Selasa, 03 Desember 2013

96.54 Menangis Karena Takut Kepada-Allah



RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH   






Menangis Karena Takut Kepada-Allah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Hidup yang dilalui manusia  penuh dengan suka dan duka, bahagia dan derita, tangis dan tawa. Semuanya akan dilalui hingga akhir kehidupan tanpa ada yang bisa untuk menghalanginya. Bagaimanapun duka, derita dan air mata yang dialami, kehidupan akan tetap berlalu, apalagi hal itu hanya dinamika hidupnya manusia, ada tangis derita karena tidak mampu untuk menahan pedihnya kehidupan sehingga air mata turut serta tertumpahkan , ada tangis bahagia  karena rasa haru mendalam, dan ada tangis karena takut kepada Allah disebabkan dosa dan kesalahan yang dilakukan.
Seseorang dapat meningkatkan keimanannya dengan menjalin ukhuwwh Islamiyah yang sering dihiasi dengan senyuman dan juga dapat meningkatkan taqarrub kepada Rabbnya dengan sering menangis karena menyadari akan kelalaian dalam melaksanakan kewjiban dimasa lalu, dan menangis karena takut akan kekeliruan dalam memhami dan salah mengamalkan ajaran Ilahi yang mesti ditatinya demi leselamatan dan kemaslahatn dimasa mendatang.
Manangis adalah akhlaq para nabi dan kebiasaan para shalihin. Namun tentu bukan sekedar menangis, melainkan menangis yang membuktikan penghambaan diri yang muncul dari kesadaran yang sangat mendalam.
Sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah yang selalu memerlukan pertolongan; hamba yang menyadari sering lalai terhadap aturan-Nya; hamba yang sangat bodoh tapi sring menyombongkan diri dengan ilmu yang sangat sedikit; hamba yang tidak memiliki apa-apa tapi berlaga sombonga seakan-akan apa yang ada dalam dirinya adalah miliknya; sungguh semua yang ada pada diri seorang hamba baik berupa jasad kesehatan, harta, jabatan atau lainnya, semua itu adalah amanat yang mesti dipelihara dengan menggunakannya sesuai fungsinya dan mesti dipertanggungjawabakan pada saat yang tidak lama lagi akan tiba.
Para nabi menangis karena melihat ummat yang sedang mendertia kebejadan akhlaq dan penyimpangan aqidah serta kerusakan pemahaman terhadap syari’ah yang telah Allah tetapkan bagi mereka. Para ualama sering menangis karena khawatir tidak dapat melanjutkan perjuangan Rasul akibat beratnya tantangan dan kurangnya kemampuan serta meluasnya kema’siatan. [Saiful Islam, Menangislah Karena Allah, dakwatuna.com.Kamis, 17/06/2010 11:15].
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 54 dengan judulKeutamaan Menangis Karena Takut Kepada-Allah Ta'ala Dan Karena Rindu PadaNya”
 Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang beriman itu sama meniarap dengan dagunya sambil menangis dan al-Quran itu menambah ketundukan mereka." (al-lsra': 109).

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Adakah dari pembicaraan - al-Quran - ini engkau semua menjadi heran, lalu engkau semua ketawa dan tidak menangis?" (an-Najm: 59-60)

Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: "Bacakanlah al-Quran untukku." Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah saya akan membacakan al-Quran itu, sedangkan ia diturunkan atas Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Saya senang kalau mendengarnya dari orang lain."
Saya lalu membacakan untuknya surat an-Nisa', sehingga sampailah saya pada ayat- yang artinya: "Bagaimanakah ketika Kami datangkan kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas ummat ini?" - Surat an-Nisa' 41.
Setelah itu Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sudah cukuplah bacaanmu sekarang." Saya menoleh kepada beliau s.a.w., tiba-tiba kedua mata beliau itu meleleh airmatanya." (Muttafaq 'alaih)

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berkhutbah, tidak pernah saya mendengar suatu khutbah pun yang semacam itu -karena amat menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya engkau semua akan ketawa sedikit dan menangis banyak-banyak." Anas berkata: "Maka para sahabat Rasulullah s.a.w. sama menutupi mukanya sendiri-sendiri dan mereka itu menangis terisak-isak." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga susu itu dapat kembali keteteknya - menunjukkan suatu kemustahilan. Tidak akan berkumpullah debu fi-sabilillah itu dengan asap neraka Jahanam." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tujuh macam orang yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada hari yang tiada naungan melainkan naunganNya sendiri - yakni hari kiamat, yaitu imam - kepala atau pemimpin - yang adil. Pemuda yang tumbuh -sejak kecilnya - dalam beribadat kepada Allah, orang yang hatinya tergantung - sangat memperhatikan -kepada masjid-masjid dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, keduanya berkumpul atas keadaan sedemikian itu dan keduanya berpisah atas keadaan sedemikian itu pula, orang lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan berparas cantik, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - demikian pula sebaliknya, yaitu wanita yang diajak lelaki lalu bersikap seperti di atas, juga orang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu disembunyikan sedekahnya itu sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang dinafkahkan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat pada Allah di waktu keadaan sunyi lalu melelehlah airmata dari kedua matanya." (Muttafaq 'alaih).
Dari Abdullah bin asy-Syikhkhir r.a., katanya: "Saya mendatangi Rasulullah s.a.w. dan beliau sedang bersembahyang dan dari dadanya itu terdengar suara bagaikan mendidihnya kuali karena beliau sedang menangis." Hadis hasan shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dalam asy-Syamail dengan isnad yang shahih.

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Ubay bin Ka'ab r.a., demikian: "Sesungguhnya Allah Azzawajalla menyuruh padaku supaya saya bacakan untukmu ayat ini - artinya: "Tidaklah akan dapat meninggalkan orang-orang kafir dari ahlul-kitab dan musyrik itu - akan kepercayaannya yang sesat - sampai datang kepada mereka keterangan yang jelas. "Albayyinah" 1-8. Ia berkata: "Apakah Allah menjelaskan namaku pada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya." Kemudian Ubay r.a. menangis." (Muttafaq 'alaih).

Sebabnya Ubay r.a. menangis ialah karena terharu hatinya, gembira bercampur rasa takut kepada Allah Ta'ala, karena merasa masih kurang kebaktian serta ketaatan yang dilakukan olehnya. Adapun rasa terharunya itu di antaranya disebabkan karena dalam surat "Albayyinah" bagian terakhir dijelaskan bahwa orang-orang semacam sahabat Ubay r.a. itu amat diridhai oleh Allah Ta'ala dan orang itupun benar-benar sudah ridha kepadaNya. Manakala seseorang itu telah diridhai oleh Allah, maka tiada lain tempatnya di akhirat nanti, kecuali syurga.

Dari Anas r.a. pula, katanya: "Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma sesudah wafatnya Rasulullah s.a.w.: "Mari kita bersama-sama berangkat ke tempat Ummu Aiman untuk menziarahinya, sebagaimana halnya Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya." Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, lalu wanita ini menangis. Keduanya berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w." Ummu Aiman lalu menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah menangis karena saya tidak mengetahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w., tetapi saya menangis ini ialah karena sesungguhnya wahyu itu telah terputus - sebab Nabi s.a.w. telah wafat." Maka ucapan Ummu Aiman menggerakkan hati kedua sahabat itu untuk menangis. Kemudian keduanya itupun menangis bersama Ummu Aiman.

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ketika sudah sangat geringnya Rasulullah s.a.w., lalu ditanyakan padanya siapa yang akan menjadi imam shalat. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Perintahkanlah pada Abu Bakar, supaya ia bersembahyang menjadi imam orang-orang banyak!" Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu adalah seorang lelaki yang lemah, jikalau membaca al-Quran, maka bacaannya terkalahkan oleh tangisnya - sehingga bacaannya tidak jelas." Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Perintahkanlah pada Abu Bakar supaya bersembahyang sebagai imam!"

Dalam lain riwayat disebutkan: Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu apabila mengganti kedudukan Tuan - sebagai imam, ia tidak dapat memperdengarkan suaranya kepada orang-orang banyak sebab tangisnya." (Muttafaq 'alaih)

Dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin 'Auf, bahwasanya Abdur Rahman bin 'Auf r.a. diberi hidangan makanan, sedangkan waktu itu ia berpuasa, lalu ia berkata: "Mus'ab bin Umair itu terbunuh - fi-sabilillah. Ia adalah seorang yang lebih baik daripada-ku, tetapi tidak ada yang digunakan untuk mengafaninya - mem-bungkus janazahnya - kecuali selembar burdah. Jikalau kepalanya ditutup, maka tampaklah kedua kakinya dan jikalau kedua kakinya ditutup.maka tampaklah kepalanya. Selanjutnya untuk kita sekarang ini dunia telah dibeberkan seluas-luasnya - banyak rezeki. Atau ia berkata: "Kita telah dikaruniai rezeki dunia sebagaimana yang kita terima ini - amat banyak sekali. Kita benar-benar takut kalau-kalau kebaikan-kebaikan kita ini didahulukan untuk kita sekarang - sejak kita di dunia ini, sedang di akhirat tidak dapat bagian apa-apa." Selanjutnya ia lalu menangis dan makanan itu ditinggalkan. (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Umamah, yaitu Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Tiada sesuatupun yang lebih dicintai oleh Allah Ta'ala daripada dua tetesan dan dua bekas. Dua tetesan itu ialah tetesan airmata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang dialirkan fisabilillah. Adapun dua bekas yaitu bekas luka fi-sabilillah dan bekas dalam mengerjakan kefardhuan dari beberapa kefardhuan Allah Ta'ala - semacam bekas sujud dan lain-lain." Diriwayatkan Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Yazid ibn Harun. Setiap kali orang-orang berkunjung kepadanya, mereka menjumpainya sedang membaca Qur’an dan menangis. Yazid bin Harun adalah seorang yang ‘alim lagi zuhud dan termasuk ahli ibadah yang besar. Dia banyak menangis, karena takut kepada Allah, sehingga kedua matanya buta.
Salah seorang muridnya pernah bertanya kepadanya, “Kemanakah kedua mata yang indah itu, wahai Yazid ibn Harun?” Ia menjawab, “Demi Allah, keduanya telah dilenyapkan oleh tangisan di penghujung malam hari. Akan tetapi, kedunya berada di sisi Allah yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.”
Dalam sebuah hadist qudsi disebutkan bahwa Allah Ta’ala berfirman,“Barangsiapa yang Kutimpakan ujian pda kedua anggota tubuh yang paling disayanginya, lalu ia bersabar, niscaya Aku akan mengganti keduanya dengan surga.”(HR. Bukhari dan Ahmad)
Adapun ganti dari Allah tiada ganti lain yang semisal dengannya dan belasungkawa dari Allah tiada belasungkawa lain yang menyamainya. Oleh karena itu, tidaklah kita jumpai seseorang mendekatkan dirinya kepada Allah, melainkan pasti Allah mendekatkannya. [Aidh Abdullah al-Qarni, Menangis Hingga Kedua Matanya Buta, Eramuslim.com.Senin, 23/05/2011 08:21 WIB].

Menangis karena takut kepada Allah adalah tangis yang mulia, tangis ini keluar karena kesadaran yang dalam terhadap kekurangan dan kelemahan diri, betapa tidak takut dan menangis kita kepada Allah andai kata semua amal ibadah yang kita lakukan tidak diterima-Nya, perbuatan dosa dan maksiat melalui tobat yang kita lakukan tidak dikabulkan-Nya, sehingga kelak di akherat, orang-orang beriman sama-sama bergembira bertemu dengan Allah kemudian memasuk syurga sebagai balasan pengabdiannya, sedangkan kita tidak diperhatikan-Nya, jangankan diperhatikan, sedangkan Allah enggan untuk melihat kita. Lebih baik kita menangis di dunia karena takut kepada Allah dari pada menangis di akherat karena digiring ke neraka, lebih baik kita susah dan menangis di dunia karena mendidik keluarga dari pada nanti susah dan menangis di akherat karena keluarga kita masuk ke neraka, menangislah karena takut kepada Allah  dengan tetesan airmata dan taubat di dunia ini daripada menangis di akherat karena penyesalan, Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 08 Zulqaidah 1434.H/13 September 2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar