RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH
Keutamaan Mencintai Karena Allah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Cinta
yang paling tinggi dan paling wajib serta yang paling bermanfaat mutlak adalah
cinta kepada Allah Ta’ala semata, diiringi terbentuknya jiwa oleh sikap hanya
menuhankan Allah Ta’ala saja. Karena yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang
hati manusia condong kepadanya dengan penuh rasa cinta dengan meng-agungkan dan
membesarkannya, tunduk dan pasrah secara total serta menghamba kepadaNya. Allah
Ta’ala wajib dicintai karena DzatNya sendiri,sedangkan yang selain Allah Ta’ala
dicintai hanya sebagai konsekuensi dari rasa cinta kepada Allah Ta’ala.
Dalam
Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:“Tali
iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At
Tirmidzi)
Dalam
riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:“Barangsiapa yang mencintai karena
Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena
Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia
mengatakan hadits hasan].
Dari
dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan
dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap
sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci Allah, ridla
kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla kepada yang tidak diridlai Allah,
memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah, mencegah segala yang dicegah
Allah, memberi kepada orang yang Allah cintai untuk memberikan dan tidak
memberikan kepada orang yang Allah tidak suka jika ia diberi.[Ramaisha Ummu
Hafidz, Cinta Dan Benci Karena Allah,www.alsofwah.or.id/khutbah].
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 46
dengan judul“
Keutamaan
Mencintai Karena Allah Dan Menganjurkan Sikap demikian, Juga Memberitahukannya
Seseorang Kepada Orang Yang Dicintainya Bahwa Ia Mencintainya Dan Apa Yang
Diucapkan Oleh Orang Yang Diberitahu Sedemikian Itu.
Allah
Ta'ala berfirman:"Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang
beserta Muhammad itu mempunyai sikap keras - tegas - terhadap kaum
kafir, tetapi saling kasih-mengasihi antara sesama kaum mu'minin." sampai
ke akhir surat. (al-Fath: 29).
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Dan orang-orang yang telah lebih dulu dari mereka bertempat
tinggal dalam kampung -
Madinah - serta beriman , mereka
menunjukkan kasih-sayang kepada
orang yang berpindah
ke kampung mereka itu." (al-Hasyr: 9).
Dari
Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Ada tiga perkara, barangsiapa yang
tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan
manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih dicintai olehnya
daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai orang lain dan
tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan karena Allah, dan jikalau seseorang
itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah
dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api
neraka." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a.
dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Ada tujuh macam orang yang akan dapat diberi
naungan oleh Allah dalam naunganNya
pada hari tiada
naungan melainkan naunganNya -
yakni pada hari kiamat, yaitu: imam - pemimpin atau kepala - yang adil, pemuda
yang tumbuh - sejak kecil - dalam beribadat kepada Allah Azza wa jalla, seseorang
yang hatinya tergantung - sangat memperhatikan - kepada masjid-masjid, dua
orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas keadaan
yang sedemikian serta berpisah pun demikian pula, seseorang Ielaki yang diajak
oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata:
"Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - ataupun sebaliknya
yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang Ielaki, seseorang yang
bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu - tidak
menampak-nampakkannya, sehingga dapat dikatakan bahawa tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seseorang yang ingat
kepada Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehkan airmata dari kedua
matanya." (Muttafaq 'alaih).
Dari
Abu Hurairah r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya
Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat: "Manakah orang-orang yang saling
cinta-mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan saya beri
naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri." (Riwayat
Muslim).
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Demi Zat yang jiwaku ada di
dalam genggaman kekuasaanNya, engkau semua tidak dapat masuk syurga sehingga
engkau semua beriman dan engkau semua belum disebut beriman sehingga engkau
semua saling cinta-mencintai. Sukakah engkau saya beri petunjuk pada sesuatu
yang apabila itu engkau semua lakukan, maka engkau semua dapat saling
cinta-mencintai? Sebarkanlah ucapan salam antara engkau semua." (Riwayat
Muslim).
Dari Hurairah r.a. pula
dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang Ielaki berziarah kepada seorang
saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang malaikat untuk
melindunginya di sepanjang jalan," kemudian dihuraikannya Hadis itu sampai
kepada sabdanya: "Sesungguhnya Allah itu menctntaimu sebagaimana engkau
mencintai saudaramu itu kerana Allah." (Riwayat Muslim).
Dari Albara' bin 'Azib
radhiallahu'anhuma dari Nabi s.a.w. bahawasanya beliau bersabda mengenai golongan
sahabat Anshar: "Tidak
mencintai kaum Anshar itu melainkan orang mu'min dan tidak membenci mereka itu
melainkan orang munafiq; barangsiapa yang mencintai mereka, maka ia dicintai
oleh Allah dan barangsiapa membenci mereka, maka mereka dibenci oleh Allah."
(Muttafaq 'alaih)
Dari Mu'az r.a.,
katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah 'Azzawajalla
berfirman: "Orang-orang yang saling
cinta-mencintai kerana keagunganKu, maka mereka itu akan memiliki mimbar-mimbar
dari cahaya yang diinginkan pula oleh para nabi dan para syahid - mati dalam
peperangan untuk membela agama Allah." Diriwayatkan
oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abu ldris
al-Khawlani rahimahullah, katanya: "Saya memasuki masjid Damsyik,
tiba-tiba di situ ada seorang pemuda yang bercahaya giginya - yakni suka sekali
tersenyum - dan sekalian manusia besertanya. Jikalau orang-orang itu berselisih
mengenai sesuatu hal, mereka lalu menyerahkan persoalan itu kepadanya dan
mereka mengeluarkan huraian dari pendapatnya, kemudian saya bertanya mengenai
dirinya, lalu menerima jawapan: "Ini adalah Mu'az bin Jabal. Setelah hari
esoknya, saya datang pagi-pagi sekali, lalu saya dapati Mu'az sudah mendahului
saya datang paginya. Ia saya temui sedang bersembahyang. Kemudian saya
menantikannya sehingga ia menyelesaikan shalatnya. Seterusnya sayapun
mendatanginya dari arah mukanya, lalu saya mengucapkan salam padanya, kemudian
saya berkata: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu kerana Allah."
Ia berkata: "Kerana Allahkah?" Saya menjawab: "Ya, kerana
Allah." Ia berkata: "Kerana Allah?" Saya menjawab: "Ya,
kerana Allah." Mu'az lalu mengambil belitan selendangku,kemudian menarik
tubuhku kepadanya, terus berkata: "Bergembiralah engkau, kerana sesungguhnya
saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Tabaraka wa
Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Wajiblah kecintaanKu itu kepada
orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana Aku, duduk-duduk bersama kerana
Aku, saling ziarah-menziarahi kerana Aku dan saling hadiah-menghadiahi kerana
Aku." Hadis
shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Almuwaththa' dengan
isnadnya yang shahih.
Dari Abu Karimah iaitu
al-Miqdad - di sebagian naskah disebut al-Miqdam-bin Ma'dikariba r.a. dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Jikalau
seseorang itu mencintai saudaranya, maka hendaklah memberitahukan pada
saudaranya itu bahwa ia mencintainya." Diriwayatkan
oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah
Hadis hasan shahih.
Dari Mu'az r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan bersabda:
"Hai Mu'az, demi
Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu. Kemudian saya hendak berwasiat padamu
hai Mu'az, yaitu: Janganlah setiap selesai shalat meninggalkan bacaan - yang artinya: Ya Allah, berilah saya
pertolongan untuk tetap mengingatMu serta bersyukur padaMu, juga berilah saya
pertolongan untuk Beribadat yang sebaik-baiknya padaMu." Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan
Nasa'i dengan isnad shahih.
Dari Anas r.a.
bahawasanya ada seorang lelaki yang berada di sisi Nabi s.a.w., lalu ada
seorang lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat beliau
berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini." Nabi
s.a.w. bertanya: "Adakah engkau sudah memberitahukan padanya tentang
itu?" Ia menjawab: "Tidak - belum saya beritahukan." Nabi s.a.w.
bersabda: "Beritahukanlah padanya." Orang yang bersama beliau s.a.w.
lalu menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu berkata: "Sesungguhnya saya
mencintaimu." Orang itu lalu menjawab: "Engkau juga dicintai oleh
Allah yang kerana Allah itulah engkau mencintai aku." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
dengan isnad shahih.
Berkasih
sayang karena Allah adalah ujud refleksi
cinta seseorang yang dilabuhkan kepada kekasihnya berdasarkan ketulusan hati
dengan motivasi untuk beribadah kepada Allah karena cinta yang ditaburkan
secara tidak baik akan mendatangkan malapetaka bagi pelakunya, cinta memang
harus memilih, tentu pilihan itu bukan semata-mata karena nafsu tapi
berdasarkan argumentasi yang lebih baik, menolak cinta seorang yang shaleh
dalam rangka memilih cinta orang yang shaleh pula adalah sebuah kebenaran, tapi
menolak keshalihan dengan menerima keburukan merupakan ujud kemungkaran, kita
lihat bagaimana para sahabat melabuhkan cintanya dari keshalihan kepada
keshalihan yang lain, sebuah tulisan yang menarik dari www.dakwatuna.com yang saya kutip dibawah ini;
“Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama
dan akhlaqnya meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian
sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah
memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri
seseorang.
“Apabila engkau tidak
menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan
terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” Di sini Rasulullah
mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu
ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa
fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.
Bisa jadi perkataan Rasulullah
ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orangtua dan putri-putri mereka,
terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan
yang meluas di muka bumi. Kita bisa mengira-ngira jenis kerusakan apa yang akan
muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang karena mempertahankan kesucian
dirinya dan dihalang-halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah
salah satu jenis kerusakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun
banyak di antara mereka tidak meminang siapapun.
Cinta adalah argumentasi yang
shahih untuk menolak. Di telinga dan jiwa lelaki ini, perkataan Rasulullah itu
laksana setitis embun di kegersangan hati. Menumbuhkan tunas yang hampir mati
diterpa badai kemarau dan panasnya bara api. Seakan-akan Rasulullah
mengatakannya khusus hanya untuk dirinya. Seakan-akan Rasulullah
mengingatkannya akan ikhtiar dan agar tiada sesal di kemudian hari.
“Cinta itu,” kata Prof. Dr. Abdul
Halim Abu Syuqqah dalam Tahrirul Ma’rah fi ‘Ashrir Risalah, “Adalah perasaan
yang baik dengan kebaikan tujuan jika tujuannya adalah menikah.” Artinya yang
satu menjadikan yang lainnya sebagai teman hidup dalam bingkai pernikahan.
Dengan maksud yang serupa, Imam
Al Hakim mencatat bahwa Rasulullah bersabda tentang dua manusia yang saling
mencintai. “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang-orang yang
saling mencintai,” kata Rasulullah, “Seperti halnya pernikahan.” Ya, tidak ada
yang lebih indah. Ini adalah perkataan Rasulullah. Dan lelaki ini meyakini
bahwa perkataan beliau adalah kebenaran. Karena bagi dua orang yang saling mencintai,
memang tidak ada yang lebih indah selain pernikahan. Karena cintalah yang
menghapus fitnah di muka bumi dan memperbaiki kerusakan yang meluas, insya
Allah.
Cinta adalah argumentasi yang
shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk
mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana
pernikahan.[dikutip dengan pemotongan beberapa paragraph dari tulisan Shabra
Syatila dengan judul; Argumentasi, Lelaki Shalih, dan Cinta, dakwatuna.com.
30/9/2010 | 21 Syawal 1431 H ].
Mencintai karena Allah adalah berkah
yang paling tinggi dari pada cinta sekedar karena keelokan paras, cinta karena
memiliki harta yang banyak atau cinta karena memiliki nasab yang mulia di
tengah masyarakat, karena bila cinta karena Allah bila kelak berpisahpun karena
Allah, tidak rasa sakit hati, tidak ada
caci-maki dan penghinaan, yang kita saksikan sekarang ini adalah, pernikahan
yang terujud dengan indahnya, tapi dikala pernikahan itu berakhir dengan
perceraian, masing-masing melakukan aksi yang saling menyakitkan, seharusnya
bila pernikahan itu baik dan berlansung dengan baik maka dikala terjadi
perceraian tentu seharusnya berakhir dengan
baik pula, karena telah disadari
bahwa pertemuan dan perpisahan itu karena Allah semata, Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 05 Zulqaidah 1434.H/10 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar