RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH
Keutamaan Hidup Sederhana
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Hidup di
dunia ini tidak lepas dari susah dan senang, kaya dan miskin, tawa dan tangis,
demikian dinamika yang dilalui manusia. Manusia cendrung menghendaki hidup
senang, penuh tawa dan kaya.
Kecendrungan lain adalah hidup mewah dan bermegah-megahan dari pada
hidup sederhana, orang miskin bisa dan
biasa untuk hidup sederhana tapi orang yang berada lebih mulia hidupnya bila
mampu berlaku sederhana, karena kesederhanaan dalam hidup itu memiliki beberapa
keutamaan.
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 56 dengan judul
“Keutamaan
Lapar, Hidup Serba Kasar, Cukup Dengan Sedikit Saja Dalam Hal Makan, Minum,
Pakaian Dan Lain-lain Dari Ketentuan-ketentuan Badan Serta Meninggalkan
Kesyahwatan-kesyahwatan (Keinginan-keinginan Jasmaniyah)”.
Allah Ta'ala berfirman:"Kemudian mereka digantikan oleh sesuatu angkatan yang
meninggalkan shalat dan memperturutkan keinginan nafsu, maka oleh sebab itu,
mereka akan menemui kebinasaan. Kecuali orang yang bertaubat dan beriman serta
beramal shalih, maka mereka itu akan memasuki syurga dan tidak dianiaya
sedikitpun." (Maryam: 59-60)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Kemudian keluarlah
ia - yakni Qarun - pada kaumnya
dengan perhiasannya - yang indah-indah. Orang yang menghendaki kehidupan dunia
berkata: "Wahai, kiranya kita mempunyai seperti apa yang diberikan kepada
Qarun, sesungguhnya ia mempunyai bagian keuntungan yang besar - yakni bernasib
baik sekali. Tetapi orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan berkata:
"Celaka engkau semua itu, pahala dari Allah adalah lebih baik untuk orang
yang beriman dan beramal shalih." (al-Qashash: 79-80).
Juga Allah Ta'ala berfirman:"Kemudian pada hari itu - yakni hari kiamat, niscayalah engkau
semua akan ditanya tentang kesenangan - dunia." (at-Takatsur: 8).
Allah Ta'ala berfirman lagi:"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan yang sekarang, maka Kami
segerakan - memberikan - kepadanya apa yang Kami kehendaki, untuk orang yang
Kami sukai, kemudian Kami jadikan untuknya neraka jahannam, ia masuk ke
dalamnya dalam keadaan tercela dan dihalaukan - terusir." (al-lsra':
18).
Dari Urwah dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya Aisyah
pernah berkata: "Demi Allah, hai anak saudaraku, sesungguhnya kita melihat
ke bulan sabit, kemudian timbul pula bulan sabit, kemudian timbul pula bulan
sabit. Jadi tiga bulan sabit yang berarti dalam dua bulan lamanya, sedang di
rumah-rumah keluarga Rasulullah s.a.w. tidak pernah ada nyala api." Saya -
yakni Urwah -berkata: "Hai bibi, maka apakah yang dapat menghidupkan anda
sekalian?" Aisyah radhiallahu 'anha menjawab: "Dua benda hitam, yaitu
kurma dan air belaka, hanya saja Rasulullah s.a.w. mempunyai beberapa tetangga
dari kaum Anshar, mereka itu mempunyai beberapa ekor unta manihah, lalu mereka
kirimkanlah air susunya itu kepada Rasulullah s.a.w. kemudian memberikan
minuman itu kepada kita." (Muttafaq 'alaih)
Dari Said al-Maqburi dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia
berjalan melalui kaum yang di hadapan mereka itu ada seekor kambing yang sedang
dipanggang. Mereka memanggilnya, tetapi ia enggan untuk ikut memakannya dan ia
berkata: "Rasulullah s.a.w. keluar dari dunia - yakni wafat - dan tidak
pernah kenyang dari roti gandum." (Riwayat Bukhari)
Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu tidak pernah
makan di atas meja sehingga beliau wafat, juga tidak pernah makan roti yang
diperhaluskan buatannya sehingga beliau wafat." (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
pada suatu hari atau suatu malam keluar, kemudian tiba-tiba bertemu dengan Abu
Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma, lalu beliau bertanya: "Apakah yang
menyebabkan engkau berdua keluar ini?" Keduanya menjawab: "Karena
lapar ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Adapun saya, demi Zat
yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, niscayalah yang menyebabkan
saya keluar ini adalah sesuatu yang juga menyebabkan engkau berdua keluar itu -
yakni sama-sama karena lapar - Ayolah pergi." Keduanya pergi bersama
beliau s.a.w., lalu mendatangi seorang lelaki dari kaum Anshar, tiba-tiba
lelaki itu tidak sedang di rumahnya. Ketika isterinya melihat Nabi s.a.w., lalu
berkata: Marhaban wa ahlan. Selamat
datang di rumah ini dan harap mendapatkan keluarga yang baik. Rasulullah s.a.w.
lalu bertanya: "Di mana Fulan - suamimu?" Isterinya menjawab:
"Ia pergi mencari air tawar untuk kita." Tiba-tiba di saat itu orang
Anshar - suaminya itu - datang. Ia melihat kepada Rasulullah s.a.w. dan kedua
orang sahabatnya, kemudian berkata: "Alhamdulillah. Tiada seorangpun yang
pada hari ini mempunyai tamu-tamu yang lebih mulia daripada saya sendiri.
Orang itu lalu pergi kemudian datang lagi menemui
tamu-tamunya itu dengan membawa sebuah batang kurma - berlobang - berisikan
kurma berwarna, kurma kering dan kurma basah. lapun berkata: "Silakanlah
makan."Selanjutnya ia mengambil pisau,lalu Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jangan menyembelih yang mengandung air susu." Orang Anshar itu lalu
menyembelih untuk tamu-tamunya itu, kemudian mereka makan kambing itu, juga
kurma dari batang kurma tadi serta minum pulalah mereka. Setelah semuanya itu
kenyang dan segar-tidak kehausan-lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi
Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, niscayalah engkau semua
akan ditanya dari kenikmatan yang engkau semua rasakan ini pada hari kiamat. Engkau
semua dikeluarkan dari rumahmu oleh kelaparan. Kemudian engkau semua tidak
kembali sehingga engkau semua memperoleh kenikmatan ini." (Riwayat Muslim).
Dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Niscayalah saya pernah mengalami diriku bahwa saya jatuh tersungkur
antara mimbarnya Rasulullah s.a.w. dengan biliknya Aisyah radhiallahu 'anha
sampai tidak sadarkan diri. Kemudian datanglah padaku seseorang yang datang,
lalu ia meletakkan kakinya di atas leher saya dan ia menyangka bahwa
sesungguhnya saya adalah orang gila, padahal saya tidaklah kejangkitan penyakit
gila, tetapi jatuh saya tadi hanyalah karena kelaparan." (Riwayat Bukhari)
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah
s.a.w. wafat sedang baju besinya sedang digadaikan pada seorang Yahudi dengan
nilai tiga puluh sha' - gantang - dari gandum." (Muttafaq 'alaih)
Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. menggadaikan baju
besinya dengan gandum dan saya berjalan ke tempat Nabi s.a.w. dengan membawa
roti gandum dan lemak cair yang sudah berubah keadaannya. Sungguh-sungguh saya
mendengar beliau s.a.w. bersabda: "Tiada sesuatupun pada pagi-pagi ini
melainkan hanya segantang untuk para keluarga Muhammad dan tidak ada untuk sore
harinya nanti kecuali segantang pula." Padahal seluruh keluarganya itu
adalah sembilan rumah." (Riwayat Bukhari)
506. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita
semua duduk-duduk bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba datanglah seorang lelaki
dari kaum Anshar, lalu ia memberi salam pada beliau itu. kemudian orang Anshar
tadi menyingkir. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai saudara kaum Anshar,
bagaimanakah keadaan saudaraku Sa'ad bin Ubadah?" Orang itu menjawab:
"Baik saja." Beliau s.a.w, bersabda lagi: "Siapakah di antara
engkau semua yang meninjaunya?" Kemudian beliau s.a.w. berdiri dan kitapun
berdiri bersamanya dan kita berjumlah sepuluh orang lebih - tiga sampai
sembilan. Kita semua yang pergi itu tidak berterumpah, tidak pula bersepatu,
bersongkok ataupun bergamis, sedangkan kita berjalan di tempat yang tandus,
hampir tidak ada tanamannya, sehingga datanglah kita di tempatnya. Kaumnya
Sa'ad bin Ubadah lalu mundur dari sekelilingnya, sehingga mendekatlah Rasulullah
serta semua sahabat yang menyertainya." (Riwayat Muslim)
Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu 'anhuma dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Sebaik-baik engkau sekalian adalah orang-orang yang
sekurun - semasa - denganku, kemudian yang mengikutinya - yang datang
sesudahnya - kemudian orang-orang yang mengikutnya." Imran berkata:
"Saya tidak tahu, adakah Nabi s.a.w. mengucapkannya itu dua atau tiga
kali."
Nabi s.a.w. selanjutnya menyabdakan: "Kemudian akan
datanglah sesudah mereka itu sesuatu kaum yang menjadi saksi, tetapi tidak
dapat dipercaya kesaksiannya. Mereka juga berkhianat dan tidak dapat dipercaya
amanatnya, demikian pula mereka bernazar, tetapi tidak suka memenuhi nazarnya
dan tampaklah kegemukan dalam tubuh mereka," - yakni gemuk yang disebabkan
karena terlampau banyak makan, minum dan bersenang-senang dan bukan gemuk
karena kejadiannya memang gemuk." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Hai anak Adam, sesungguhnya jikalau engkau memberikan apa-apa
yang kelebihan padamu, sebenarnya hal itu adalah lebih baik untukmu dan jikalau
engkau tahan - tidak engkau berikan siapapun, maka hal itu adalah menjadikan
keburukan untukmu. Engkau tidak akan tercela karena adanya kecukupan -
maksudnya menurut syariat engkau tidak akan dianggap salah, jikalau kehidupanmu
itu dalam keadaan yang cukup dan tidak berlebih-lebihan. Lagi pula mulailah -
dalam membelanjakan nafkah - kepada orang yang wajib engkau
nafkahi."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan shahih.
Dari Ubaidullah bin Mihshan al-Anshari al-Khathmi r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa di antara engkau
semua telah merasa aman - dari musuhnya - dalam dirinya, sihat dalam tubuhnya,
memiliki keperluan hidup - makan, minum, obat dan apa-apa yang dibutuhkan dalam
kehidupannya - pada hari itu, maka ia telah dikaruniai dunia dengan keseluruhan
isinya."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan.
Dari Abu Muhammad yaitu Fadhalah bin Ubaid al-Anshari r.a.
bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Untung besarlah
kehidupan seseorang yang telah dikarunia petunjuk untuk memasuki Agama Islam,
sedang hidupnya itu adalah dalam keadaan cukup dan pula ia bersifat qana'ah -
menerima." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan shahih.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Rasulullah s.a.w. dalam beberapa malam yang berturut-turut itu bermalam
dalam keadaan terlipat - maksudnya terlipat perutnya karena lapar, sedang para
keluarganya tidak mendapatkan sesuatu untuk makan malam, juga sebagian banyak
roti yang dimakan itu adalah roti terbuat dari gandum." Diriwayatkan oleh
Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
513. Dari Fadhalah bin Ubaid r.a. bahwasanya Rasulullah
s.a.w. itu apabila bersembahyang dengan para manusia, maka ada beberapa orang
lelaki yang jatuh tersungkur dari berdiri mereka itu ketika dalam shalatnya,
disebabkan karena kefakiran yang sangat -yakni karena sangatnya kelaparan
sehingga tidak kuat berdiri. Mereka itu adalah ahlush-shuffah, sehingga orang
A'rab - orang-orang Arab dari pedalaman - mengatakan bahwa mereka itu adalah
orang-orang gila. Kemudian apabila Rasulullah s.a.w. telah selesai
bersembahyang, lalu menghadap ke arah mereka itu dan berkata: "Andaikata
engkau semua mengetahui apa yang disediakan untukmu semua di sisi Allah Ta'ala,
niscayalah engkau semua senang kalau engkau semua bertambah kefakiran dan
hajatnya - dari sekarang ini. Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis shahih.
Dari Abu Karimah, yaitu al-Miqdad bin Ma'dikariba r.a.,
katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah seseorang memenuhi sesuatu wadah yang lebih
buruk daripada perutnya. Cukuplah sebenarnya seseorang itu makan beberapa
suapan yang dapat mendirikan - menguatkan -tulang rusuknya. Maka jikalau
makanan itu harus diisikannya, maka sepertiga hendaklah untuk makanannya dan
sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk
pernafasannya."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan shahih.
Dari Anas r.a., katanya: "Saya datang kepada Rasulullah
s.a.w. pada suatu hari, kemudian saya menemui beliau s.a.w. itu sedang duduk
dengan sahabat-sahabatnya dan di perutnya diikatkanlah dengan suatu ikatan -
seperti batu dan lain-lain untuk menahan lapar. Lalu saya bertanya kepada salah
seorang sahabatnya: "Mengapa Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya."
Orang-orang sama berkata: "Karena lapar." Oleh sebab itu saya lalu
pergi kepada Abu Thalhah, yaitu suaminya Ummu Sulaim binti Milhan, kemudian
saya berkata: "Aduh bapak, saya sungguh-sungguh telah melihat Rasulullah
s.a.w. mengikat perutnya dengan suatu ikatan, lalu saya bertanya kepada
sebagian sahabat-sahabatnya dan mereka mengatakan bahwa hal itu karena beliau
lapar." Abu Thalhah lalu masuk menemui ibuku - yakni Ummu Sulaim, kemudian
bertanya: "Adakah sesuatu - yang dapat dimakan?" Ummu Sulaim
menjawab: "Ya, ada. Saya mempunyai beberapa potong roti dan beberapa buah
kurma. Jika Rasulullah s.a.w. datang ke tempat kita sendirian, tentu dapatlah
kita mengenyangkan beliau itu, tetapi jikalau beliau datang dengan disertai
orang lain, maka makanan kita terlampau sedikit untuk dimakan orang-orang
itu." Seterusnya Anas menyebutkan kelengkapan Hadis ini.
"Tidak
bakal susah orang yang hidup sederhana." Demikian sabda Nabi Muhammad SAW
dalam riwayat Imam Ahmad. Hadis ini hanyalah salah satu dari sekian banyaknya
sabda Nabi yang menyerukan pentingnya hidup sederhana. Dan, prinsip kesederhaan
ini tidak hanya terucap melalui kata-kata tetapi juga mengejawantah dalam laku
keseharian beliau.
Ibnu Amir pernah
memberikan kesaksian perihal hebatnya kesederhanaan dan ketawadhuan
Rasulullah, di tengah kedudukannya yang luhur di antara umat manusia. "Aku
pernah melihat Rasul melempar jumrah dari atas unta tanpa kawalan pasukan,
tanpa senjata, dan juga tanpa pengawal."
Menurut Ibnu
Amir, Rasul menaiki keledai berpelanakan kain beludru dan dibonceng pula.
Sering menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan dari
seorang budak, mengesol sandalnya, menambal pakaiannya, dan mengerjakan
pekerjaan rumah bersama istri-istrinya.
Pernah suatu
ketika, Rasulullah bertemu dengan seorang laki-laki yang kemudian gemetar
karena kewibawaan beliau. Melihat hal itu, Muhammad SAW berujar untuk
menenangkan laki-laki tersebut, "Tenanglah aku bukanlah seorang raja,
namun aku hanyalah anak dari wanita Quraisy yang makan dendeng."
Saat dia
berkumpul dan berbaur dengan para sahabatnya, tak tebersit sedikit pun sikap
untuk menonjolkan dirinya. Sehingga, manakala ada seorang tamu asing datang ia
tak bisa membedakan Rasulullah dengan para sahabatnya. Ini memaksanya bertanya
yang mana Rasulullah.Bayangkan, seorang tokoh publik kelas dunia-akhirat sulit
dikenali lantaran kesederhanaan dan ketawadhuannya.[Makmun Nawawi
Hidup Sederhana, Republika online, Senin, 11 April 2011 12:20 WIB].
Hidup Sederhana, Republika online, Senin, 11 April 2011 12:20 WIB].
Suatu hari ‘Umar bin Khaththab RA menemui Nabi saw. di kamar
beliau, lalu ‘Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang
yang pinggirnya telah digerogoti oleh kemiskinan (lapuk).
Tikar membekas di belikat beliau, bantal yang keras membekas
di bawah kepala beliau, dan kulit samakan membekas di kepala beliau.
Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu
gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak
kulit).
Maka, air mata ‘Umar bin Khaththab RAmeleleh dan ia tidak
kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi Nabi saw.. Lalu Nabi saw.
bertanya sambil melihat air mata ‘Umar RA yang berjatuhan, “Apa yang membuatmu
menangis, Ibnu Khaththab?”
‘Umar RA menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk
dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku
tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku
tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan kaisar duduk di atas tilam dari
emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan
sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”
Lalu Nabi saw. menjawab dengan senyum tersungging di bibir
beliau, “Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan
kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya
ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan
dunia untuk mereka?” ‘Umar menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan
Ahmad)
Dalam riwayat lain disebutkan: ‘Umar berkata, “Wahai
Rasulullah, sebaiknya Anda memakai tikar yang lebih lembut dari tikar ini.”
Lalu, Nabi saw. menjawab dengan khusyuk dan merendah diri,
“Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain
seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di
bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi) [kiptiah hasan , Jangan Malu Hidup
Sederhana, dakwatuna.com 9/1/2012
| 14 Shafar 1433 H].
Di antara sifat
ahli neraka adalah hidup bermewah-mewahan. "Dan golongan kiri,
siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang
panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak
menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah." (QS
al-Waqi'ah; 41-45).
Bermewah-mewahan
dalam hidup akan berdampak negatif bagi dirinya dan masyarakat. Sebab, pertama,
menyebabkan kurang taat menunaikan kawajiban agama. Kedua, mencari-cari
pendapat ulama yang paling ringan dalam segala hal. Dan mudah menerjang yang
haram. Ketiga, bergelayut dengan hal-hal yang remeh-temeh.
Keempat,
menimbulkan kerasnya hati, sering melupakan ilmu karena tenggelam dalam
kemewahan. Kelima, jarang melakukan muhasabah (evaluasi diri). Keenam, kurang
mampu menanggung beban hidup yang berat dan menghadapi berbagai ujian. Ketujuh,
orang yang bermewah-mewahan sering menyimpang dari jalan yang benar, sombong,
dan meremehkan orang lain.
Kemewahan dalam
hidup bisa menggelincirkan dirinya dalam korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh
sebab itu, Islam melarang bermewah-mewahan dalam hidup. "Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan, dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan." (QS al-A'raf [7]; 31). Rasulullah
menegaskan, Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa
berlebihan dan kesombongan.(HR Ahmad dan Abu Daud). [Prof Dr Achmad
Satori Ismail, Haji dan
Kesederhanaan, Republika
online, Selasa, 22 November 2011 07:44 WIB].
Apa yang tidak dimiliki oleh Rasulullah di dunia ini,
fasilitas hidup dia punya berupa kendaraan sebanyak empat ekor unta, kuda, dan
keledai, walaupun beliau hanya menikmati kurma sebagai makanannya tapi kurma
dengan kualitas baik sehingga dengan sebutir saja dapat mengisi perut, bahkan
harta isterinya Khadijah habis untuk kepentingan dakwah,. beliau adalah seorang
panglima perang, kepala negara selain sebagai Rasulullah, tapi hidupnya sangat
sederhana, sederhana bukan berarti harus miskin dahulu, orang yang fakir atau
miskin bisa untuk hidup sederhana, tapi orang yang punya harta jarang yang
hidupnya sederhana. Bahkan cendrung hidup mewah dan megah dengan berfoya-foya
menghabiskan uang untuk kepentingan yang tidak ada manfaatnya dan membeli
sesuatu yang belum prioritas. Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 08 Zulqaidah 1434.H/13 September
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar