RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH
Tanda Cinta Allah Kepada Hamba
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Allah sebagai Rabb,
yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang
memberikan rezeki kepada makhluk-Nya. Allah juga sebagai Ilah, yang ditaati,
yang diibadahi yang diimani, yang diikuti hukum-hukum-Nya dan yang dicintai.
Sebagai Khaliq, yang menciptakan makhluk-Nya, Dia mencintai, menyayangi dan
mengasihi ciptaan-Nya; ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar.Sesungguhnya azab Tuhanmu
benar-benar keras. Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan (makhluk) dari
permulaan dan menghidupkannya (kembali). Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Pengasih, yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha mulia,”[Al Buruj 85;11-15]
Manusia adalah makhluk Allah yang istimewa dibandingkan
makhluk yang lain, disamping diberi akal sebagai fasilitas juga tidak sedikit
sarana dihamparkan untuk mereka berupa rezeki yang terdapat di darat dan di
laut, semua itu boleh digunakan, diolah untuk kebutuhan manusia. Demikian pula
hubungannya dengan Allah mempunyai hubungan yang istimewa yang tidak dimiliki
oleh makhluk lainnya, yaitu hubungan cinta.
Imam An Nawawi dalam
bukunya Riyadush Shalihin Bab 47 dengan judul“ Tanda-tanda Kecintaan
Allah Kepada Seseorang Hamba Dan Anjuran Untuk Berakhlak Sedemikian Serta
Berusaha Menghasilkannya”.
Allah Ta'ala berfirman:"Katakanlah- wahai Muhammad, jikalau
engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah saya, tentu engkau semua dicintai
oleh Allah, serta Allah mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah Maha
Pengampun lagi Penyayang," (ali-lmran: 31).
Allah Ta'ala berfirman
pula: "Hai sekalian orang yang beriman, siapa yang
bermurtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan kaum yang dicintai
olehNya dan merekapun mencintaiNya. Mereka itu bersikap lemah-lembut kepada
kaum mu'minin dan bersikap keras terhadap kaum kafirin. Mereka berjihad fi
sabilillah dan tidak takut celaan orang yang suka mencela. Demikian itulah
keutamaan Allah, dikurniakan olehNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah
adalah Maha Luas kurniaNya serta Maha Mengetahui." (al-Maidah: 54)
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya Allah Ta'ala
berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka
Aku memberitahukan padanya bahawa ia akan Kuperangi - Kumusuhi. Tidaklah
seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih
daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah
seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah,
sehingga akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah
telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk
melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya
yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi
dan jikalau ia mohon perlindungan padaKu, pasti Kulindungi." (Riwayat Imam
Bukhari).
Banyak orang yang salah
pengertian perihal siapa yang dapat disebut waliullah itu. Sebagian ada yang
mengatakan bahawa waliullah ialah semacam dukun yang dapat menyembuhkan
beberapa orang sakit atau yang dapat meneka nasib seseorang dikemudian harinya,
atau orang yang tidak mudah ditemui kerana selalu menghilang-hilang saja dan
siapa yang ditemui olehnya adalah orang yang bahagia, dan bahkan ada yang
mengatakan bahwa waliullah itu tidak perlu bersembahyang dan berpuasa sebab
sudah menjadi kekasih Allah. Persangkaan bagaimana di atas itu tidak benar,
sebab memang tidak sedemikian itu sifatnya waliullah.
Maka yang lebih dulu
perlu kita ketahui ialah: Siapakah yang sebenarnya dapat disebut waliullah atau
kekasih Allah itu? Jawabnya: Dalam al-Quran, Allah berfirman: "Tidak
ada yang dianggap sebagai kekasih Allah, melainkan orang-orang yang bertaqwa
kepadaNya."
Alangkah ringkasnya
pengertian waliullah itu, tetapi benar-benar dapat menyeluruhi semua keadaan.
Kalau ada pengertian
waliullah selain yang difirmankan oleh Allah sendiri itu, jelaslah bahwa itu
hanyalah penafsiran manusia sendiri dan tidak berdasarkan kepada agama sama
sekali. Waliullah yang berupa orang-orang yang bertaqwa kepada Allah itulah
yang dijamin oleh Allah akan mendapatkan perlindungan dan penjagaanNya selalu
dan siapa saja yang hendak memusuhinya, pasti akan ditumpas oleh Allah, sebab
Allah sendiri menyatakan permusuhan terhadap orang tadi.
Sekarang bagaimanakah
taraf pertamanya agar supaya kita dikasihi oleh Allah?
Jawabnya: Mendekatkan
(bertaqarrublah) kepada Allah dengan penuh melakukan segala yang difardhukan
(diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang sebaik-baiknya dalam taraf permulaan.
Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala itu dengan jalan melakukan
hal-hal yang sunnah-sunnah. Kalau ini telah dilaksanakan, pastilah Allah akan
menyatakan kecintaanNya. Selanjutnya, apabila seseorang itu telah benar-benar
bertaqarrub kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik
pendengarannya, penglihatannya, tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu
mendapatkan petunjuk dari Allah, selalu diberi bimbingan dan hidayat serta
pertolongan oleh Allah. Bahkan Allah menjanjikan kalau orang itu meminta apa
saja, pasti dikabulkanNya, mohon perlindungan dari apa saja, pasti
dilindungiNya. Dengan demikian, maka seringkali timbullah beberapa macam
karamah dengan izin Allah.
Karamah ialah sesuatu
yang tampak luar biasa di mata umum yang dapat dilakukan oleh seseorang
waliullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau penghargaan yang
dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahawa tidak seorang
waliullah pun yang dapat mengetahui bahawa dirinya itu menjadi waliullah. Kalau
seseorang sudah mengatakan sendiri bahawa dirinya itu waliullah, jelaslah bahwa
ia telah tertipu oleh anggapan atau persangkaannya sendiri dan sudah pasti ia
telah tertipu oleh ajakan syaitan yang menyesatkan.
Selain itu, bagaimana
juga hal-ihwal dan keadaan seseorang waliullah itu, pasti ia tidak dapat
mengetahui hal-hal yang ghaib, misalnya mengetahui apa yang tersimpan dalam
hati orang lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya miskinnya dan
lain-lain lagi.
Dalam al-Quran, Allah
berfirman:"Allah yang Maha Mengetahui
perkara ghaib, maka tidak diberitahukanlah keghaiban-keghaiban itu kepada
siapapun jua, selain kepada Rasul yang dipilih olehNya."
Dari Abu Hurairah r.a.
pula dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Jikalau Allah Ta'ala itu mencintai
seseorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah
mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu - hai Jibril - si Fulan itu. Jibril
lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit
memberitahukan bahawa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua -
hai penghuni-penghuni langit - si Fulan itu. Para penghuni langitpun lalu
mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya - yang dimaksudkan
ialah kecintaan padanya - di kalangan penghuni bumi." (Muttafaq 'alaih).
Dalam riwayat Imam
Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya Allah Ta'ala
apabila mencintai seseorang hamba, lalu memanggil Jibril kemudian berfirman:
"Sesungguhnya Saya mencintai si Fulan, maka cintailah ia." Jibril
lalu mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit
lalu berkata: "Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah
olehmu semua si Fulan itu." Orang itupun lalu dicintai oleh para penghuni
langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan – kecintaan itu baginya dalam hati para penghuni bumi.
Dan jikalau Allah membenci seseorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu
berfirman: "Sesungguhnya Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau
padanya."Jibril lalu membencinya,kemudian ia memanggil semua penghuni
langit sambil berkata: "Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka
bencilah engkau semua padanya." Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian
itu dalam hati para penghuni bumi."
Dari Aisyah radhiallahu
'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan seseorang untuk memimpin
sepasukan tentara ke medan peperangan.
Orang itu suka benar membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu
wallahu ahad sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kemhali, hal itu
mereka sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Cuba
tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?" Mereka
sama bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: "Sebab itu adalah
sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali
membacanya." Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w. - setelah diberitahu
jawapan orang itu: "Beritahukanlah padanya bahawasanya Allah Ta'ala
mencintainya." (Muttafaq 'alaih)
Orang
yang paling bahagia adalah orang yang menjadi kekasih Allah. Seorang hamba yang
menjadi kekasih Allah pasti akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Amal saleh merupakan fondasi utama yang akan mengantarkan kita menjadi
kekasih-Nya. Lalu, bagaimana caranya agar ibadah yang kita lakukan bisa
mengantarkan pada cinta Allah SWT? Paling tidak ada lima kiat yang harus kita
lakukan.
Pertama,
lakukan ibadah dengan penuh cinta. Cinta manusia kepada Allah adalah puncak
cinta manusia yang paling bening dan jernih. Cinta sebagai media untuk mengikat
atau menghubungkan hamba dengan Allah. Adanya kerinduan ingin bertemu dengan
Allah dan kerinduan kepadanya bukan hanya dengan berkomunikasi dalam bentuk
shalat, doa, zikir, dan membaca Aquran tetapi diwujudkan juga dalam sikap
istiqamah atau konsisiten dalam berpegang teguh pada ajaran Islam.
Rasulullah
SAW mengingatkan, "Seorang hamba tidak disebut beriman kecuali bila aku
lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya."
(HR Bukhari).
Kedua, lakukan amal saleh secara maksimal sesuai dengan kemampuan. Seorang pengusaha tidak mungkin sukses tanpa mengalami rintangan. Seorang pelajar tidak mungkin menjadi ilmuwan tanpa melalui tahap pendidikan dan ujian. Begitu pula dengan surga. Seorang hamba yang berniat ingin meraih kenikmatan surga, tentu saja harus melewati tahapan ujian dari Allah.
Kedua, lakukan amal saleh secara maksimal sesuai dengan kemampuan. Seorang pengusaha tidak mungkin sukses tanpa mengalami rintangan. Seorang pelajar tidak mungkin menjadi ilmuwan tanpa melalui tahap pendidikan dan ujian. Begitu pula dengan surga. Seorang hamba yang berniat ingin meraih kenikmatan surga, tentu saja harus melewati tahapan ujian dari Allah.
Ketiga,
mujahadah, yakni bersungguh-sungguh melakukan amal saleh sehingga setan tidak
memiliki peluang untuk menggelincirkan manusia ke dalam kesesatan. Allah SWT
akan memberikan petunjuk ke jalan yang diridai-Nya kepada orang yang ibadahnya
disertai mujahadah.
Sifat
mujuahadah ini tampak jelas pada Rasulullah SAW yang selalu melakukan shalat
malam hingga kedua tumitnya bengkak. Ketika itu, Aisyah RA bertanya,
"Mengapa engkau lakukan hal ini (shalat malam), bukankah Allah SWT sudah
mengampuni dosamu yang sudah lalu dan yang akan datang? Rasulullah SAW
bersabda, "Bukankah sepantasnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?"
(HR Bukhari dan Muslim).
Keempat,
sabar ketika beramal. Ibadah apa pun, shalat, puasa, zakat, haji, shalat malam,
maupun ibadah lainnya, hendaknya dilaksanakan dengan sabar. Kelima, berjamaah
dalam melakukan amal saleh.
Sebuah
peribahasa menyebutkan, "Seekor harimau tidak akan pernah menerkam kambing
yang sedang berkelompok." Peribahasa itu menunjukkan, musuh takut akan
perlawanan yang dilakukan secara berkelompok. Begitu juga setan. Ia akan
kesulitan menggelincirkan manusia dalam kesesatan jika ibadah selalu dikerjakan
secara berjamaah. Apalagi, ibadahnya disertai dengan keikhlasan yang murni
karena Allah SWT.
"Tidaklah
tiga orang penghuni desa atau penghuni pegunungan yang tidak mendirikan shalat
berjamaah kecuali mereka telah dikuasai oleh setan. Karena itu, hendaknya kamu melakukan
shalat dengan berjamaah karena harimau hanya mau menangkap kambing yang sedang
sendirian." (HR Abu Daud dan Nasa'i). [Ustadz Aam Amiruddin, Inilah Amal Berbuah
Cinta Allah, Republika online, Selasa, 23 Agustus 2011 16:04 WIB].
Bila keimanan dan
pengabdian serta akhlak suatu ummat sudah mulai melenceng dari jalan tauhid,
maka Allah akan mengganti ummat yang
ingkar tersebut dengan generasi lain yang lebih baik. Sebagaimana dalam surat
Al Maidah 5;54 hal itu dijelaskan Allah; “Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui.”
Pada ayat diatas Allah memanggil
orang-orang yang beriman karena memang orang yang beriman yang mau dan mampu
untuk menunaikan kewajiban yang dibebankan Allah, keimanan saja tidaklah cukup
tapi asfek lain harus ditunaikan, keimanan yang dicampuradukkan dengan
kekufuran atau telah keluar dari nilai-nilai keimanan maka orang beriman
tersebut akan diganti dengan ummat lain, salah satu sifat mereka adalah yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya. Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 06 Zulqaidah 1434.H/11 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar