & Umm Kulthum.
2. Sawda bint Zam`a
3. `A'isha bint al-Siddiq
4. Hafsa bint `Umar
5. Zaynab bint Khuzayma
6. Umm Salama, Hind bint Umayya
7. Zaynab bint Jahsh
8. Juwayriyya bint al-Harith
9. Safiyya bint Huyayy
10. Umm Habiba bint Abi Sufyan
11. Maymuna bint al-Harith
12. Marya al-Qibtiyya, melahirkan Ibrahim.

c.  Banu Hashim dan  Banu al-Muttalib. [mereka boleh menerima zakat Banu Hashim Banu al-Muttalib, dinyatakanby oleh Ibn Battal: dalam Shawkani di Nayl al-awtar (4:175) and oleh Nawawi dalam Sharh Sahih Muslim (5:36).]
Bahkan dalam makna paling luas adalah umat Muhammad (menurut Syekh Nawawi)
Nampaknya makna pertama paling kuat dan paling dekat, sedang makna kedua dan ketiga dalam makna yang lebih luas.
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 43 dengan judul  Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah s.a.w. Dan Menerangkan Keutamaan Mereka”

Allah Ta'ala berfirman:"Sesungguhnya Allah menghendaki akan menghilangkan kotoran daripadamu semua, hai ahlul bait - yakni keluarga Rasulullah - dan membersihkan engkau semua dengan sebersih-bersihnya." (al-Ahzab: 33).

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang memuliakan tanda-tanda suci - agama Allah, maka sesungguhnya yang sedemikian itu adalah menunjukkan ketaqwaan hati." (al-Haj:32).

Ahli bait Rasulullah s.a.w., yang di dalamnya termasuk pula zurriyah atau keturunannya dan yang dalam hukum Agama Islam sama sekali tidak boleh diberi sedekah dan merekapun haram pula menerimanya apabila diberi, di negeri kita pada umumnya diberi nama "Sayyid" bagi yang lelaki dan "Sayyidah" bagi yang wanita. Golongan sayyid atau sayyidah itu adalah dari keturunan Sayidina.

Hasan r.a. Adapun jika dari keturunan Sayidina Husain r.a., maka diberi nama "Syarif" bagi yang lelaki dan "Syarifah" bagi yang perempuan. Makna sebenarnya, sayyid adalah pemuka dari kata Saada Yasuudu, artinya mengepalai atau mengetuai, sedang Syarif artinya adalah orang yang mulia dari kata Syarufe Yasyrufu, maknanya mulia.

Dalam Hadis yang tertera di bavvah ini tercantum suatu anjuran kepada kita semua, agar kita memuliakan kepada golongan mereka, tetapi ini tidak bererti bahwa kita tidak perlu memuliakan kepada golongan selain mereka itu. Perihal penghormatan terhadap siapa pun juga manusianya, tetap wajib. Jadi dalam hal penghormatan sama sekali tidak ada diskriminasi atau perbedaan, baik mengenai caranya, menemui atau berhadapan dengannya dan lain-lain lagi. Jadi jikalau di antara golongan mereka ada yang meminta supaya dimuliakan lebih dari golongan selain mereka, maka hal itu tidak dapat dibenarkan, sebab manusia yang termulia di sisi Allah hanyalah yang terlebih ketaqwaannya kepada Allah Ta'ala itu belaka.

Sebagian golongan ada yang menggunakan ayat di bawah ini sebagai nash atau dalil bahawa Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh ummatnya agar keturunan beliau s.a.w. lebih dimuliakan, lebih dihormati dan dialu-alukan daripada golongan lainnya. Ayat yang digunakan pedoman itu ialah yang berbunyi: "Katakanlah - wahai Muhammad! Untuk ajakan itu, aku tidak meminta upah atau bayaran kepadamu semua, melainkan kekasih sayangan terhadap keluarga". (asy-Syura:23).

Oleh sementara golongan, keluarga yang wajib dikasih-sayangi ialah keluarga Rasulullah s.a.w., dengan makna bahwa mereka yang diberi nama Sayyid, Sayyidah, Syarif atau Syarifah itu wajib lebih dimuliakan dan dihormati melebihi yang lain. Jadi makna Al-qurbaa dikhususkan kepada keturunan Sayidina Hasan dan Sayidina Husain radhiallahu 'anhuma yang keduanya itu putera Sayidina Ali r.a. dan isterinya bernama Sayidatina Fathima radhiallahu 'anha yakni puteri Rasulullah s.a.w. Tetapi beberapa ahli tafsir menjelaskan bahwa makna dari lafaz Alqurbaa itu bukan dikhususkan untuk golongan keturunan Sayidina Hasan serta Sayidina Husain r.a. itu saja. Baiklah kita meneliti sejenak apa yang dijelaskan dalam Ash-Shawi, sebuah hasyiyah dari Tafsir Jalalain dan hasyiyah atau kupasan tersebut ditulis oleh Imam Ahmad ash-Shawi al-Maliki. Di antara kupasannya mengenai lafaz Alqurbaa beliau berkata:

"Para ahli tafsir sama berselisih pendapat dalam memberikan makna ayat ini," yang dimaksudkan ialah "kasih-sayang pada keluarga, sehingga jumlah pendapat itu menjadi tiga macam. Selanjutnya secara ringkasnya beliau menyatakan:
(a)   Kekeluargaan.
(b)  Kerabat atau rasa kefamilian antara seluruh kaum muslimin.
(c)  Mentaqarrubkan   atau   mendekatkan   diri   kepada   Allah dengan   melaksanakan  amal   perbuatan  yang  baik  dan  diridhai olehNya.

Jadi kalau yang digunakan menurut bagian (a) yakni yang pertama, maka benarlah bahawa zurriyah Nabi s.a.w. itulah yang dimaksudkan.

Namun demikian, kalau ada yang mengatakan bahwa golongan mereka itu adalah manusia suci dari dosa, ataupun sudah pasti masuk syurga, atau pada akhir hayatnya pasti memperoleh husnul khatimah atau lain-lain yang bukan-bukan, maka sama sekali tidak dapat diterima, sebab, memang tidak ada keterangan dalam al-Quran atau Hadis yang terjamin kebenarannya, sebab suci atau terjaga dari dosa (ma'shum minadz-dzunub) hanyalah para Nabi 'alaihimush shalatu wassalam, sedangkan masuk syurga ataupun memperoleh husnul khatimah adalah semata-mata di dalam ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sesudah kita meninjau salah satu kitab tafsir yang ditulis oleh angkatan tua, kini marilah kita meneliti apa yang ditulis oleh salah seorang ahli tafsir dari angkatan sekarang atau dalam abad kita ini, yaitu seorang Sayyid juga yang bernama Sayid Quthb dalam kitabnya yang bernama Fi-Dhilalil Quran yang artinya "Di bawah naungan al-Quran." Keringkasan dari uraian beliau itu adalah sebagai berikut:

"Dalam menyampaikan agama Allah yakni Agama Islam kepada ummatnya yang dimulainya dengan golongan kaum Quraisy, Nabi s.a.w. mendapat banyak tentangan dan permusuhan, beliau s.a.w. disakiti dan lain-lain. Padahal yang melakukan penganiayaan sedemikian itu adalah kaumnya sendiri, kaum Quraisy yang terdiri dari berbagai bathn atau perkampungan, padahal dalam setiap bathn dari golongan kaum Quraisy itu beliau pasti mempunyai ikatan kekeluargaan. Jadi yang diharapkan oleh beliau s.a.w. hendaklah mempunyai rasa kasih-sayang sebab toh juga masih ada ikatan kekeluargaan yakni Alqurbaa.

Dari Yazid bin Hayan, katanya: "Saya berangkat bersama Hushain binSabrah dan Umar bin Muslim ke tempat Zaid bin Arqam r.a. Ketika kita sudah duduk-duduk di dekatnya, lalu Hushain berkata padanya: "Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Engkau dapat kesempatan melihat Rasulullah s.a.w., mendengarkan Hadisnya, berperang besertanya dan juga bersembahyang di belakangnya. Sungguh-sungguh engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Cubalah beritahukan kepada kita apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. Zaid lalu berkata: "Hai anak saudaraku, demi Allah,sungguh usiaku ini telah tua dan janji kematianku hampir tiba, juga saya sudah lupa akan sebagian apa yang telah pernah saya ingat dari Rasulullah s.a.w. Maka dari itu, apa yang saya beritahukan kepadamu semua, maka terimalah itu, sedang apa yang tidak saya beritahukan, hendaklah engkau semua jangan memaksa-maksakan padaku untuk saya terangkan." Selanjutnya ia berkata: "Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah di suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau s.a.w. lalu bertahmid kepada Allah serta memujiNya, lalu menasihati dan memberikan peringatan, kemudian bersabda:

"Amma Ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia, hanyasanya saya ini adalah seorang manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku - yakni malaikatul-maut, kemudian saya harus mengabulkan kehendakNya - yakni diwafatkan. Saya meninggalkan untukmu semua dua benda berat - agung - yaitu pertama Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah amalkanlah - dengan berpedoman kepada Kitabullah itu dan peganglah ia erat-erat." Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh serta mencintai benar-benar kepada kitabullah itu.

Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Dan juga ahli baitku. Saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku, sekali lagi saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku."

Hushain lalu berkata kepada Zaid: "Siapakah ahli baitnya itu, hai Zaid. Bukankah isteri-isterinya itu termasuk dari golongan ahli baitnya?" Zaid menjawab: "Ahli baitnya Rasulullah s.a.w. ialah Ahli keluarga keturunan - Ali, Alu Aqil, Alu Ja'far dan Alu Abbas." Hushain mengatakan: "Semua orang dari golongan mereka ini diharamkan menerima sedekah." Zaid berkata: "Ya, benar." (Riwayat Muslim).

Dalam riwayat lain disebutkan:"Ingatlah dan sesungguhnya saya meninggalkan kepadamu semua dua benda berat-agung, pertama ialah Kitabullah. Itu adalah tali agama Allah. Barangsiapa yang mengikutinya ia dapat memperoleh petunjuk, sedang barangsiapa yang meninggalkan - mengabaikan - padanya, ia akan berada dalam kesesatan."
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a.  dalam sebuah  Hadis mauquf 'aiaih,  bahawasanya  dia berkata: "Intailah Muhammad s.a.w. dalam ahli baitnya." (Riwayat  Bukhari).
Maknanya Urqubuhu ialah jagalah dan hormati serta memuliakanlah ia, dengan menghormati serta memuliakan ahli baitnya Rasulullah s.a.w. itu.

Kita diperintahkan untuk menyerukan shalawat kepada Ahl bayt Nabi. Ketika shahabat bertanya kepada Nabi bagaimana mereka seharusnyabershalawat, Nabi menjawab :"Ya Allah, sampaikan shalawat  kepada Muhammad, istrinya dan keluarganya,sebagaimana engkau sampaikan shalawat kepada Ibrahim. Dan berilah barakahkepada Muhammad, istri dan keluarganya, sebagaimana engkau berikan kepadaIbrahim. Sesungguhnya, engkau Maha terpuji dan Maha Agung"(Bukhari dengan 2 rantai, Nasa'i, Abu Dawud, Ahmad, Ibn Majah, and Malik)
Bahkan di dalam shalat kita disunahkan (menurut Imam Syafi'i bahkan wajib) untuk membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya di waktu tahiyat:
Allahumma shali 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad....

Abu Ya`la dari Abu Hurayra, Nabibersabda : "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik kepada keluargaku sesudahku ". al-Haythami dalam Majma` al-zawa'id (6:40), dan dikatakan : "Abu Ya`la merawikan dan semua rawi terpercaya." Ibn Abbas menyatakan dari Rasulullah : "Allah mebagi menusia menjadi duakelompok, dan Dia menjadikan saya dalam kelompok terbaik. Allah berfirman tentang. "Golongan kanan" dan "golongan kiri". Saya berada di golongan kanan dan saya yang terbaik dalam golongan kanan.
Kemudian Dia membagi kedua golongan menjadi tiga. Dia berfirman, " Golongan kanan dan golongan kiri dan golongan yang mendahului (sabiquna sabiqu)" (56:9). Saya di antara yang mendahului dan saya yang terbaik dari yang mendahului. Kemudian Dia membagi ke dalam tiga suku dan Dia memasukkan aku dalam suku terbaik. Dia berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal."(49:13). Saya yang paling bertaqwa dan paling mulia dalampandangan Allah. Kemudian Dia membagi suku-suku dan memasukkan akudalam keluarga terbaik. Dia berfirman, "Sesungguhnya Allah bermaksud  hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. 33:33)  (Hadith at-Tabarani dan al-Bayhaqi.)

Jadi, mencintai Ahl Bait adalah merupakan  salah perwujudan dari mencintai Rasulullah saw. Mencintai ahl bait Nabi dengan demikian merupakan salah satu dari ajaran pokok ajaran Islam....
Sebagai bukti kecintaan kita hendaklah kita :
- mencintai dan menghormati mereka
- bersalawat untuk mereka
- mengikuti ajarannya
- membela mereka
Jika aku dicintai, maka keluargaku yang aku cintai juga seharusnya dicintai" [Sahih al-Tirmithi]
"Bagi kalian, keluargaku adalah seperti perahu Nuh dan siapa yang menaikinya, dia akan selalu diselamatkan, dan siapa yang tinggal akan terbunuh" [Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal] [sumber :
www.ahlisunah.org]. 

Kecintaan kepada keluarga Rasulullah yang disebut dengan ahli bait merupakan sunnah yang disyariatkan, sehingga layak kita untuk menanamkan kecintaan dan menghormati ahli bait, sedangkan kaum Syi’ah saja memperlakukan ahli bait itu berlebih-lebihan dengan mencaci maki orang-orang yang tidak ahli bait, padahal mereka adalah sahabat dan keluarga Rasul yang lain. Kita menempatkan ahli bait sebagai keluarga Rasulullah secara wajar, tidak berlebih-lebihan dan tidak pula menghinakan keluarga yang lain, mereka semuanya punya tempat tertentu di mata Rasulullah bahkan ada yang dijamin sebagai penduduk syurga, Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 06 Zulqaidah 1434.H/11 September 2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar