RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH
Menangis Karena Takut Kepada-Allah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Hidup yang
dilalui manusia penuh dengan suka dan
duka, bahagia dan derita, tangis dan tawa. Semuanya akan dilalui hingga akhir
kehidupan tanpa ada yang bisa untuk menghalanginya. Bagaimanapun duka, derita
dan air mata yang dialami, kehidupan akan tetap berlalu, apalagi hal itu hanya
dinamika hidupnya manusia, ada tangis derita karena tidak mampu untuk menahan
pedihnya kehidupan sehingga air mata turut serta tertumpahkan , ada tangis
bahagia karena rasa haru mendalam, dan
ada tangis karena takut kepada Allah disebabkan dosa dan kesalahan yang
dilakukan.
Seseorang dapat meningkatkan
keimanannya dengan menjalin ukhuwwh Islamiyah yang sering dihiasi dengan
senyuman dan juga dapat meningkatkan taqarrub kepada Rabbnya dengan sering
menangis karena menyadari akan kelalaian dalam melaksanakan kewjiban dimasa
lalu, dan menangis karena takut akan kekeliruan dalam memhami dan salah
mengamalkan ajaran Ilahi yang mesti ditatinya demi leselamatan dan kemaslahatn
dimasa mendatang.
Manangis adalah akhlaq para
nabi dan kebiasaan para shalihin. Namun tentu bukan sekedar menangis, melainkan
menangis yang membuktikan penghambaan diri yang muncul dari kesadaran yang
sangat mendalam.
Sadar bahwa dirinya adalah
makhluk yang lemah yang selalu memerlukan pertolongan; hamba yang menyadari
sering lalai terhadap aturan-Nya; hamba yang sangat bodoh tapi sring
menyombongkan diri dengan ilmu yang sangat sedikit; hamba yang tidak memiliki
apa-apa tapi berlaga sombonga seakan-akan apa yang ada dalam dirinya adalah
miliknya; sungguh semua yang ada pada diri seorang hamba baik berupa jasad
kesehatan, harta, jabatan atau lainnya, semua itu adalah amanat yang mesti
dipelihara dengan menggunakannya sesuai fungsinya dan mesti
dipertanggungjawabakan pada saat yang tidak lama lagi akan tiba.
Para nabi menangis karena
melihat ummat yang sedang mendertia kebejadan akhlaq dan penyimpangan aqidah
serta kerusakan pemahaman terhadap syari’ah yang telah Allah tetapkan bagi
mereka. Para ualama sering menangis karena khawatir tidak dapat melanjutkan
perjuangan Rasul akibat beratnya tantangan dan kurangnya kemampuan serta
meluasnya kema’siatan. [Saiful Islam, Menangislah
Karena Allah, dakwatuna.com.Kamis, 17/06/2010 11:15].
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 54 dengan judul
“Keutamaan
Menangis Karena Takut Kepada-Allah Ta'ala Dan Karena Rindu PadaNya”
Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang beriman itu sama meniarap dengan dagunya
sambil menangis dan al-Quran itu menambah ketundukan mereka." (al-lsra':
109).
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Adakah dari pembicaraan - al-Quran - ini engkau semua menjadi
heran, lalu engkau semua ketawa dan tidak menangis?" (an-Najm:
59-60)
Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda
kepadaku: "Bacakanlah al-Quran untukku." Saya berkata: "Ya
Rasulullah, apakah saya akan membacakan al-Quran itu, sedangkan ia diturunkan
atas Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Saya senang kalau mendengarnya
dari orang lain."
Saya lalu membacakan untuknya surat an-Nisa', sehingga
sampailah saya pada ayat- yang artinya: "Bagaimanakah ketika Kami
datangkan kepada setiap ummat seorang saksi dan engkau Kami jadikan saksi atas
ummat ini?" - Surat an-Nisa' 41.
Setelah itu Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sudah
cukuplah bacaanmu sekarang." Saya menoleh kepada beliau s.a.w., tiba-tiba
kedua mata beliau itu meleleh airmatanya." (Muttafaq 'alaih)
Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berkhutbah,
tidak pernah saya mendengar suatu khutbah pun yang semacam itu -karena amat
menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata engkau semua dapat
mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya engkau semua akan ketawa sedikit dan
menangis banyak-banyak." Anas berkata: "Maka para sahabat Rasulullah
s.a.w. sama menutupi mukanya sendiri-sendiri dan mereka itu menangis
terisak-isak." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:"Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut
kepada Allah sehingga susu itu dapat kembali keteteknya - menunjukkan suatu
kemustahilan. Tidak akan berkumpullah debu fi-sabilillah itu dengan asap neraka
Jahanam." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan shahih.
Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Ada tujuh macam orang yang akan dinaungi oleh Allah
dalam naunganNya pada hari yang tiada naungan melainkan naunganNya sendiri -
yakni hari kiamat, yaitu imam - kepala atau pemimpin - yang adil. Pemuda yang
tumbuh -sejak kecilnya - dalam beribadat kepada Allah, orang yang hatinya
tergantung - sangat memperhatikan -kepada masjid-masjid dua orang yang saling
cinta-mencintai karena Allah, keduanya berkumpul atas keadaan sedemikian itu
dan keduanya berpisah atas keadaan sedemikian itu pula, orang lelaki yang
diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan berparas cantik, lalu ia
berkata: "Sesungguhnya saya ini takut
kepada Allah," - demikian pula sebaliknya, yaitu wanita yang diajak lelaki
lalu bersikap seperti di atas, juga orang yang bersedekah dengan suatu sedekah
lalu disembunyikan sedekahnya itu sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak
tahu apa yang dinafkahkan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat pada
Allah di waktu keadaan sunyi lalu melelehlah airmata dari kedua matanya."
(Muttafaq 'alaih).
Dari Abdullah bin asy-Syikhkhir r.a., katanya: "Saya
mendatangi Rasulullah s.a.w. dan beliau sedang bersembahyang dan dari dadanya
itu terdengar suara bagaikan mendidihnya kuali karena beliau sedang
menangis." Hadis hasan shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud
dan Termidzi dalam asy-Syamail dengan isnad yang shahih.
Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda
kepada Ubay bin Ka'ab r.a., demikian: "Sesungguhnya Allah Azzawajalla
menyuruh padaku supaya saya bacakan untukmu ayat ini - artinya: "Tidaklah
akan dapat meninggalkan orang-orang kafir dari ahlul-kitab dan musyrik itu -
akan kepercayaannya yang sesat - sampai datang kepada mereka keterangan yang
jelas. "Albayyinah" 1-8. Ia berkata: "Apakah Allah menjelaskan
namaku pada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya." Kemudian Ubay
r.a. menangis." (Muttafaq 'alaih).
Sebabnya Ubay r.a. menangis ialah karena terharu hatinya,
gembira bercampur rasa takut kepada Allah Ta'ala, karena merasa masih kurang
kebaktian serta ketaatan yang dilakukan olehnya. Adapun rasa terharunya itu di
antaranya disebabkan karena dalam surat "Albayyinah" bagian terakhir
dijelaskan bahwa orang-orang semacam sahabat Ubay r.a. itu amat diridhai oleh
Allah Ta'ala dan orang itupun benar-benar sudah ridha kepadaNya. Manakala
seseorang itu telah diridhai oleh Allah, maka tiada lain tempatnya di akhirat
nanti, kecuali syurga.
Dari Anas r.a. pula, katanya: "Abu Bakar berkata kepada
Umar radhiallahu 'anhuma sesudah wafatnya Rasulullah s.a.w.: "Mari kita
bersama-sama berangkat ke tempat Ummu Aiman untuk menziarahinya, sebagaimana
halnya Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya." Ketika keduanya sampai di
tempat Ummu Aiman, lalu wanita ini menangis. Keduanya berkata: "Apakah
yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahwasanya apa yang
ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w." Ummu Aiman lalu
menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah menangis karena saya tidak
mengetahui bahwasanya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk
Rasulullah s.a.w., tetapi saya menangis ini ialah karena sesungguhnya wahyu itu
telah terputus - sebab Nabi s.a.w. telah wafat." Maka ucapan Ummu Aiman
menggerakkan hati kedua sahabat itu untuk menangis. Kemudian keduanya itupun
menangis bersama Ummu Aiman.
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ketika
sudah sangat geringnya Rasulullah s.a.w., lalu ditanyakan padanya siapa yang
akan menjadi imam shalat. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Perintahkanlah
pada Abu Bakar, supaya ia bersembahyang menjadi imam orang-orang banyak!"
Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu adalah
seorang lelaki yang lemah, jikalau membaca al-Quran, maka bacaannya terkalahkan
oleh tangisnya - sehingga bacaannya tidak jelas." Beliau s.a.w. lalu
bersabda lagi: "Perintahkanlah pada Abu Bakar supaya bersembahyang sebagai
imam!"
Dalam lain riwayat disebutkan: Dari Aisyah radhiallahu
'anha, katanya: "Saya berkata: "Sesungguhnya Abu Bakar itu apabila
mengganti kedudukan Tuan - sebagai imam, ia tidak dapat memperdengarkan
suaranya kepada orang-orang banyak sebab tangisnya." (Muttafaq 'alaih)
Dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin 'Auf, bahwasanya Abdur
Rahman bin 'Auf r.a. diberi hidangan makanan, sedangkan waktu itu ia berpuasa,
lalu ia berkata: "Mus'ab bin Umair itu terbunuh - fi-sabilillah. Ia adalah
seorang yang lebih baik daripada-ku, tetapi tidak ada yang digunakan untuk
mengafaninya - mem-bungkus janazahnya - kecuali selembar burdah. Jikalau
kepalanya ditutup, maka tampaklah kedua kakinya dan jikalau kedua kakinya
ditutup.maka tampaklah kepalanya. Selanjutnya untuk kita sekarang ini dunia
telah dibeberkan seluas-luasnya - banyak rezeki. Atau ia berkata: "Kita
telah dikaruniai rezeki dunia sebagaimana yang kita terima ini - amat banyak
sekali. Kita benar-benar takut kalau-kalau kebaikan-kebaikan kita ini
didahulukan untuk kita sekarang - sejak kita di dunia ini, sedang di akhirat
tidak dapat bagian apa-apa." Selanjutnya ia lalu menangis dan makanan itu
ditinggalkan. (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Umamah, yaitu Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a. dari
Nabi s.a.w., sabdanya:"Tiada sesuatupun yang lebih dicintai oleh Allah
Ta'ala daripada dua tetesan dan dua bekas. Dua tetesan itu ialah tetesan
airmata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang dialirkan
fisabilillah. Adapun dua bekas yaitu bekas luka fi-sabilillah dan bekas dalam
mengerjakan kefardhuan dari beberapa kefardhuan Allah Ta'ala - semacam bekas
sujud dan lain-lain." Diriwayatkan Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan.
Yazid ibn Harun. Setiap kali orang-orang berkunjung
kepadanya, mereka menjumpainya sedang membaca Qur’an dan menangis. Yazid bin
Harun adalah seorang yang ‘alim lagi zuhud dan termasuk ahli ibadah yang besar.
Dia banyak menangis, karena takut kepada Allah, sehingga kedua matanya buta.
Salah seorang muridnya pernah bertanya kepadanya, “Kemanakah
kedua mata yang indah itu, wahai Yazid ibn Harun?” Ia menjawab, “Demi Allah,
keduanya telah dilenyapkan oleh tangisan di penghujung malam hari. Akan tetapi,
kedunya berada di sisi Allah yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus
makhluk-Nya.”
Dalam sebuah hadist qudsi disebutkan bahwa Allah Ta’ala
berfirman,“Barangsiapa yang Kutimpakan ujian pda kedua anggota tubuh yang
paling disayanginya, lalu ia bersabar, niscaya Aku akan mengganti keduanya
dengan surga.”(HR. Bukhari dan Ahmad)
Adapun ganti dari Allah tiada ganti lain yang semisal
dengannya dan belasungkawa dari Allah tiada belasungkawa lain yang menyamainya.
Oleh karena itu, tidaklah kita jumpai seseorang mendekatkan dirinya kepada
Allah, melainkan pasti Allah mendekatkannya. [Aidh Abdullah al-Qarni, Menangis
Hingga Kedua Matanya Buta, Eramuslim.com.Senin, 23/05/2011 08:21 WIB].
Menangis karena takut kepada Allah adalah tangis yang mulia,
tangis ini keluar karena kesadaran yang dalam terhadap kekurangan dan kelemahan
diri, betapa tidak takut dan menangis kita kepada Allah andai kata semua amal
ibadah yang kita lakukan tidak diterima-Nya, perbuatan dosa dan maksiat melalui
tobat yang kita lakukan tidak dikabulkan-Nya, sehingga kelak di akherat,
orang-orang beriman sama-sama bergembira bertemu dengan Allah kemudian memasuk
syurga sebagai balasan pengabdiannya, sedangkan kita tidak diperhatikan-Nya,
jangankan diperhatikan, sedangkan Allah enggan untuk melihat kita. Lebih baik
kita menangis di dunia karena takut kepada Allah dari pada menangis di akherat
karena digiring ke neraka, lebih baik kita susah dan menangis di dunia karena
mendidik keluarga dari pada nanti susah dan menangis di akherat karena keluarga
kita masuk ke neraka, menangislah karena takut kepada Allah dengan tetesan airmata dan taubat di dunia
ini daripada menangis di akherat karena penyesalan, Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 08 Zulqaidah 1434.H/13 September
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar