Senin, 02 Desember 2013

88.46 Keutamaan Mencintai Karena Allah



RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH








Keutamaan  Mencintai Karena Allah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Cinta yang paling tinggi dan paling wajib serta yang paling bermanfaat mutlak adalah cinta kepada Allah Ta’ala semata, diiringi terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Ta’ala saja. Karena yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong kepadanya dengan penuh rasa cinta dengan meng-agungkan dan membesarkannya, tunduk dan pasrah secara total serta menghamba kepadaNya. Allah Ta’ala wajib dicintai karena DzatNya sendiri,sedangkan yang selain Allah Ta’ala dicintai hanya sebagai konsekuensi dari rasa cinta kepada Allah Ta’ala.

Dalam Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.At Tirmidzi)

Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda:“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan].

Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci Allah, ridla kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla kepada yang tidak diridlai Allah, memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah, mencegah segala yang dicegah Allah, memberi kepada orang yang Allah cintai untuk memberikan dan tidak memberikan kepada orang yang Allah tidak suka jika ia diberi.[Ramaisha Ummu Hafidz, Cinta Dan Benci Karena Allah,www.alsofwah.or.id/khutbah].

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 46 dengan judul Keutamaan Mencintai Karena Allah Dan Menganjurkan Sikap demikian, Juga Memberitahukannya Seseorang Kepada Orang Yang Dicintainya Bahwa Ia Mencintainya Dan Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Diberitahu Sedemikian Itu.

 Allah Ta'ala berfirman:"Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang beserta Muhammad itu mempunyai sikap keras - tegas - terhadap kaum kafir, tetapi saling kasih-mengasihi antara sesama kaum mu'minin." sampai ke akhir surat. (al-Fath: 29).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Dan orang-orang yang telah lebih dulu dari mereka bertempat tinggal  dalam  kampung -  Madinah   - serta  beriman ,  mereka menunjukkan   kasih-sayang   kepada  orang  yang  berpindah   ke kampung mereka itu." (al-Hasyr: 9).

 Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan karena Allah, dan jikalau seseorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Ada tujuh macam orang yang akan dapat diberi naungan oleh Allah  dalam   naunganNya  pada  hari  tiada   naungan   melainkan naunganNya - yakni pada hari kiamat, yaitu: imam - pemimpin atau kepala - yang adil, pemuda yang tumbuh - sejak kecil - dalam beribadat kepada Allah Azza wa jalla, seseorang yang hatinya tergantung - sangat memperhatikan - kepada masjid-masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas keadaan yang sedemikian serta berpisah pun demikian pula, seseorang Ielaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang Ielaki, seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu - tidak menampak-nampakkannya, sehingga dapat dikatakan bahawa tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seseorang yang ingat kepada Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehkan airmata dari kedua matanya." (Muttafaq 'alaih).

 Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat: "Manakah orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan saya beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri." (Riwayat Muslim).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, engkau semua tidak dapat masuk syurga sehingga engkau semua beriman dan engkau semua belum disebut beriman sehingga engkau semua saling cinta-mencintai. Sukakah engkau saya beri petunjuk pada sesuatu yang apabila itu engkau semua lakukan, maka engkau semua dapat saling cinta-mencintai? Sebarkanlah ucapan salam antara engkau semua." (Riwayat Muslim).

Dari Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang Ielaki berziarah kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan," kemudian dihuraikannya Hadis itu sampai kepada sabdanya: "Sesungguhnya Allah itu menctntaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu kerana Allah." (Riwayat Muslim).

Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu'anhuma dari Nabi s.a.w. bahawasanya beliau bersabda mengenai golongan sahabat Anshar: "Tidak mencintai kaum Anshar itu melainkan orang mu'min dan tidak membenci mereka itu melainkan orang munafiq; barangsiapa yang mencintai mereka, maka ia dicintai oleh Allah dan barangsiapa membenci mereka, maka mereka dibenci oleh Allah." (Muttafaq 'alaih)

Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman: "Orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana keagunganKu, maka mereka itu akan memiliki mimbar-mimbar dari cahaya yang diinginkan pula oleh para nabi dan para syahid - mati dalam peperangan untuk membela agama Allah." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

Dari Abu ldris al-Khawlani rahimahullah, katanya: "Saya memasuki masjid Damsyik, tiba-tiba di situ ada seorang pemuda yang bercahaya giginya - yakni suka sekali tersenyum - dan sekalian manusia besertanya. Jikalau orang-orang itu berselisih mengenai sesuatu hal, mereka lalu menyerahkan persoalan itu kepadanya dan mereka mengeluarkan huraian dari pendapatnya, kemudian saya bertanya mengenai dirinya, lalu menerima jawapan: "Ini adalah Mu'az bin Jabal. Setelah hari esoknya, saya datang pagi-pagi sekali, lalu saya dapati Mu'az sudah mendahului saya datang paginya. Ia saya temui sedang bersembahyang. Kemudian saya menantikannya sehingga ia menyelesaikan shalatnya. Seterusnya sayapun mendatanginya dari arah mukanya, lalu saya mengucapkan salam padanya, kemudian saya berkata: "Demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu kerana Allah." Ia berkata: "Kerana Allahkah?" Saya menjawab: "Ya, kerana Allah." Ia berkata: "Kerana Allah?" Saya menjawab: "Ya, kerana Allah." Mu'az lalu mengambil belitan selendangku,kemudian menarik tubuhku kepadanya, terus berkata: "Bergembiralah engkau, kerana sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Wajiblah kecintaanKu itu kepada orang-orang yang saling cinta-mencintai kerana Aku, duduk-duduk bersama kerana Aku, saling ziarah-menziarahi kerana Aku dan saling hadiah-menghadiahi kerana Aku." Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Almuwaththa' dengan isnadnya yang shahih.

Dari Abu Karimah iaitu al-Miqdad - di sebagian naskah disebut al-Miqdam-bin Ma'dikariba r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau seseorang itu mencintai saudaranya, maka hendaklah memberitahukan pada saudaranya itu bahwa ia mencintainya." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

Dari Mu'az r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan bersabda:
"Hai Mu'az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu. Kemudian saya hendak berwasiat padamu hai Mu'az, yaitu: Janganlah setiap selesai shalat meninggalkan bacaan - yang artinya: Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap mengingatMu serta bersyukur padaMu, juga berilah saya pertolongan untuk Beribadat yang sebaik-baiknya padaMu." Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad shahih.

Dari Anas r.a. bahawasanya ada seorang lelaki yang berada di sisi Nabi s.a.w., lalu ada seorang lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat beliau berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini." Nabi s.a.w. bertanya: "Adakah engkau sudah memberitahukan padanya tentang itu?" Ia menjawab: "Tidak - belum saya beritahukan." Nabi s.a.w. bersabda: "Beritahukanlah padanya." Orang yang bersama beliau s.a.w. lalu menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu berkata: "Sesungguhnya saya mencintaimu." Orang itu lalu menjawab: "Engkau juga dicintai oleh Allah yang kerana Allah itulah engkau mencintai aku." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.


Berkasih sayang karena Allah adalah  ujud refleksi cinta seseorang yang dilabuhkan kepada kekasihnya berdasarkan ketulusan hati dengan motivasi untuk beribadah kepada Allah karena cinta yang ditaburkan secara tidak baik akan mendatangkan malapetaka bagi pelakunya, cinta memang harus memilih, tentu pilihan itu bukan semata-mata karena nafsu tapi berdasarkan argumentasi yang lebih baik, menolak cinta seorang yang shaleh dalam rangka memilih cinta orang yang shaleh pula adalah sebuah kebenaran, tapi menolak keshalihan dengan menerima keburukan merupakan ujud kemungkaran, kita lihat bagaimana para sahabat melabuhkan cintanya dari keshalihan kepada keshalihan yang lain, sebuah tulisan yang menarik dari www.dakwatuna.com yang saya kutip dibawah ini;

 “Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.

“Apabila engkau tidak menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.

Bisa jadi perkataan Rasulullah ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orangtua dan putri-putri mereka, terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi. Kita bisa mengira-ngira jenis kerusakan apa yang akan muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang karena mempertahankan kesucian dirinya dan dihalang-halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah salah satu jenis kerusakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun banyak di antara mereka tidak meminang siapapun.

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak. Di telinga dan jiwa lelaki ini, perkataan Rasulullah itu laksana setitis embun di kegersangan hati. Menumbuhkan tunas yang hampir mati diterpa badai kemarau dan panasnya bara api. Seakan-akan Rasulullah mengatakannya khusus hanya untuk dirinya. Seakan-akan Rasulullah mengingatkannya akan ikhtiar dan agar tiada sesal di kemudian hari.

“Cinta itu,” kata Prof. Dr. Abdul Halim Abu Syuqqah dalam Tahrirul Ma’rah fi ‘Ashrir Risalah, “Adalah perasaan yang baik dengan kebaikan tujuan jika tujuannya adalah menikah.” Artinya yang satu menjadikan yang lainnya sebagai teman hidup dalam bingkai pernikahan.

Dengan maksud yang serupa, Imam Al Hakim mencatat bahwa Rasulullah bersabda tentang dua manusia yang saling mencintai. “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang-orang yang saling mencintai,” kata Rasulullah, “Seperti halnya pernikahan.” Ya, tidak ada yang lebih indah. Ini adalah perkataan Rasulullah. Dan lelaki ini meyakini bahwa perkataan beliau adalah kebenaran. Karena bagi dua orang yang saling mencintai, memang tidak ada yang lebih indah selain pernikahan. Karena cintalah yang menghapus fitnah di muka bumi dan memperbaiki kerusakan yang meluas, insya Allah.

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.[dikutip dengan pemotongan beberapa paragraph dari tulisan Shabra Syatila dengan judul; Argumentasi, Lelaki Shalih, dan Cinta, dakwatuna.com. 30/9/2010 | 21 Syawal 1431 H ].

Mencintai karena Allah adalah berkah yang paling tinggi dari pada cinta sekedar karena keelokan paras, cinta karena memiliki harta yang banyak atau cinta karena memiliki nasab yang mulia di tengah masyarakat, karena bila cinta karena Allah bila kelak berpisahpun karena Allah, tidak rasa  sakit hati, tidak ada caci-maki dan penghinaan, yang kita saksikan sekarang ini adalah, pernikahan yang terujud dengan indahnya, tapi dikala pernikahan itu berakhir dengan perceraian, masing-masing melakukan aksi yang saling menyakitkan, seharusnya bila pernikahan itu baik dan berlansung dengan baik maka dikala terjadi perceraian tentu seharusnya berakhir dengan  baik pula, karena  telah disadari bahwa pertemuan dan perpisahan itu karena Allah semata,  Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 05 Zulqaidah 1434.H/10 September 2013].






Tidak ada komentar:

Posting Komentar