Rabu, 20 November 2013

11. Tinggalkan Keragu-raguan



PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

TINGGALKAN KERAGU-RAGUAN
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ عَلِي بْنِ أبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ .
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح] 
Terjemah hadits:
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan kesayangannya dia berkata : Saya menghafal dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shoheh)
Pelajaran:
1.     Meninggalkan syubhat dan mengambil yang halal akan melahirkan sikap wara’.
2.     Keluar dari ikhtilaf ulama lebih utama karena hal tersebut lebih terhindar dari perbuatan syubhat, khususnya jika diantara pendapat mereka tidak ada yang dapat dikuatkan.
3.     Jika keraguan bertentangan dengan keyakinan maka keyakinan yang diambil.
4.     Sebuah perkara harus jelas berdasarkan keyakinan dan ketenangan. Tidak ada harganya keraguan dan kebimbangan.
5.     Berhati-hati dari sikap meremehkan terhadap urusan agama dan masalah bid’ah.
6.     Siapa yang membiasakan perkara syubhat maka dia akan berani melakukan perbuatan yang haram.
Pembahasan;
            Kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk meninggalkan keragu-raguan terhadap sesuatu, tanamkan keyakinan terhadap sesuatu itu sesuai dengan ilmu yang kita miliki, itulah makanya islam mengajarkan kepada ummatnya sejak awal dengan perintah untuk mengkaji dan meneliti sesuatu seperti surat Al Alaq 96; 1-5 mengajak kita untuk membaca dan belajar tentang Pencipta. “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”.

Bahkan untuk sebuah keyakinan terhadap Allah, kita juga dituntut untuk mencari kebenaran dahulu dengan pengkajian, pengetahuan dan penelitian, firman Allah dalam surat Muhammad 47;19 “Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”.

Sampai Allah memberikan penghargaan kepada semua manusia yang ragu terhadap Al Qur’an agar membuat semisal surat saja bila mampu untuk membuatnya. Dalam surat Al Baqarah 2;23-24 Allah berfirman;” dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.  Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

Kalimat “yang meragukan kamu” maksudnya tinggalkanlah sesuatu yang menjadikan kamu ragu-ragu dan bergantilah kepada hal yang tidak meragukan. Hadits ini kembali kepada pengertian Hadits keenam, yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya banyak perkara syubhat”.

Pada hadits lain disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seseorang tidak akan mencapai derajat taqwa sebelum ia meninggalkan hal-hal yang tidak berguna karena khawatir berbuat sia-sia”. Tingkatan sifat semacam ini lebih tinggi dari sifat meninggalkan yang meragukan.

Sejak kecil kita sudah yakin bahwa agama yang baik lagi benar adalah islam yaitu suatu keyakinan yang ditanamkan oleh nenek moyang kita yang dilanjutkan oleh bapak ibu kita, dari  beliaulah kita memperoleh semua itu bahkan sebagian masyarakat islam walaupun  mereka tidak sempurna dengan pengamalan islamnya tidak mau disebut fasiq, munafiq maupun kafir, padahal sepak terjang dalam kehidupan sehari-hari tidak beda dengan kelompok ini.

              Satu keyakinan yang masih tertanam dalam jiwa seorang muslim, seawam-awamnya mereka terhadap islam adalah asfek keyakinan yang yaitu;

            Pertama, bahwa islam adalah agama yang diwahyukan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad  dengan perantara Jibril tanpa bisa meeka dipengaruhi walaupun mereka tidak mampu menunjukkan dalil-dalil baik naqli maupun aqli, inilah keyakinan yang masih tertanam dalam jiwa setiap muslim, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Asy Syura 42;13 “Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.

            Kedua, islam adalah agama yang haq yaitu agama yang benar, bebas dari polusi dan campurtangan manusia didalamnya, sedangkan agama wahyu sebelum sepertinya seperti Yahudi dan Nasrani tidak dapat dipertanggungjawabkan, apalagi agama buatan manusia yang diawali oleh tradisi dan pengkultusan seseorang.  Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”[Ash Shaf 61;9]

Ketiga, islam merupakan agama yang lurus, mengajak ummatnya untuk mengikuti jalan yang lurus tersebut tanpa terpengaruh oleh segala propaganda dari isme-isme lain yang menyesatkan manusia; ”kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Yusuf 12;40]

            Keempat, islam adalah agama yang bersih dari segala bentuk kotoran yang  dapat mencemari sebuah agama wahyu, dia dari Allah, dia pulalah yang memeliharanya [Az Zumar 39;3].  “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”

Kelima, Agama islam ini bersih dari syirik yaitu watak menserikatkan Allah dengan berbagai hal, baik dengan bentuk isme-isme buatan manusia maupun segala sesuatu yang diberhalakan, syirik adalah noda dan dosa yang besar sekali, pelakunya layak berada dalam neraka sebagai balasannya [Ar Ra’du 13;36]  “Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka[775] bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali".

            Keenam,  Islam juga bersih dari kesalahan dan kekurangan karena yang punya adalah Allah Yang Maha Sempurna, apalagi  syariat ini telah diawali sejak manusia hadir di dunia ini melalui wahyu yang disampaikan oleh Nabi Adam hingga nabi-nabi lainnya dan terakhir adalah nabi Muhammad. Bila  ajaran islam ini manusia yang membuat maka dapatlah disangsikan kebenarannya, ini Tuhan Allah Yang Maha Sempurna dan mustahil Allah memiliki  sifat-sifat itu[An Nisa’ 4;82]. “ Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”

            Ketujuh, Islam bersih dari campur tangan manusia dan hawa nafsu, semua hasil wahyu dari Allah, tak satupun manusia menyamai apa yang telah diturunkan Allah dan tak satupun manusia dapat mencampurkannya dengan ajaran-ajaran lainnya, hal ini mudah sekali disaring dan dipilahkan, walaupun sudah banyak rekayasa manusia untuk merusak dienul islam ini tapi Alhamdulillah selamat dari semua itu karena memang Alah telah menjanjikan bahwa islam dengan segala ajarannya akan dijaga, dipelihara dari segala campur tangan manusia dan  ronrongan  hawa nafsu.
           
            Kedelapan, islam merupakan satu-satunya dien Allah yang otomatis menolak segala bentuk dien yang datang setelah atau se belumnya,”Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah islam”[Ali Imran 3;19] “ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”

            Allah memberikan ultimatum secara terbuka di dunia ini kepada manusia yang tidak mengakui islam, maka semua penyembahan mereka, pengabdian mereka terhadap agama itu sia-sia dan bahkan mendapat kerugian yang sebesar-besarnya, Allah menjelaskan dalam firman-Nya “Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”[Ali Imran 3;85]

            Itulah keyakinan azasi seorang muslim terhadap islam sebagai agama baginya walaupun banyak asfek islam yang belum mampu dia laksanakan, tapi tentang keyakinan ini  tidak dapat diragukan lagi, seawam-awamnya mereka terhadap islam tidak mungkin mengingkari asfek ini. Mengingkari salah satu dari lima hal tersebut apalagi semuanya jelas telah keluar dari iman tauhid yang diajarkan oleh nenek moyang dan orangtua kita.

            Tinggal kini bagaimana kita merealisasikan asfek keyakinan tersebut  dalam seluruh asfek kehidupan baik dalam pribadi, keluarga, masyarakat bahkan bernegara sehingga islam sebagai rahmat bagi alam tersebut dapat kita rasakan dan dinikmati pula oleh orang lain [Mdr, 2009]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar