RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH
Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah
s.a.w
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Sebenarnya mencintai Ahl bait adalah salah satu ajaran pokok
dalam Islam, sayang di kalangan Ahl Sunah agak sedikit dibicarakan, karena
takut dicap Syiah, Padahal Imam Syafi'i mengatakan, " Kalaulah mencintai
Ahlul Bait dikatakan sebagai rafidi (Syi'ah), biarlah aku dikatakan
rafidi"...
Kepada
Ahl Bayt Nabi, umat Islam diwajibkan untuk mencintainya, menghormatinya dan mengikutinya.
Istilah
yang dipakai adalah a) Ahl al-Bayt, b) Al al-Nabi, c) Al Bayt
al-Nabi d) `Itrat al-Nabi. Semuanya berarti keluarga Nabi,
Rumah tangga Nabi, atau keturunan Nabi
Yang
termasuk dalam Ahl Bait sangat variatif, dari yang terbatas hingga sangat luas.
Berikut makna yang termaktub :
a..
`Ali, Fatima, Hasan, and Husayn, dan keturunannya: Muhassan, Zaynab, and
Umm Kulthum [anak`Ali and Fatima]; keturunan al-Hasan: Zayd, al-Qasim, Abu
Bakr, `Abd Allah, `Umar, al-Hasan, `Abd al-Rahman, al-Husayn, `Amr, Muhammad,
Ya`qub, Ja`far, Hamza, and Talha; keturunan al-Husayn: Abu Bakr, `Abd Allah,
`Ali al-Kabir, `Ali Zayn al-`Abidin, `Umar, Fatima, Sukayna, Zaynab al-Sughra,
and Umm Kulthum al-Sughra.
b.
Istri-istri [mereka boleh menerima zakat, Hajar dalam Fath al-Bari (3:277) dari
Ibn Battal]:
1. Khadija bint Khuwaylid.
melahirkan : al-Qasim, `Abd Allah, Zaynab, Fatima al-Zahra', Ruqiyya, & Umm
Kulthum.
2. Sawda bint Zam`a
3. `A'isha bint al-Siddiq
4. Hafsa bint `Umar
5. Zaynab bint Khuzayma
6. Umm Salama, Hind bint Umayya
7. Zaynab bint Jahsh
8. Juwayriyya bint al-Harith
9. Safiyya bint Huyayy
10. Umm Habiba bint Abi Sufyan
11. Maymuna bint al-Harith
12. Marya al-Qibtiyya, melahirkan Ibrahim.
2. Sawda bint Zam`a
3. `A'isha bint al-Siddiq
4. Hafsa bint `Umar
5. Zaynab bint Khuzayma
6. Umm Salama, Hind bint Umayya
7. Zaynab bint Jahsh
8. Juwayriyya bint al-Harith
9. Safiyya bint Huyayy
10. Umm Habiba bint Abi Sufyan
11. Maymuna bint al-Harith
12. Marya al-Qibtiyya, melahirkan Ibrahim.
c.
Banu Hashim dan Banu al-Muttalib. [mereka boleh menerima zakat Banu
Hashim Banu al-Muttalib, dinyatakanby oleh Ibn Battal: dalam Shawkani di Nayl
al-awtar (4:175) and oleh Nawawi dalam Sharh Sahih Muslim (5:36).]
Bahkan
dalam makna paling luas adalah umat Muhammad (menurut Syekh Nawawi)
Nampaknya
makna pertama paling kuat dan paling dekat, sedang makna kedua dan ketiga dalam
makna yang lebih luas.
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 43
dengan judul
“Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah s.a.w. Dan Menerangkan Keutamaan
Mereka”
Allah Ta'ala berfirman:"Sesungguhnya
Allah menghendaki akan menghilangkan kotoran daripadamu semua, hai ahlul bait -
yakni keluarga Rasulullah - dan membersihkan engkau semua dengan
sebersih-bersihnya." (al-Ahzab: 33).
Allah Ta'ala berfirman
lagi: "Dan
barangsiapa yang memuliakan tanda-tanda suci - agama Allah, maka sesungguhnya
yang sedemikian itu adalah menunjukkan ketaqwaan hati." (al-Haj:32).
Ahli bait Rasulullah
s.a.w., yang di dalamnya termasuk pula zurriyah atau keturunannya dan yang
dalam hukum Agama Islam sama sekali tidak boleh diberi sedekah dan merekapun
haram pula menerimanya apabila diberi, di negeri kita pada umumnya diberi nama
"Sayyid" bagi yang lelaki dan "Sayyidah" bagi yang wanita.
Golongan sayyid atau sayyidah itu adalah dari keturunan Sayidina.
Hasan r.a. Adapun jika
dari keturunan Sayidina Husain r.a., maka diberi nama "Syarif" bagi
yang lelaki dan "Syarifah" bagi yang perempuan. Makna sebenarnya,
sayyid adalah pemuka dari kata Saada Yasuudu, artinya mengepalai atau
mengetuai, sedang Syarif artinya adalah orang yang mulia dari kata Syarufe Yasyrufu,
maknanya mulia.
Dalam Hadis yang tertera
di bavvah ini tercantum suatu anjuran kepada kita semua, agar kita memuliakan
kepada golongan mereka, tetapi ini tidak bererti bahwa kita tidak perlu
memuliakan kepada golongan selain mereka itu. Perihal penghormatan terhadap
siapa pun juga manusianya, tetap wajib. Jadi dalam hal penghormatan sama sekali
tidak ada diskriminasi atau perbedaan, baik mengenai caranya, menemui atau
berhadapan dengannya dan lain-lain lagi. Jadi jikalau di antara golongan mereka
ada yang meminta supaya dimuliakan lebih dari golongan selain mereka, maka hal
itu tidak dapat dibenarkan, sebab manusia yang termulia di sisi Allah hanyalah
yang terlebih ketaqwaannya kepada Allah Ta'ala itu belaka.
Sebagian golongan ada
yang menggunakan ayat di bawah ini sebagai nash atau dalil bahawa Nabi Muhammad
s.a.w. menyuruh ummatnya agar keturunan beliau s.a.w. lebih dimuliakan, lebih
dihormati dan dialu-alukan daripada golongan lainnya. Ayat yang digunakan
pedoman itu ialah yang berbunyi:
"Katakanlah - wahai Muhammad! Untuk ajakan
itu, aku tidak meminta upah atau bayaran kepadamu semua, melainkan kekasih
sayangan terhadap keluarga". (asy-Syura:23).
Oleh sementara golongan,
keluarga yang wajib dikasih-sayangi ialah keluarga Rasulullah s.a.w., dengan
makna bahwa mereka yang diberi nama Sayyid, Sayyidah, Syarif atau Syarifah itu
wajib lebih dimuliakan dan dihormati melebihi yang lain. Jadi makna Al-qurbaa
dikhususkan kepada keturunan Sayidina Hasan dan Sayidina Husain radhiallahu
'anhuma yang keduanya itu putera Sayidina Ali r.a. dan isterinya bernama
Sayidatina Fathima radhiallahu 'anha yakni puteri Rasulullah s.a.w. Tetapi
beberapa ahli tafsir menjelaskan bahwa makna dari lafaz Alqurbaa itu
bukan dikhususkan untuk golongan keturunan Sayidina Hasan serta Sayidina Husain
r.a. itu saja. Baiklah kita meneliti sejenak apa yang dijelaskan dalam Ash-Shawi,
sebuah hasyiyah dari Tafsir Jalalain dan hasyiyah atau kupasan tersebut
ditulis oleh Imam Ahmad ash-Shawi al-Maliki. Di antara kupasannya mengenai
lafaz Alqurbaa beliau berkata:
"Para ahli tafsir
sama berselisih pendapat dalam memberikan makna ayat ini," yang
dimaksudkan ialah "kasih-sayang pada keluarga, sehingga jumlah pendapat
itu menjadi tiga macam. Selanjutnya secara ringkasnya beliau menyatakan:
(a) Kekeluargaan.
(b) Kerabat atau rasa kefamilian antara seluruh
kaum muslimin.
(c) Mentaqarrubkan atau
mendekatkan diri kepada
Allah dengan melaksanakan amal
perbuatan yang baik
dan diridhai olehNya.
Jadi kalau yang
digunakan menurut bagian (a) yakni yang pertama, maka benarlah bahawa zurriyah
Nabi s.a.w. itulah yang dimaksudkan.
Namun demikian, kalau
ada yang mengatakan bahwa golongan mereka itu adalah manusia suci dari dosa,
ataupun sudah pasti masuk syurga, atau pada akhir hayatnya pasti memperoleh
husnul khatimah atau lain-lain yang bukan-bukan, maka sama sekali tidak dapat
diterima, sebab, memang tidak ada keterangan dalam al-Quran atau Hadis yang
terjamin kebenarannya, sebab suci atau terjaga dari dosa (ma'shum
minadz-dzunub) hanyalah para Nabi 'alaihimush shalatu wassalam, sedangkan masuk
syurga ataupun memperoleh husnul khatimah adalah semata-mata di dalam ketentuan
Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sesudah kita meninjau
salah satu kitab tafsir yang ditulis oleh angkatan tua, kini marilah kita
meneliti apa yang ditulis oleh salah seorang ahli tafsir dari angkatan sekarang
atau dalam abad kita ini, yaitu seorang Sayyid juga yang bernama Sayid Quthb
dalam kitabnya yang bernama Fi-Dhilalil Quran yang artinya "Di
bawah naungan al-Quran." Keringkasan dari uraian beliau itu adalah sebagai
berikut:
"Dalam menyampaikan
agama Allah yakni Agama Islam kepada ummatnya yang dimulainya dengan golongan
kaum Quraisy, Nabi s.a.w. mendapat banyak tentangan dan permusuhan, beliau
s.a.w. disakiti dan lain-lain. Padahal yang melakukan penganiayaan sedemikian
itu adalah kaumnya sendiri, kaum Quraisy yang terdiri dari berbagai bathn atau
perkampungan, padahal dalam setiap bathn dari golongan kaum Quraisy itu
beliau pasti mempunyai ikatan kekeluargaan. Jadi yang diharapkan oleh beliau
s.a.w. hendaklah mempunyai rasa kasih-sayang sebab toh juga masih ada ikatan
kekeluargaan yakni Alqurbaa.
Dari Yazid bin Hayan,
katanya: "Saya berangkat bersama Hushain binSabrah dan Umar bin Muslim ke
tempat Zaid bin Arqam r.a. Ketika kita sudah duduk-duduk di dekatnya, lalu
Hushain berkata padanya: "Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang
banyak sekali. Engkau dapat kesempatan melihat Rasulullah s.a.w., mendengarkan
Hadisnya, berperang besertanya dan juga bersembahyang di belakangnya.
Sungguh-sungguh engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Cubalah
beritahukan kepada kita apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w.
Zaid lalu berkata: "Hai anak saudaraku, demi Allah,sungguh usiaku ini
telah tua dan janji kematianku hampir tiba, juga saya sudah lupa akan sebagian
apa yang telah pernah saya ingat dari Rasulullah s.a.w. Maka dari itu, apa yang
saya beritahukan kepadamu semua, maka terimalah itu, sedang apa yang tidak saya
beritahukan, hendaklah engkau semua jangan memaksa-maksakan padaku untuk saya
terangkan." Selanjutnya ia berkata: "Rasulullah s.a.w. pernah berdiri
berkhutbah di suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Makkah dan
Madinah. Beliau s.a.w. lalu bertahmid kepada Allah serta memujiNya, lalu
menasihati dan memberikan peringatan, kemudian bersabda:
"Amma Ba'du,
ingatlah wahai sekalian manusia, hanyasanya saya ini adalah seorang manusia,
hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku - yakni malaikatul-maut,
kemudian saya harus mengabulkan kehendakNya - yakni diwafatkan. Saya
meninggalkan untukmu semua dua benda berat - agung - yaitu pertama Kitabullah
yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah amalkanlah - dengan
berpedoman kepada Kitabullah itu dan peganglah ia erat-erat." Jadi
Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh serta mencintai
benar-benar kepada kitabullah itu.
Selanjutnya beliau s.a.w.
bersabda: "Dan juga ahli baitku. Saya memperingatkan kepadamu semua untuk
bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku, sekali lagi saya
memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli
baitku."
Hushain lalu berkata
kepada Zaid: "Siapakah ahli baitnya itu, hai Zaid. Bukankah
isteri-isterinya itu termasuk dari golongan ahli baitnya?" Zaid menjawab:
"Ahli baitnya Rasulullah s.a.w. ialah Ahli keluarga keturunan - Ali, Alu
Aqil, Alu Ja'far dan Alu Abbas." Hushain mengatakan: "Semua orang
dari golongan mereka ini diharamkan menerima sedekah." Zaid berkata:
"Ya, benar." (Riwayat Muslim).
Dalam riwayat lain
disebutkan:"Ingatlah dan sesungguhnya saya meninggalkan kepadamu semua dua
benda berat-agung, pertama ialah Kitabullah. Itu adalah tali agama Allah.
Barangsiapa yang mengikutinya ia dapat memperoleh petunjuk, sedang barangsiapa
yang meninggalkan - mengabaikan - padanya, ia akan berada dalam
kesesatan."
Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. dalam sebuah
Hadis mauquf 'aiaih, bahawasanya dia
berkata: "Intailah Muhammad s.a.w. dalam ahli
baitnya." (Riwayat Bukhari).
Maknanya Urqubuhu ialah
jagalah dan hormati serta memuliakanlah ia, dengan menghormati serta memuliakan
ahli baitnya Rasulullah s.a.w. itu.
Kita diperintahkan untuk menyerukan
shalawat kepada Ahl bayt Nabi. Ketika shahabat bertanya kepada Nabi bagaimana
mereka seharusnyabershalawat, Nabi menjawab :"Ya Allah, sampaikan
shalawat kepada Muhammad, istrinya dan keluarganya,sebagaimana engkau
sampaikan shalawat kepada Ibrahim. Dan berilah barakahkepada Muhammad, istri
dan keluarganya, sebagaimana engkau berikan kepadaIbrahim. Sesungguhnya, engkau
Maha terpuji dan Maha Agung"(Bukhari dengan 2 rantai, Nasa'i, Abu Dawud, Ahmad,
Ibn Majah, and Malik)
Bahkan di dalam shalat kita disunahkan (menurut Imam Syafi'i
bahkan wajib) untuk membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya di
waktu tahiyat:
Allahumma shali 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad....
Allahumma shali 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad....
Abu Ya`la dari Abu Hurayra, Nabibersabda : "Yang
terbaik di antara kamu adalah yang paling baik kepada keluargaku sesudahku
". al-Haythami dalam Majma` al-zawa'id (6:40), dan dikatakan : "Abu
Ya`la merawikan dan semua rawi terpercaya." Ibn Abbas menyatakan dari
Rasulullah : "Allah mebagi menusia menjadi duakelompok, dan Dia menjadikan
saya dalam kelompok terbaik. Allah berfirman tentang. "Golongan
kanan" dan "golongan kiri". Saya berada di golongan kanan dan
saya yang terbaik dalam golongan kanan.
Kemudian Dia membagi kedua golongan menjadi tiga. Dia
berfirman, " Golongan kanan dan golongan kiri dan golongan yang mendahului
(sabiquna sabiqu)" (56:9). Saya di antara yang mendahului dan saya
yang terbaik dari yang mendahului. Kemudian Dia membagi ke dalam tiga suku dan
Dia memasukkan aku dalam suku terbaik. Dia berfirman, "Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal."(49:13). Saya yang paling bertaqwa dan paling mulia
dalampandangan Allah. Kemudian Dia membagi suku-suku dan memasukkan akudalam
keluarga terbaik. Dia berfirman, "Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. (QS. 33:33) (Hadith at-Tabarani dan al-Bayhaqi.)
Jadi, mencintai Ahl Bait adalah
merupakan salah perwujudan dari mencintai Rasulullah saw. Mencintai ahl
bait Nabi dengan demikian merupakan salah satu dari ajaran pokok ajaran Islam....
Sebagai bukti kecintaan kita hendaklah kita :
- mencintai dan menghormati mereka
- bersalawat untuk mereka
- mengikuti ajarannya
- membela mereka
Jika aku dicintai, maka keluargaku yang aku cintai juga seharusnya dicintai" [Sahih al-Tirmithi]
"Bagi kalian, keluargaku adalah seperti perahu Nuh dan siapa yang menaikinya, dia akan selalu diselamatkan, dan siapa yang tinggal akan terbunuh" [Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal] [sumber : www.ahlisunah.org].
Sebagai bukti kecintaan kita hendaklah kita :
- mencintai dan menghormati mereka
- bersalawat untuk mereka
- mengikuti ajarannya
- membela mereka
Jika aku dicintai, maka keluargaku yang aku cintai juga seharusnya dicintai" [Sahih al-Tirmithi]
"Bagi kalian, keluargaku adalah seperti perahu Nuh dan siapa yang menaikinya, dia akan selalu diselamatkan, dan siapa yang tinggal akan terbunuh" [Riwayat Imam Ahmad bin Hanbal] [sumber : www.ahlisunah.org].
Kecintaan kepada keluarga Rasulullah yang disebut dengan
ahli bait merupakan sunnah yang disyariatkan, sehingga layak kita untuk
menanamkan kecintaan dan menghormati ahli bait, sedangkan kaum Syi’ah saja
memperlakukan ahli bait itu berlebih-lebihan dengan mencaci maki orang-orang
yang tidak ahli bait, padahal mereka adalah sahabat dan keluarga Rasul yang
lain. Kita menempatkan ahli bait sebagai keluarga Rasulullah secara wajar,
tidak berlebih-lebihan dan tidak pula menghinakan keluarga yang lain, mereka
semuanya punya tempat tertentu di mata Rasulullah bahkan ada yang dijamin
sebagai penduduk syurga, Wallahu
A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 06 Zulqaidah 1434.H/11 September
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar