RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Bertindak
Lurus/Istiqamah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Untuk sebuah
pengakuan keimanan maka banyak orang yang bisa tapi untuk menjaga iman agar
tetap kokoh dan bersih dari nilai-nilai yang mencemarkan ketauhidan tidak
banyak orang yang sanggup. Orang yang istiqomah haus jauh dari sifat syirik,
karena syirik itu dapat merusak iman dan merupakan kesesatan ; "Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah
tersesat sejauh-jauhnya" [An Nisa' 4;116]
Sikap muslim
yang istiqmah dalam kehidupan ini
menerima islam secara penuh dalam sepuruh asfek kehidupan. Selayaknya
seorang muslim itu menerima ajaran islam secara kafah yaitu sepenuhnya agar
keislaman tadi membentuk kepribadian yang utuh pula dengan puncak keimanan
yaitu taqwa;''Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" [Al Baqarah 2;208].
Buya Hamka berpendapat,"Istiqomahlah
laksana batu karang di ujung pulau, menerima hempasan segala ombak dan
gelombang yang menggulung, setiap ombak dan gelombang datang, setiap itu pula
menambah kekokohannya. Istiqamahlah, laksana sebatang pohon beringin, menerima
segala angin sepoi dan angin badai, kadangkala berderak derik laksana akan
runtuh, terhoyong ke kiri dan ke kanan, demi angin berhenti dan alam tenang,
dia tegak pula kembali dan uratnya bertambah terhunjam ke petala
bumi............"
Imam An
Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 8 dengan
judul Bertindak Lurus menyebutkan beberapa sandaran dari Al Qur’an dan Hadits
Rasulullah Saw.
Allah Ta'ala berfirman:"Maka bertindak
luruslah engkau sebagaimana
engkau diperintahkan." (Hud: 112).
Allah Ta'ala berfirman pula:"Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan kita semua, kemudian mereka itu bertindak
lurus - berpendirian teguh, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka -
dan berkata: "fangan engkau semua takut dan jangan pula berdukacita dan
terimalah berita gembira memperoleh syurga yang telah dijanjikan kepadamu
semua.
"Kami - Allah - menjadi pelindungmu semua dalam kehidupan dunia
dan pada hari kemudian. Di situ engkau semua memperoleh apa-apa yang menjadi
keinginan hatimu dan di situ pula engkau semua mendapatkan apa saja yang engkau
semua minta."Hidangan dari Tuhan yang Maba Pengampun dan Penyayang." (Fushshilat:
30-32).
Allah Ta'ala berfirman lagi:"Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan kita semua, kemudian mereka bertindak lurus
- berpendirian teguh dalam kebenaran - maka mereka tidak akan merasa
takut dan tidak akan merasa berdukacita. "Merekalah yang dapat menempati syurga,
mereka kekal di dalamnya,
sebagai balasan dari apa-apa yang mereka lakukan." (al-Ahqaf: 13-14)
Dari Abu 'Amr, ada yang mengatakan namanya Abu 'Amrah, Sufyan bin
Abdullah r.a., katanya: "Saya bertanya: Ya Rasulullah, katakanlah padaku
dalam Islam tentang suatu ucapan yang saya tidak akan menanyakan lagi pada
seseorang selain Tuan." Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Katakanlah, saya beriman kepada Allah kemudian bertindak
luruslah* - berpegang teguhlah pada kebenaran." (Riwayat Muslim).
Maksudnya bertindak lurus itu ialah:Kalau kita telah mengaku
beriman pada Allah, hendaklah kita jangan segan berlaku yang benar dan jujur,
misalnya benar-benar memperjuangkan cita-cita Islam. Maka jangan hanya
menamakan dirinya itu seorang Islam sekedar hanya pengakuan kosong belaka,
tetapi berlakulah yang benar sebagai seorang Muslim.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersengajalah secara sederhana - tidak sangat muluk-muluk ataupun teledor
- dan bertindak luruslah, juga ketahuilah bahwasanya tidak seseorangpun yang
dapat selamat karena amalnya." Para sahabat bertanya: "Sekalipun Tuan
sendiri juga tidak - dapat diselamatkan oleh amalnya - ya Rasulullah."
Beliau s.a.w. menjawab: "Sayapun tidak dapat, kecuali jikalau Allah
menutupi diriku -memberikan karunia padaku - dengan kerahmatan daripadaNya
serta dengan keutamaanNya." (Riwayat Muslim).
Para ulama berkata: Makna istiqamah, yaitu tetap taat
kepada Allah Ta'ala. Mereka mengatakan bahwa istiqamah itu
adalah termasuk dari golongan jawami'ul kalim - yakni sedikit
kata-katanya tetapi luas pengertiannya - dan istiqamah itulah yang merupakan
kenizhaman segala perkara.
Dikalangan
ummat islam ketika itu bahkan hari ini terlalu banyak orang-orang yang
menyelusup mengaku sebagai muslim hanya sebatas lisannya saja tapi hatinya
tidaklah beriman, yang sebenarnya mereka adalah orang-orang yang memusuhi islam
melalui segala ucapan, sikap dan tindakannya. Dengan adanya fitnah berupa
musibah, peperangan dan segala penderitaan maka Allah akan membuang orang-orang
munafiq itu sehingga jelas yang tinggal adalah orang-orang yang betul-betul
teguh imannya;"Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka
Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa.
dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar
mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, Dan agar Allah
membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan
orang-orang yang kafir.
Ketika seruan jihad untuk menghadapi kafir Quraisy telah
diserukan maka berangkatlah 600 pasukan bersama Rasulullah, namun di tengah perjalanan pasukan tadi terbagi
menjadi dua, hampir 300 pasukan berbelot ke Madinah di bawah pimpinan Abdullah
bin Ubay karena mereka tidak mau berjihad, sedangkan yang bersama Rasulullah
adalah pasukan yang tersaring tetap berangkat jihad.
Karena kita
sebagai manusia, sebagai hamba Allah dan tinggal di bumi Allah pula maka tidak
akan lepas dari ujian, fitnah dan cobaan yang akan datang, baik ujian itu
karena kesalahan kita sendiri atapun berupa peningkatan iman, tiada jalan lain
selain tetap Itiqamahlah seperti karang, yang dihempas oleh ombak, dihantam
oleh cuaca panas dan dingin, diterjang oleh angin dan badai, tapi karang tetap
kokoh bahkan semakin kokoh.
Dr.
Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa
Dalam Bimbingan Rasulullah Saw, menyatakan tentang Istiqamah ;
Target
akhir yang diinginkan Islam dari seorang muslim bukanlah sekedar melakukan
kebaikan, tetapi lebih lanjut adalah sikap istiqamah dalam kebaikan tersebut.
Hal inilah yang dapat kita tangkap dari berbagai wasiat yang banyak disampaikan
Rasulullah Saw.
Diriwayatkan
bahwa Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafiy Ra, berkata,”Saya pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada saya suatu perkataan
dan perbuatan yang menjadi ajaran [inti] Islam yang saya tidak akan pernah lagi
menanyakan hal yang sama kepada siapapun sesudah engkau?”. Rasululah Saw, lalu
menjawab,”Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah Swt, kemudian beristiqamahlah
[dalam keyakinan tersebut]” [HR. Muslim].
Istiqomah, sebuah perkara yang
sangat agung dan tidak bisa diremehkan, sampai-sampai Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma
mengatakan tatkala menjelaskan firman Allah ta’ala,
“Istiqomahlah engkau sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu.”
(QS. Huud :
112)
Ibnu Abbas mengatakan, “Tidaklah
turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam keseluruhan
al-Qur’an suatu ayat yang lebih berat dan lebih sulit bagi beliau daripada ayat
ini.” (lihat Syarh Nawawi [2/92]).
Sampai-sampai sebagian ulama
-sebagaimana dinukil oleh Abu al-Qasim al-Qusyairi- mengatakan,
“Tidak ada yang bisa benar-benar istiqomah melainkan orang-orang besar.”
(Disebutkan oleh an-Nawawi dalam Syarh Muslim [2/92])
Oleh sebab itu ikhwah
sekalian, semoga Allah meneguhkan kita di atas jalan-Nya, marilah kita
mengingat besarnya nikmat yang Allah karuniakan kepada Ahlus Sunnah yang tetap tegak di
atas kebenaran di antara berbagai golongan yang menyimpang dari
jalan-Nya. Inilah nikmat teragung dan anugerah terindah yang menjadi cita-cita setiap
mukmin. Allah ta’ala berfirman,“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan; Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqomah
akan turun kepada mereka para malaikat seraya mengatakan; Janganlah kalian
takut dan jangan sedih, dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepada
kalian.” (QS. Fusshilat : 30).
al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah
mengatakan bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas -QS. Fusshilat : 30- adalah orang-orang yang
mentauhidkan Allah dan beriman kepada-Nya lalu istiqomah dan
tidak berpaling dari tauhid. Mereka konsisten dalam melaksanakan ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala sampai akhirnya mereka
meninggal dalam keadaan itu (lihat Syarh Nawawi
[2/92]).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir
as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, bahwa mereka itu adalah
orang-orang yang mengakui dan mengikrarkan -keimanan mereka-, mereka ridha akan
rububiyah Allah ta’ala serta pasrah kepada
perintah-Nya. Kemudian mereka istiqomah di atas jalan yang lurus dengan ilmu dan amal
mereka, mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan kabar gembira di dalam
kehidupan dunia dan di akhirat (lihat Taisir al-Karim
ar-Rahman [2/1037-1038]).
Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu’anhu
mengatakan ketika menafsirkan ayat di atas (yang artinya), “Kemudan
mereka tetap istiqomah”, maka beliau mengatakan, “Artinya
mereka tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” Diriwayatkan pula dari
beliau, “Yaitu mereka tidak berpaling kepada sesembahan selain-Nya.”
(Disebutkan oleh Ibnu Rajab al-Hanbali di dalam Jami’ al-’Ulum,
hal. 260).[Abu Mushlih Ari Wahyudi, Istiqomah di Atas Tauhid, www.muslim.or.id, 26
February 2011].
Ustadz Abdullah Taslim, Lc
dalam buku Penjelasan Hadits Arba'in,
yang kemudian Amrullah Akadhinta dalam www.muslim.or.id
menyatakan tentang pentingnya sikap istiqamah tersebut dalam tulisan Meniti Jalan Istiqomah
Di dalam al-Qur’an maupun
Sunnah telah ditegaskan cara-cara yang dapat ditempuh oleh seorang hamba untuk
bisa meraih istiqomah. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama,
memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. Allah Ta’ala
berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (QS.
Ibrahim [14] : 27). Makna “ucapan yang teguh” adalah
dua kalimat syahadat. Sehingga, Allah akan meneguhkan orang yang beriman yang
memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat ini di dunia dan di akhirat.
Kedua,
membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah berfirman yang
artinya, “Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur‘an
itu dari Robb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang
yang beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl [16]:102)
Ketiga, berkumpul dan bergaul di lingkungan orang-orang saleh. Hal
ini sangat membantu seseorang untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah ta’ala.
Teman-teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik
serta mengingatkan kita dari kekeliruan. Bahkan dalam al-Qur’an disebutkan
bahwa hal yang sangat membantu meneguhkan keimanan para sahabat adalah
keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah
berfirman yang artinya, “Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian
menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya
pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh
kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan
yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran [3]:101)
Keempat,
berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa
memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat. Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu
‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah doa, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala
diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah
hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz
Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)
Kelima,
membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil
teladan dari mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan
mereka dalam menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari
kisah tersebut sebagaimana firman Allah ta’ala yang
artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Huud [11]: 120).
Rasulullah Muhammad sering menasehati
agar kita menjadi seorang yang memiliki pendirian teguh pada agama ini.
Orang mukmin yang sejati
mempunyai harga diri, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang hina. Apabila ia
terpaksa melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas. Muk,im yang punya
harga diri, ia juga malu membuka aib saudaranya atau jika tau kekurangan
saudaranya. Ia malu mempertontonkan di hadapan orang banyak jika aib itu
diketaui orang lain.
Seorang mukmin yang memiliki harga dini, ia
pasti berani menegakkan kebenaran sekalipun rasanya pahit. Ia rela mendapat
cacian, hinaan atau stigma-stigma buru sekalipun. Karena ia tak memburu urusan
jangka pendek dan kenikmatan sesaat (mata’uddunya).
Seorang mukmin teguh pendirianya, bagaikan batu karang di tengah lautan. Tegar
dari amukan badai dan hempasan gelombang serta pasang surut lautan.
Kekuatan jiwa seorang muslim,
terletak pada kuat dan tidaknya keyakinan yang dipegangnya. Jika akidahnya
teguh, kuat pula jiwanya. Tetapi jika aqidahnya lemah, lemah pula jiwanya. Ia
tinggi karena menghubungkan dirinya kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha
Tinggi.
Diriwayatkan dari ‘Auf bin
Malik, ia berkata: Rasulullah saw memberikan keputusan terhadap sebuah kasus
antara dua orang laki-laki. Ketika kedua-duanya sudah pulang, yang kalah dalam
sidangnya ia berkata : "Hasbiyallahu wa ni’mal wakil" (Allahlah
yang mencukupkan daku, dan Dialah sebaik-baik tempat berlindung).
Orang mukmin adalah sosok
manusia yang memiliki prinsip hidup yang dipeganginya dengan erat. Ia berkerja
sama dengan siapapun dalam kebaikan dan ketakwaan. Namun jika lingkungan
sosialnya mengajak kepada kemungkaran, ia akan mengambil jarak bahkan akan
“keluar” dari lingkungan itu. Bukan sebaliknya, ikut arus. Seorang mukmin
sejati dia akan tetap istiqomah dan amanah,
meski seluruh lingkungannya tercemah ‘korupsi’.
Rasulullah melarang orang Muslim tak tak
memiliki pendirian. “Saya ikut bersama-sama orang, kalau
orang-orang berbuat baik, saya juga berbuat baik, dan kalau orang-orang berbuat
jahat sayapun berbuat jahat. Akan tetapi teguhkanlah pendirianmu. Apabila
orang-orang berbuat kebajikan, hendaklah engkau juga berbuat kebajikan, dan
kalau mereka melakukan kejahatan, hendaknya engkau menjauhi perbuatan jahat
itu.” (HR. Turmudzi).[Shalih Hasyim, Jadilah Mukmin yang Berpendirian, www.hidayatullah.com,
Kamis, 17 Maret 2011].
Sejarah mencatat, bagaimana
istiqamahnya sahabat Rasulullah dalam menerima ujian hidup ini, lihatlah Bilal bin Rabah yang mendapat siksaan dari
tuannya, dia dipukul wajahnya, di hantam dengan tombak fisiknya, di tengah
matahari terbit yang demikian panasnya dia dijemur kemudian dihimpitkan batu
besar di atas badannya, hal itu dilakukan terus menerus, tapi iman sudah
melekat di hatinya, siksaan itu malah indahnya jiwa istiqamah di jiwanya.
Bagitu juga dengan Mushaib bin Umair mengalami penyiksaan dari majikannya hanya
karena memeluk islam, dengan berbagai cara azab diberikan kepadanya, namun tak
mampu untuk menggugurkan keimanannya.Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 27 Syawal 1434.H/03 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar