RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH
Menjalankan Hukum Menurut Lahirnya
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Orang-orang munafiq dibawah pimpinan
Abdullah bin Ubay semakin menjadi-jadi perlakuannya kepada ummat Islam, sejak
dari memprovokasi, intimidasi, mendirikan masjid tandingan hingga membuat
persekongkolan lari dari peperangan. Anak Abdullah bin Ubay yaitu Abdullah bin Abdullah bin Ubay
menawarkan jasa keapda Rasulullah untuk membunuh ayahnya, Rasul melarangya,
dengan ucapan,”Apa kata orang nanti, Muhammad membunuh temannya sendiri” sebab
bagaimanapun juga orang-orang munafiq itu adalah muslim identitasnya”. “di antara manusia ada yang mengatakan:
"Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka
itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” [Al Baqarah 2;8].
Imam An Nawawi
dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 49 dengan judul “ Menjalankan Hukum-hukum Terhadap Manusia
Menurut Lahirnya, Sedang Keadaan Hati
Mereka Terserah Allah Ta'ala”
Allah Ta'ala berfirman:"Maka jikalau orang-orang itu bertaubat
dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka bebaskanlah jalannya - yakni
merdekakanlah menurut kemauan hatinya." (at-Taubah: 5)
Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya diperintah untuk
memerangi semua manusia, sehingga mereka suka menyaksikan bahwa tiada Tuhan
kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah dan mendirikan
shalat serta menunaikah zakat. Maka jikalau mereka telah melakukan yang
sedemikian itu, terpeliharalah daripadaku darah serta harta benda mereka,
melainkan dengan haknya Islam, sedang hisab - perhitungan amal - mereka adalah
terserah kepada Allah Ta'ala. (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Abdillah iaitu
Thariq bin as-Syam r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Barangsiapa
yang mengucapkan La ilaha illallah dan kafir mengingkari - dengan sesuatu yang
disembah selain daripada Allah, maka haramlah harta benda serta darahnya,
sedang hisabnya adalah terserah kepada Allah." (Riwayat Muslim).
Dari Abu Ma'bad yaitu
al-Miqdad bin al-Aswad r.a., katanya: "Saya berkata kepada Rasulullah
s.a.w.: "Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya bertemu seseorang dari
golongan kaum kafir, kemudian kita berperang, lalu ia memukul salah satu dari kedua
tanganku dengan pedang dan terus memutuskannya. Selanjutnya ia bersembunyi
daripadaku di balik sebuah pohon, lalu ia mengucapkan: "Saya masuk Agama
Islam karena Allah," apakah orang yang sedemikian itu boleh saya bunuh, ya
Rasulullah sesudah ia mengucapkan kata-kata seperti tadi itu?" Beliau
s.a.w. menjawab: "Jangan engkau membunuhnya." Saya berkata lagi:
"Ia sudah memutuskan salah satu tangan saya, kemudian mengucapkan
sebagaimana di atas itu setelah memutuskannya." Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: "Jangan engkau
membunuhnya, kerana jikalau engkau
membunuhnya, maka ia adalah menempati tempatmu sebelum engkau membunuhnya dan
sesungguhnya engkau adalah di tempatnya
sebelum ia mengucapkan kata-kata yang diucapkannya itu." (Muttafaq 'alaih).
Dari
Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengirim
kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki
tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan
seseorang lelaki dari golongan mereka - musuh. Setelah kita dekat padanya, ia
lalu mengucapkan: La ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri
daripadanya - tidak menyakiti sama sekali, sedang saya lalu menusuknya dengan
tombakku sehingga saya membunuhnya.
Setelah kita datang - di
Madinah, peristiwa itu sampai kepada Nabi s.a.w., kemudian beliau bertanya
padaku: "Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La
ilaha illallah?" Saya berkata: "Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu
hanya untuk mencari perlindungan diri saja - yakni mengatakan syahadat itu
hanya untuk mencari selamat, sedang hatinya tidak meyakinkan itu." Beliau
s.a.w. bersabda lagi: "Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha
illallah?" Ucapan itu sentiasa diulang-ulangi oleh Nabi s.a.w., sehingga
saya mengharap-harapkan, bahwa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu -
yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja,
supaya tidak ada dosa dalam diriku." (Muttafaq 'alaih).
Dalam riwayat lain
disebutkan: Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukankah ia telah
mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?" Saya menjawab:
"Ya Rasulullah, hanyasanya ia mengucapkan itu semata-mata kerana takut
senjata." Beliau s.a.w. bersabda: "Mengapa engkau tidak belah saja
hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu kerana takut
senjata ataukah tidak - yakni dengan keikhlasan." Beliau s.a.w.
mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahwa saya
masuk Islam mulai hari itu saja.
Dari Jundub bin Abdullah
r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin
kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahawa mereka itu telah bertemu
- berhadap-hadapan. Kemudian ada seseorang
lelaki dari kaum musyrikin jikalau menghendaki menuju kepada seorang dari kaum
Muslimin lalu ditujulah
tempatnya lalu dibunuhnya.
Lalu ada seorang dari kaum
Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan
bahawa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat
pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: "La ilaha
illallah." Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang
pembawa berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. - memberitahukan kemenangan,
beliau s.a.w. bertanya kepadanya - perihal jalannya peperangan - dan orang itu
memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal
orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil
oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: "Mengapa engkau
membunuh orang itu?" Orang tadi menjawab: "Ya Rasulullah, orang itu
telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan
dan si Fulan." Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya.
Ia melanjutkan: "Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia
mengucapkan: "La ilaha illallah." Rasulullah s.a.w. bertanya:
"Apakah ia sampai kau bunuh?" Ia menjawab: "Ya." Kemudian
beliau bersabda: "Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha
illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?" Orang itu berkata:
"Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan - kepada Allah - untukku."
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La
ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?" Beliau s.a.w.
tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: "Bagaimanakah yang hendak
kauperbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari
kiamat?" (Riwayat Muslim).
Dari Abdullah bin Utbah
bin Mas'ud, katanya: "Saya mendengar Umar bin Alkhaththab r.a. bersabda:
"Sesungguhnya sekalian manusia itu dahulu diterapi dengan hukum sesuai
dengan adanya wahyu yakni di zaman Rasulullah s.a.w., dan sesungguhnya wahyu
itu kini telah terputus - tidak datang lagi, sebab Nabi s.a.w. telah wafat.
Maka hanyasanya kami - Umar r.a. - menuntut engkau semua dengan dasar apa yang
tampak pada kami yaitu mengenai perbuatan-perbuatan yang engkau semua lakukan.
Jadi barangsiapa yang menampakkan perbuatan baik pada kami, maka kami berikan
keamanan dan kami dekatkan kedudukannya pada kami, sedang urusan apa yang dalam
hatinya tidak sedikitpun kami persoalkan, karena Allah akan menghisabnya dalam
hal isi hatinya itu. Tetapi barangsiapa yang menampakkan kelakuan buruk pada
kami, maka kami tidak akan memberikan keamanan padanya dan tidak akan percaya
ucapannya, sekalipun ia mengatakan bahwasanya niat hatinya adalah baik."
(Riwayat Bukhari).
Manusia memandang orang
lain berdasarkan yang nampak saja, sedangkan masalah hati, dia tidak mampu
untuk menyelaminya. Sedangkan Allah memandang manusia bukan karena lahir,
penampilan dan apa yang diucapkannya, tapi Allah melihat hati seseorang, dalam
hati itulah letaknya iman dan taqwa.
. Dari 'Itban bin Malik
r.a., ia adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perang Badar, katanya:
"Saya bersembahyang sebagai imam untuk kaumku iaitu Bani Salim. Antara
tempatku dengan tempat mereka itu dihalang-halangi oleh sebuah lembah yang
jikalau banyak turun hujan, maka sukar saya melaluinya untuk menuju ke masjid
mereka itu. Oleh sebab itu saya datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu saya
berkata kepadanya: "Sesungguhnya saya ini sudah kurang terang
penglihatanku dan sesungguhnya lembah yang ada di antara tempatku dengan tempat
kaumku itu mengalir airnya jikalau banyak hujan datang, maka sukarlah bagiku
untuk melaluinya. Jadi saya ingin sekali jikalau Tuan mendatangi tempatku lalu
bersembahyang di suatu tempat di rumahku, yang seterusnya akan saya gunakan
sebagai tempat bersembahyang." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan saya
lakukan permintaanmu itu." Maka besoknya datanglah Rasulullah s.a.w. di
tempatku.bersama Abu Bakar r.a. sesudah tinggi hari - yakni tengah siang.
Rasulullah s.a.w. meminta izin masuk lalu saya izinkan, tetapi beliau tidak
suka duduk sehingga akhirnya berkata: "Di manakah tempat yang engkau
inginkan supaya saya bersembahyang dirumahmu ini?" Saya menunjukkan pada
suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bersembahyang di rumahmu
ini?" Saya menunjukkan pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau
bersembahyang di situ. Rasulullah s.a.w. lalu berdiri, kemudian bertakbir dan
kita berbaris di belakangnya. Beliau s.a.w. bersembahyang dua rakaat kemudian
bersalam dan kitapun bersalam pula ketika beliau bersalam. Seterusnya beliau
s.a.w. saya tahan untuk makan hidangan berupa khazirah yang sengaja dibuat
untuk menghormatinya. Penduduk desa itu sama mendengar bahawasanya Rasulullah
ada di rumahku, Lalu banyaklah orang-orang yang berkumpul dari para penduduknya
itu sehingga banyaklah kaum lelaki di rumahku itu. Kemudian ada seorang lelaki
berkata: "Apakah yang dikerjakan Malik itu, saya tidak
mengetahuinya." Orang lelaki lain berkata: "Ia memang seorang munafik
yang tidak cinta kepada Allah dan RasulNya." Rasulullah s.a.w. lalu
bersabda: "Janganlah berkata sedemikian itu. Tidakkah engkau ketahui bahwa
ia mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan itu semata-mata mencari keridhaan
Allah Ta'ala?" Orang itu berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih
mengetahui. Adapun kita, maka demi Allah, tidak pernah kita mengetahui akan
kecintaannya dan tidak pula pembicaraannya melainkan
condong kepada kaum munafik saja."Rasulullah s.a.w.
lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan untuk masuk neraka orang
yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengannya itu ia mencari semata-mata
keridhaan Allah." (Muttafaq 'alaih).
Satu ketika Rasulullah
didatangi oleh seorang wanita, dia minta dirajam karena sudah melakukan zina,
permintaannya ditunda hingga anaknya lahir lalu disapih. Kemudian dia datang
lagi dengan maksud yang sama yaitu minta dirajam atas dosa zina yang telah
dilakukan, dia bertaubat kepada Allah sehingga siap untuk melaksanakan hukum
Allah. Hukuman itu telah dilaksanakan yaitu rajam atas pengakuan zina seorang
wanita, saat hukuman itu dijalankan, seorang sahabat kena percikan darah wanita yang dirajam itu,
dengan perasaan jijik dan merendahkan
sahabat itu berucap,”Ih, perempuan pezina”. Mendengar itu Rasulullah
bersabda,”Ketahuilah bahwa wanita ini telah bertaubat, hukum sudah ditegakkan
di dunia, masalah di akherat diserahkan kepada Allah”.
Di masyarakatpun kita
sering melihat seseorang dengan penampilan baik bahkan bak seorang haji,
seperti orang shaleh, orang-orang baik-baik, sampai disitulah kemampuan kita
untuk mengetahui manusia, sedangkan tentang kebenaran baiknya seseorang itu
hanya Allah saja yang tahu, setelah terjadi beberapa kasus yang melibatkan
orang yang disangka baik itu, barulah kita sadar bahwa sebenarnya penampilan
saja belumlah lengkap penilaian kita terhadap seseorang, Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 07 Zulqaidah 1434.H/12 September
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar