Kamis, 28 November 2013

74.32 Keutamaan Kaum Fakir



RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]
                

Keutamaan Kaum Fakir
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros 
 
       Saat nabi sedang berdialog dengan tokoh Quraisy menawarkan da'wah islamiyyah agar mereka memeluk islam dengan mentauhidkan Allah semata, dialoq itu berjalan alot sekali bahkan penuh dengan penghinaan dan penolakan terhadap ajakan nabi, tiba-tiba datanglah seorang lelaki buta, dengan jalan terseok-seok mendekati dialoq itu, pakaiannya lusuh tapi hatinya tulus untuk masuk islam, orang itu bernama Abdullah bin Umi Makhtum. Dengan kedatangan lelaki ini nabi agak terganggu konsentrasinya, apalagi yang dihadapi para pembesar Quraisy, peluangnya bila mereka masuk islam maka dapat dipastikan islam akan jaya, tapi seorang lelaki ini dari status sosialpun tidak begitu penting, toh nanti bisa dilayani setelah pertemuan ini, pemikiran ini mungkin yang muncul dari sifat kemanusiaannya dan itu wajar.

           Dengan sikap itu, Allah menegur nabi melalui firman-Nya dalam surat 'Abasa 80;1-10
1.  Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2.  Karena Telah datang seorang buta kepadanya.
3.  Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4.  Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5.  Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
6.  Maka kamu melayaninya.
7.  Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
8.  Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9.  Sedang ia takut kepada (Allah),
10.  Maka kamu mengabaikannya.

Demikian Allah mendidik Rasulullah agar tidak meremehkan orang lain walaupun orang itu fakir, lemah dan tidak terkenal di mata masyarakat, tapi lihatlah manusia itu berdasarkan keinginannya untuk mensucikan diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 32 dengan judul “Keutamaan Kelemahan Kaum Muslim'm, Kaum Fakir Dan Orang-orang Yang Tidak Masyhur”

Allah Ta'ala berfirman: "Dan sabarkanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tubannya di waktu pagi dan sore, mereka menginginkan keridhaan Tuhan dan janganlah engkau hindarkan pandanganmu terhadap mereka itu." (al-Kahf: 28)

Dari Haritsah bin Wahab r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulultah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua saya beritahu,siapakah ahli syurga itu? Mereka itu setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jikalau ia bersumpah atas Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya itu.
Sukakah engkau semua saya beritahu, siapakah ahli neraka itu? Mereka itu ialah setiap orang yang 'utul - keras, jawwazh - kikir tetapi gemar mengumpulkan harta, lagi pula congkak." (Muttafaq 'alaih) Al'utul ialah orang yang keras kepala lagi kasar dalam pergaulan.
Aljawwazh, dengan fathah jim dan syaddahnya wawu dan dengan zha' mu'jamah yaitu orang yang gemar mengumpulkan harta, tetapi kikir kalau dimintai sesuatu kebaikan. Ada yang mengatakan artinya ialah orang yang gemuk lagi sombong ketika berjalan. Ada pula yang mengatakan artinya ialah orang yang pendek lagi suka makan.

Dari Abul Abbas yaitu Sahal bin Sa'ad as-Saidi r.a., katanya: "Ada seorang lelaki yang berjalan melalui Nabi s.a.w., lalu beliau bertanya kepada seseorang yang sedang duduk di sisinya: "Bagaimanakah pendapatmu tentang orang ini." Orang yang ditanya itu menjawab: "Ini adalah seorang lelaki dari golongan manusia bangsawan. Orang ini demi Allah, sudah nyatalah apabila ia melamar seseorang wanita, tentu terlaksana ia dikawinkan dan apabila memintakan pertolongan pada sesuatu, tentu akan dikabulkan permintaan pertolongannya itu - untuk kepentingan orang lain."

Selanjutnya ada seorang lelaki lain berjalan melalui Nabi s.a.w. kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda - kepada kawan seduduknya itu: "Bagaimanakah pendapatmu tentang orang ini?" Orang itu menjawab: "Ya Rasulullah. Ini adalah seorang lelaki dari golongan kaum fakirnya orang-orang Islam. Orang ini nyatalah bahwa jikalau meminang, tentu tidak akan diterima untuk dikawinkan - dengan yang dipinangnya - dan jikalau memintakan pertolongan pada sesuatu, tentu tidak akan dikabulkan permintaan pertolongannya itu."

Kemudian Rasulullah bersabda:"Yang ini - yakni yang engkau hinakan karena kefakirannya -adalah lebih baik dari pada seluruh isi bumi itu penuh seperti yang ini - yakni yang dimuliakan karena kekayaannya." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Syurga dan neraka itu saling berbantah-bantahan. Neraka berkata: "Di dalamku ada orang-orang yang keras kepala - gemar memaksakan kehendaknya pada orang lain - serta orang-orang yang congkak." Syurga berkata: "Di dalamku ada para manusia yang lemah-lemah serta kaum fakir miskin." Allah lalu memutuskan perbantahan mereka itu dan firmanNya: "Engkau itu, syurga, sesungguhnya adalah tempat kerahmatanKu, yang Aku merahmati denganmu itu siapa saja yang Kukehendaki, sedang engkau neraka, sesungguhnya adalah tempat penyiksaanKu, yang Aku menyiksa denganmu siapa saja yang Kuhendaki. Atas kehendakKu pulalah kedua-duanya itu siapa-siapa yang akan diisikannya." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya saja nanti akan datanglah seseorang yang besar lagi gemuk pada hari kiamat, tetapi di sisi Allah, tidak ada timbangan beratnya lebih dari timbangan sehelai sayap nyamuk." (Muttafaq 'alaih)

Maksud Hadis di atas ialah bahwa orang yang sewaktu di dunia ini besar dan tinggi kedudukannya, gemuk badannya serta gendut perutnya, tetapi kosong amalannya yang baik, tidak mentaati perintah Allah dan malahan melanggar laranganNya, maka pada hari kiamat nanti oleh Allah orang tersebut tidak ada harganya samasekali, dianggap ringan dan remeh dan sudah dipastikan akan memperoleh siksaNya yang pedih dalam neraka.

Jadi untuk mencapai keluhuran tingkat di sisi Allah, dapat mendekatkan diri padaNya serta mendapatkan keridhaanNya hanyalah dengan jalan membersihkan hati dari semua sifat yang tercela, menyucikannya agar menerima cahaya Ilahiyah, di samping mengamalkan semua perintah dan menjauhi laranganNya.

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya ada seorang wanita hitam yang biasanya menyapu masjid. Dalam sebuah riwayat dikatakan: seorang pemuda - sebagai ganti wanita hitam tersebut, yang pekerjaannya juga suka menyapu masjid. Kemudian Rasulullah s.a.w. -pada suatu hari -tidak menemukannya lagi, lalu bertanya, ke mana orang yang suka menyapu itu. Para sahabat berkata bahwa ia telah meninggal dunia. Beliau bersabda: "Mengapa engkau semua tidak memberitahukan hal itu padaku." Mereka tidak memberitahukan itu, seolah-olah mereka menganggap remeh saja kematian orang tersebut. Beliau bersabda pula: "Tunjukkanlah aku di mana kuburnya." Orang-orang menunjukkannya, kemudian beliau s.a.w. menyembahyangi orang yang mati itu - yang sudah dalam kubur. Setelah itu beliau bersabda: "Sesungguhnya kubur itu penuh kegelapan atas para penghuninya, tetapi Allah membuatnya bercahaya untuk mereka itu dengan sebab saya menyembahyangi atas mereka itu." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Kadang-kadang orang-orang yang tidak karuan letak rambutnya lagi pula penuh debu tubuhnya, serta selalu ditolak jika ada di pintu - tidak dihiraukan karena miskinnya, jikalau bersumpah atas Allah niscayalah Allah mengabulkan padanya - apa yang disumpahkannya itu." (Riwayat Muslim)

Dari Usamah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Saya berdiri di pintu syurga, tiba-tiba - saya lihat - kebanyakan orang yang memasukinya itu adalah orang-orang miskin, sedang orang-orang yang mempunyai kekayaan masih tertahan - belum lagi diizinkan untuk masuk syurga. Tetapi para ahli neraka sudah semua diperintahkan untuk masuk neraka. Saya juga berdiri di pintu neraka, tiba-tiba -saya lihat -kebanyakan para ahli neraka itu adalah kaum wanita." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Tidak seorang bayipun yang dapat berbicara ketika masih dalam belaian kecuali tiga anak. Ini yang dari kalangan Bani Israil, Tiga anak itu ialah Isa putera Maryam. Kedua sahabat Juraij -yang menyaksikan kebenaran Juraij. Juraij adalah seorang lelaki yang tekun ibadatnya, lalu ia mengambil sebuah tempat yang tinggi letaknya. Ia senantiasa berada di situ. Suatu ketika ibunya datang dan ia sedang bersembahyang, serunya: "Hai Juraij." Juraij berkata - dalam hatinya: "Ya Tuhanku, itu adalah ibuku, tetapi saya lebih mengutamakan shalatku." Ia terus tekun dalam shalatnya - dan ibunya tidak dihiraukan olehnya. Ibunya lalu pergi. Ketika menjelang esok harinya, ibunya datang lagi dan ia juga sedang bersembahyang. Ibunya berseru: "Hai Juraij." Ia berkata pula - dalam hatinya: "Ya Tuhanku, itu adalah ibuku, tetapi saya lebih mengutamakan shalatku." Ia terus tekun dalam shalatnya. selanjutnya pada esok harinya lagi, ibunya datang sekali lagi dan ia sedang bersembahyang. Ibunya berseru: "Hai Juraij." Ia berkata pula - dalam hatinya: "Ya Tuhanku, itu adalah ibuku, tetapi saya lebih mengutamakan shalatku." Ia terus pula tekun dalam shalatnya. lbunya lalu berkata - berdoa "Ya Allah, janganlah Engkau mematikannya, sehingga ia melihat wajahnya wanita-wanita pelacur."

Kaum Bani Israil sama menyebut-nyebutkan perihal diri juraij itu serta ketekunan ibadatnya. Di kalangan mereka ada seorang wanita pelacur yang karena cantiknya sampai dibuat sebagai perumpamaan. Wanita itu berkata: "Jikalau engkau semua suka, niscaya dapatlah aku memfitnahnya." Wanita itu menunjukkan diri pada Juraij, tetapi ia tidak menoleh samasekali pada wanita itu. Wanita itu lalu mendatangi seorang penggembala yang berdiam di tempat peribadatan Juraij lalu ia memungkinkan dirinya pada penggembala itu - yakni membolehkan dirinya disetubuhi olehnya. Penggembala itu menyetubuhinya kemudian ia pun hamillah. Setelah wanita itu melahirkan, ia berkata bahwa anak itu adalah hasil dari hubungannya dengan Juraij. Orang-orang banyak sama mendatangi Juraij, ia diturunkan dan  mereka merobohkan tempat ibadatnya, bahkan merekapun memukulnya. Juraij bertanya: "Ada apa engkau semua ini?" Orang-orang sama berkata: "Engkau berzina dengan wanita pelacur ini, lalu ia melahirkan anak dari hasil perbuatanmu." Ia berkata: "Manakah anak itu?" Orang-orang sama mendatangkan anak  itu  padanya.  Juraij  lalu  berkata:  "Biarkanlah  saya hendak bersembahyang dulu." Iapun bersembahyanglah. Ketika ia kembali di hadapan orang banyak, ia mendatangi anak itu lalu menusuk perutnya  - dengan jarinya - dan  berkata:  "Hai  anak, siapakah ayahmu?" Anak kecil itu berkata: "Ayahku si Fulan, penggembala itu." Kemudian orang-orang banyak itu sama menghadapi Juraij menciuminya dan mengusap-usap tubuhnya. Mereka berkata: "Kita akan  mendirikan tempat sembahyangmu  itu  dari  emas." Juraij berkata: "Jangan, kembalikan sajalah dari tanah - batu merah -sebagaimana dahulunya." Mereka terus mengerjakan pembangunannya kembali.

Ketiga dari anak yang dapat berbicara ialah - pada suatu ketika ada seorang anak bayi sedang menyusu pada ibunya. Kemudian berlalulah seorang lelaki mengendarai seekor binatang kendaraan yang indah dan serba bagus keadaan serta pakaiannya. Ibunya lalu berkata: "Ya Allah, jadikanlah anakku ini seperti orang itu!" Anak itu lalu melepaskan teteknya dan menghadap untuk melihat orang lelaki tersebut, kemudian berkata: "Ya Allah, janganlah saya Engkau jadikan seperti orang itu!" Selanjutnya anak itu kembali menghadapi teteknya dan mulai menyusui lagi.
Saya - yang meriwayatkan Hadis ini - seolah-olah melihat kepada Rasulullah s.a.w. di waktu beliau menirukan cara anak itu menyusu, yaitu dengan menggunakan jari telunjuk beliau dan beliau mengisapnya. Selanjutnya beliau s.a.w. melanjutkan sabdanya:
Seterusnya mereka melalui seorang hamba sahaya wanita dan orang-orang sama memukulinya, dan mereka mengucapkan: "Engkau berzina dan engkau mencuri," sedang wanita itu berkata: "Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baiknya Zat yang memberikan perlindungan." Ibu anak tadi lalu berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan anakku ini seperti wanita itu!" Anak tersebut melepaskan teteknya lagi lalu melihat pada wanita itu kemudian berkata: "Ya Allah, jadikanlah saya seperti wanita itu!"
Sampai di sini kedua orang ibu dan anaknya tadi mengulangkan percakapannya. Ibunya berkata: "Ada seorang lelaki yang indah sekali keadaannya, lalu saya berkata: "Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang itu," tetapi engkau berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan saya seperti orang itu." Orang-orang sama melalui seorang hamba sahaya wanita dan mereka memukulinya, juga mengatakan: "Engkau berzina dan engkau mencuri." Saya lalu berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan anakku seperti wanita itu," tetapi engkau berkata: "Ya Allah, jadikanlah saya seperti wanita itu." Apakah sebabnya demikian." Anak bayi itu menjawab: "Orang lelaki itu adalah seorang yang keras kepala - dalam kebathilan, maka itu saya mengatakan: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan saya seperti orang itu," sedangkan wanita yang orang-orang sama mengatakan padanya: "Engkau berzina," sebenarnya ia tidak berzina dan: "Engkau mencuri," sebenarnya ia tidak mencuri. Oleh sebab itu saya mengatakan: "Ya Allah, jadikanlah saya seperti wanita itu." (Muttafaq 'alaih).

Termasuk di antara kunci-kunci rizki adalah berbuat baik kepada orang-orang miskin. Nabi menjelaskan bahwa para hamba itu ditolong dan diberi rizki disebabkan oleh orang-orang yang lemah di antara mereka.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Mush'ab bin Sa-'dan ia berkata, 'Bahwasanya Sa'dan merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah bersabda: "Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah di antara kalian?"  Karena itu, siapa yang ingin ditolong Allah dan diberi rizki olehNya maka hendaknya ia memuliakan orang-orang lemah dan berbuat baik kepada mereka."
Nabi yang mulia, juga menjelaskan bahwa keridhaan-nya dapat diperoleh dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin.
Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu Hibban dan Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Darda' bahwasanya ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: "Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian."
Menjelaskan sabda Nabi di atas Al-Mulla Ali Al-Qari berkata, "Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang miskin di antara kalian."
Dan barangsiapa berusaha mendapatkan keridhaan keka-sih Yang Maha Memberi rizki dan Maha Memiliki kekuatan dan keperkasaan, Muhammad dengan berbuat kepada orang-orang miskin, niscaya Tuhannya akan menolongnya dari para musuh serta akan memberinya rizki.[Berbuat baik kepada orang lemah, Jambul, Sabtu, 12 Juli 2008].

Diriwayatkan bahwa Allah SWT mewahyuhkan kepada umat-umat terdahulu dalam salah satu kitab yang Allah turunkan : “Berjalanlah satu mil,jenguklah orang sakit.Berjalanlah dua mil,antarkanlah jenazah.Berjalanlah tiga mil,penuhilah undangan.Berhalanlah empat mil,kunjungilah Sulaiman bin Dawud AS jika memasuki Baitul Maqdis beliau menghampiri kelompok(halaqoh) terdekat yang dihadiri oleh kaum dhu’afa,pengemis dan kaum miskin.Setelah itu beliau duduk bersama mereka dan berkata,”Seorang miskin duduk bersama orang-orang miskin.”

Diriwayatkan bahwa Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa As,”Hindarilah sikap sombong(kibr).Andaikata seluruh makhluk-Ku  menemuii-Ku dengan sebiji atom kesombongan,Aku pasti akan memasukkan mereka ke dalam nekara,meskipun kamu dan Ibrahim Kekasih-Ku ada di antara mereka.Wahai Musa,apakah engaku ingin Aku tidak melupakanmu?“Ya,wahai Tuhanku,”jawab Musa.
“Cintailah kaum fakir miskin dan dekatilah mereka.Berilah kabar gembira kepada kaum shadiqin(orang-orang yang shidq) dan peringatkanlah orang-orang yang berbuat dosa.”
Betapa indahnya hadist Nabi SAW tentang kasih sayang,“Sesungguhnya sewaktu shalat aku ingin memanjangkannya,tapi kudengar tangis seorang anak,aku lalu mengerjakan yang wajin saja,sebab aku mengetahui betapa iba hati sang ibu terhadap anaknya.(HR Buhari,Muslim,Turmudzi,Ibnu Majah,Nasai,Abu Dawud,Ahmad dan Darimi) Oleh karena itu,hendkanya manusia itu bersikap toleran,mudah dan tidak mengiktui hawanya. [Sikap Kepada Kaum Lemah, Cinta Allah.Org. February 22, 2011].

            Allah menciptakan manusia dengan berbagai level kehidupan dalam rangka untuk mengambil hikmah diantara mereka, keberadaan manusia terpuji dan mulia bukan karena kekayaan yang dimiliki, bukan pula karena jabatan yang disandang, tidak pula karena status social yang tinggi, tapi kemuliaan itu terletak pada ketaqwaan seseorang. Kemuliaan Bilal bin Rabah disebabkan keislamannya dan kehinaan Abu Jahal d isebabkan kekafirannya.

Banyak sekali kelebihan orang-orang fakir, lemah dan orang-orang yang tidak termashur di tengah masyarakat, mereka di dunia mungkin tidak dihargai, dilecehkan, tidak pernah masuk hitungan,  tapi mereka dihargai di langit  karena keimanan dan amal shaleh yang mereka lakukan, untuk itu berlaku baiklah kepada orang-orang fakir, karena rezeki yang kita terima bisa saja lantaran kefakiran mereka, berlaku baiklah kepada orang-orang lemah, karena boleh jadi kekuatan yang kita miliki bisa jadi karena kelemahan yang ada pada mereka, berlaku baiklah kepada orang-orang yang tidak mashur di tengah masyarakat, karena boleh jadi ketenaran yang kita miliki lantaran ketidakmashuran mereka, Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 02 Zulqaidah 1434.H/07 September 2013].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar