Selasa, 03 Desember 2013

91.49 Menjalankan Hukum Menurut Lahirnya



RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH    








Menjalankan Hukum Menurut  Lahirnya
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

            Orang-orang munafiq dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay semakin menjadi-jadi perlakuannya kepada ummat Islam, sejak dari memprovokasi, intimidasi, mendirikan masjid tandingan hingga membuat persekongkolan lari dari peperangan. Anak Abdullah bin Ubay  yaitu Abdullah bin Abdullah bin Ubay menawarkan jasa keapda Rasulullah untuk membunuh ayahnya, Rasul melarangya, dengan ucapan,”Apa kata orang nanti, Muhammad membunuh temannya sendiri” sebab bagaimanapun juga orang-orang munafiq itu adalah muslim identitasnya”. “di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” [Al Baqarah 2;8].

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 49 dengan judul Menjalankan Hukum-hukum Terhadap Manusia Menurut  Lahirnya,  Sedang Keadaan  Hati  Mereka Terserah Allah Ta'ala”

Allah Ta'ala berfirman:"Maka jikalau orang-orang itu bertaubat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka bebaskanlah jalannya - yakni merdekakanlah menurut kemauan hatinya." (at-Taubah: 5)

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya diperintah untuk memerangi semua manusia, sehingga mereka suka menyaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah dan mendirikan shalat serta menunaikah zakat. Maka jikalau mereka telah melakukan yang sedemikian itu, terpeliharalah daripadaku darah serta harta benda mereka, melainkan dengan haknya Islam, sedang hisab - perhitungan amal - mereka adalah terserah kepada Allah Ta'ala. (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Abdillah iaitu Thariq bin as-Syam r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan La ilaha illallah dan kafir mengingkari - dengan sesuatu yang disembah selain daripada Allah, maka haramlah harta benda serta darahnya, sedang hisabnya adalah terserah kepada Allah." (Riwayat Muslim).

Dari Abu Ma'bad yaitu al-Miqdad bin al-Aswad r.a., katanya: "Saya berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya bertemu seseorang dari golongan kaum kafir, kemudian kita berperang, lalu ia memukul salah satu dari kedua tanganku dengan pedang dan terus memutuskannya. Selanjutnya ia bersembunyi daripadaku di balik sebuah pohon, lalu ia mengucapkan: "Saya masuk Agama Islam karena Allah," apakah orang yang sedemikian itu boleh saya bunuh, ya Rasulullah sesudah ia mengucapkan kata-kata seperti tadi itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Jangan engkau membunuhnya." Saya berkata lagi: "Ia sudah memutuskan salah satu tangan saya, kemudian mengucapkan sebagaimana di atas itu setelah memutuskannya." Rasulullah s.a.w.  bersabda lagi: "Jangan engkau membunuhnya, kerana jikalau  engkau membunuhnya, maka ia adalah menempati tempatmu sebelum engkau membunuhnya dan sesungguhnya engkau adalah di  tempatnya sebelum ia mengucapkan kata-kata yang diucapkannya itu." (Muttafaq 'alaih).

 Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan seseorang lelaki dari golongan mereka - musuh. Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya - tidak menyakiti sama sekali, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya membunuhnya.

Setelah kita datang - di Madinah, peristiwa itu sampai kepada Nabi s.a.w., kemudian beliau bertanya padaku: "Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?" Saya berkata: "Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari perlindungan diri saja - yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari selamat, sedang hatinya tidak meyakinkan itu." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?" Ucapan itu sentiasa diulang-ulangi oleh Nabi s.a.w., sehingga saya mengharap-harapkan, bahwa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu - yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja, supaya tidak ada dosa dalam diriku." (Muttafaq 'alaih).

Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah, hanyasanya ia mengucapkan itu semata-mata kerana takut senjata." Beliau s.a.w. bersabda: "Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu kerana takut senjata ataukah tidak - yakni dengan keikhlasan." Beliau s.a.w. mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja.

Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahawa mereka itu telah bertemu -  berhadap-hadapan. Kemudian ada seseorang lelaki dari kaum musyrikin jikalau menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin  lalu   ditujulah   tempatnya  lalu  dibunuhnya.   Lalu   ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahawa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: "La ilaha illallah." Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. - memberitahukan kemenangan, beliau s.a.w. bertanya kepadanya - perihal jalannya peperangan - dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: "Mengapa engkau membunuh orang itu?" Orang tadi menjawab: "Ya Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan." Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: "Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: "La ilaha illallah." Rasulullah s.a.w. bertanya: "Apakah ia sampai kau bunuh?" Ia menjawab: "Ya." Kemudian beliau bersabda: "Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?" Orang itu berkata: "Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan - kepada Allah - untukku." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?" Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: "Bagaimanakah yang hendak kauperbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?" (Riwayat Muslim).

Dari Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, katanya: "Saya mendengar Umar bin Alkhaththab r.a. bersabda: "Sesungguhnya sekalian manusia itu dahulu diterapi dengan hukum sesuai dengan adanya wahyu yakni di zaman Rasulullah s.a.w., dan sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus - tidak datang lagi, sebab Nabi s.a.w. telah wafat. Maka hanyasanya kami - Umar r.a. - menuntut engkau semua dengan dasar apa yang tampak pada kami yaitu mengenai perbuatan-perbuatan yang engkau semua lakukan. Jadi barangsiapa yang menampakkan perbuatan baik pada kami, maka kami berikan keamanan dan kami dekatkan kedudukannya pada kami, sedang urusan apa yang dalam hatinya tidak sedikitpun kami persoalkan, karena Allah akan menghisabnya dalam hal isi hatinya itu. Tetapi barangsiapa yang menampakkan kelakuan buruk pada kami, maka kami tidak akan memberikan keamanan padanya dan tidak akan percaya ucapannya, sekalipun ia mengatakan bahwasanya niat hatinya adalah baik." (Riwayat Bukhari).

Manusia memandang orang lain berdasarkan yang nampak saja, sedangkan masalah hati, dia tidak mampu untuk menyelaminya. Sedangkan Allah memandang manusia bukan karena lahir, penampilan dan apa yang diucapkannya, tapi Allah melihat hati seseorang, dalam hati itulah letaknya iman dan taqwa.

. Dari 'Itban bin Malik r.a., ia adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perang Badar, katanya: "Saya bersembahyang sebagai imam untuk kaumku iaitu Bani Salim. Antara tempatku dengan tempat mereka itu dihalang-halangi oleh sebuah lembah yang jikalau banyak turun hujan, maka sukar saya melaluinya untuk menuju ke masjid mereka itu. Oleh sebab itu saya datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu saya berkata kepadanya: "Sesungguhnya saya ini sudah kurang terang penglihatanku dan sesungguhnya lembah yang ada di antara tempatku dengan tempat kaumku itu mengalir airnya jikalau banyak hujan datang, maka sukarlah bagiku untuk melaluinya. Jadi saya ingin sekali jikalau Tuan mendatangi tempatku lalu bersembahyang di suatu tempat di rumahku, yang seterusnya akan saya gunakan sebagai tempat bersembahyang." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan saya lakukan permintaanmu itu." Maka besoknya datanglah Rasulullah s.a.w. di tempatku.bersama Abu Bakar r.a. sesudah tinggi hari - yakni tengah siang. Rasulullah s.a.w. meminta izin masuk lalu saya izinkan, tetapi beliau tidak suka duduk sehingga akhirnya berkata: "Di manakah tempat yang engkau inginkan supaya saya bersembahyang dirumahmu ini?" Saya menunjukkan pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bersembahyang di rumahmu ini?" Saya menunjukkan pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bersembahyang di situ. Rasulullah s.a.w. lalu berdiri, kemudian bertakbir dan kita berbaris di belakangnya. Beliau s.a.w. bersembahyang dua rakaat kemudian bersalam dan kitapun bersalam pula ketika beliau bersalam. Seterusnya beliau s.a.w. saya tahan untuk makan hidangan berupa khazirah yang sengaja dibuat untuk menghormatinya. Penduduk desa itu sama mendengar bahawasanya Rasulullah ada di rumahku, Lalu banyaklah orang-orang yang berkumpul dari para penduduknya itu sehingga banyaklah kaum lelaki di rumahku itu. Kemudian ada seorang lelaki berkata: "Apakah yang dikerjakan Malik itu, saya tidak mengetahuinya." Orang lelaki lain berkata: "Ia memang seorang munafik yang tidak cinta kepada Allah dan RasulNya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Janganlah berkata sedemikian itu. Tidakkah engkau ketahui bahwa ia mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan itu semata-mata mencari keridhaan Allah Ta'ala?" Orang itu berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui. Adapun kita, maka demi Allah, tidak pernah kita mengetahui akan kecintaannya dan tidak   pula   pembicaraannya   melainkan   condong   kepada   kaum munafik saja."Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan untuk masuk neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengannya itu ia mencari semata-mata keridhaan Allah." (Muttafaq 'alaih).

Satu ketika Rasulullah didatangi oleh seorang wanita, dia minta dirajam karena sudah melakukan zina, permintaannya ditunda hingga anaknya lahir lalu disapih. Kemudian dia datang lagi dengan maksud yang sama yaitu minta dirajam atas dosa zina yang telah dilakukan, dia bertaubat kepada Allah sehingga siap untuk melaksanakan hukum Allah. Hukuman itu telah dilaksanakan yaitu rajam atas pengakuan zina seorang wanita, saat hukuman itu dijalankan, seorang sahabat kena  percikan darah wanita yang dirajam itu, dengan perasaan jijik dan  merendahkan sahabat itu berucap,”Ih, perempuan pezina”. Mendengar itu Rasulullah bersabda,”Ketahuilah bahwa wanita ini telah bertaubat, hukum sudah ditegakkan di dunia, masalah di akherat diserahkan kepada Allah”.

Di masyarakatpun kita sering melihat seseorang dengan penampilan baik bahkan bak seorang haji, seperti orang shaleh, orang-orang baik-baik, sampai disitulah kemampuan kita untuk mengetahui manusia, sedangkan tentang kebenaran baiknya seseorang itu hanya Allah saja yang tahu, setelah terjadi beberapa kasus yang melibatkan orang yang disangka baik itu, barulah kita sadar bahwa sebenarnya penampilan saja belumlah lengkap penilaian kita terhadap seseorang, Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 07 Zulqaidah 1434.H/12 September 2013].
                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar