RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Muraqabah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Allah selalu
menyertai dan bersama makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga,
ini adalah pengawasan yang efektif untuk menjaga kontinuitas amal dan istiqamahnya
iman, keyakinan ini akan menjauhkan seorang mukmin dari praktek kotor dalam
seluruh asfek kehidupannya. ” Dan pada
sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak
jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz [Al An’Am
6;59]
Muraqabatullah
membangkitkan sifat ihsan dalam seluruh aktivitas, baik ada orang ataupun tidak
ada orang yang melihatnya. Kualitas kerja dan kedisiplinan tidak terpengaruh
oleh orang lain hatta pimpinan sekalipun karena pemimpin yang tertinggi selalu
melihat dan memantaunya.
Imam An
Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 5 dengan judul Muraqabah (Pengintaian) menyatakan tentang
muraqabah yang bersumber dari Al Qur’an dan hadits Rasulullah Saw, yaitu;
Allah
Ta'ala berfirman:"Dialah yang melihatmu ketika engkau berdiri dan juga
gerak tubuhmu di antara orang-orang yang bersujud." (asy-Syu'ara':
218-219).
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Dan Dia adalah besertamu di mana saja engkau semua berada." (al-Hadid:
4).
Allah Ta'ala berfirman
lagi:"Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi baik
di bumi ataupun di langit."(ali-lmran: 5).
Lagi firmannya Allah
Ta'ala: "Sesungguhnya
Tuhanmu itu niscaya tetap mengintipnya." (al-Fajar: 14).
Juga firmannya Allah
Ta'ala:"Dia Maha Mengetahui akan kekhianatan mata - maksudnya pandangan
mata kepada sesuatu yang diiarang atau kerlingan mata sebagai ejekan dan
lain-lain perbuatan yang tidak baik - dan apa saja yang tersembunyi dalam
hati.” (al-Mu'min: 19).
Ayat-ayat yang mengenai
bab ini banyak sekali dan kiranya dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya ialah:
Dari Umar bin
Alkhaththab r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua duduk di sisi
Rasulullah s.a.vv. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di muka kita
seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya,
tidak tampak padanya bekas bepergian dan tidak seorangpun dari kita semua yang
mengenalnya, sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu
menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua
tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan berkata: "Ya Muhammad,
beritahukanlah padaku tentang Islam." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Islam, yaitu
hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada piihan kecuali Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah
jikalau engkau kuasa jalannya ke situ."
Orang itu berkata:
"Tuan benar."
Kita semua heran
padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata lagi:
"Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Yaitu
hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,
rasul-rasulNya, hari penghabisan - kiamat - dan hendaklah engkau beriman pula
kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk - semuanya dari Allah jua."
Orang itu berkata:
"Tuan benar." Kemudian katanya lagi:
"Kemudian
beritahukanlah padaku tentang Ihsan."
Rasulullah s.a.w.
menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah
engkau dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya,
maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu."
Ia berkata: "Tuan
benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari
kiamat."
Rasulullah s.a.w.
menjawab: "Orang yang ditanya - yakni beliau s.a.w. sendiri - tentulah
tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya - yakni orang yang datang
tiba-tiba tadi.
Orang itu berkata pula:
"Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang alamat-alamatnya hari kiamat
itu."
Rasulullah s.a.w.
menjawab:"Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan
puterinya - maksudnya hamba sahaya itu dikawin oleh pemiliknya sendiri yang
merdeka, lalu melahirkan seorang anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka
juga dan dengan begitu dapat dikatakan hamba sahaya perempuan melahirkan tuan
puterinya - dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki,
telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala kambing sama
bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar - karena sudah menjadi
kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."
Selanjutnya orang itu
berangkat pergi. Saya - yakni Umar r.a. - berdiam diri beberapa saat lamanya,
kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui
siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan
RasulNyalah yang lebih mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat Jibril, ia datang untuk memberikan
pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Zar, yaitu
Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu Mu'az bin Jabal radhiallahu
'anhuma dari Rasulullah s.a.w. sabdanya:
"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau
berada dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, maka
kebaikan itu dapat menghapuskan
kejelekan tadi dan pergaulilah para
manusia dengan budi pekerti yang bagus." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan.
Hadis ini mengandung
tiga macam unsur, yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan diikutkan sesudah
mengerjakan kejelekan dan perintah bergaul dengan baik antara seluruh ummat
manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan lebih panjang, sebab
masing-masing bangsa tentu memiliki cara-cara atau adat-istiadat sendiri. Namun
demikian juga mesti dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan
oleh agama Islam, sehingga tidak melampaui batas, akhirnya terperosok dalam
hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta'ala. Jadi di bawah ini akan diuraikan
perihal yang dua buah unsur saja, yaitu:
Takut pada Allah atau
Taqwallah adalah satu kata yang menghimpun arti yang sangat dalam sekali,
pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi
serta menahan dir idari melakukan larangan-laranganNya. Dengan demikian
terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan,
kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar
dari kekufuran dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu
dari semuanya tadi. Tentang ini Allah telah berfirman:"Sesungguhnya
Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama berlaku
baik.".
Mengikutkan kebaikan
sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat, karena dengan
demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita bertaubat
itu dengan sebenar-benarnya, sebagaimana firman Allah: "Melainkan orang yang
bertaubat dan beriman dan beramal shalih, maka mereka itu
kejelekan-kejelekannya akan diganti oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan."
Dari Ibnu Abbas
radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya berada di belakang Nabi s.a.w. - dalam
kendaraan atau membonceng - pada suatu hari, lalu beliau bersabda: "Hai anak, sesungguhnya saya
hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yaitu:
Peliharalah Allah -
dengan mematuhi perintah-perintahNya serta menjauhi larangan-laranganNya, pasti
Allah akan memeliharamu, peliharalah Allah, past! engkau akan dapati Dia di
hadapanmu. Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan jikalau
engkau meminta pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu kepada Allah pula.
Ketahuilah bahwasanya
sesuatu ummat - yakni makhluk seluruhnya - ini, apabila berkumpul - bersepakat
- hendak memberikan kemanfaatan padamu
dengan sesuatu - yang dianggapnya
bermanfaat untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan kemanfaatan
itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Juga
jikalau ummat-seluruh makhluk - itu berkumpul - bersepakat - hendak memberikan
bahaya padamu dengan sesuatu - yang dianggap berbahaya untukmu, maka mereka itu
tidak akan dapat memberikan bahaya itu, melainkan dengan sesuatu yang telah
ditentukan oleh Allah untukmu. Pena telah diangkat - maksudnya ketentuan -
ketentuan telah ditetapkan - dan lembaran-lembaran kertas telah kering -
maksudnya catatan-catatan di Lauh Mahfuzh sudah tidak dapat diubah
lagi." Diriwayatkan
oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dalam riwayat selain
Termidzi disebutkan:"Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di
hadapanmu. Berkenalanlah kepada Allah - yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang
harus ditunaikan untuk Allah - di waktu engkau dalam keadaan lapang - sihat,
kaya dan lain-lain, maka Allah akan mengetahuimu - memperhatikan nasibmu - di
waktu engkau dalam keadaan kesukaran - sakit, miskin dan lain-lain.
Ketahuilah bahwa apa-apa
yang terlepas daripadamu itu -keuntungan atau bahaya, tentu tidak akan
mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat terlepas
daripadamu.Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya
kelapangan itu beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada
kelonggaran."
Dari Anas r.a., katanya:
"Sesungguhnya engkau semua pasti melakukan berbagai amalan - yang
diremehkannya sebab dianggap dosa kecil-kecil saja, yang amalan-amalan itu
adalah lebih halus - lebih kecil - menurut pandangan matamu daripada sehelai
rambut. Tetapi kita semua di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya termasuk
golongan dosa-dosa yang merusakkan - menyebabkan kecelakaan dan
kesengsaraan."
Dari Abu Hurairah r.a.
dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu
dan kecemburuan Allah Ta'ala
itu ialah apabila
seseorang manusia mendatangi
-mengerjakan - apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya."
(Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani
Israil, yaitu orang supak - yakni belang-belang kulitnya, orang botak dan orang
buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat
kepada mereka. Ia mendatangi orang supak lalu berkata: "Keadaan yang
bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang supak berkata: "Warna
yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang
menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu
mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan dikaruniai
-oleh Allah Ta'ala - warna yang baik dan kulit yang bagus. Malaikat itu berkata
pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Orang itu
menjawab: "Unta." Atau katanya: "Lembu," yang merawikan
Hadis ini sangsi - apakah unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang
bunting, kemudian malaikat berkata: "Semoga Allah memberi keberkahan
untukmu dalam unta ini."
Malaikat itu seterusnya
mendatangi orang botak, kemudian berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang
amat tercinta bagimu?" Orang botak berkata: "Rambut yang bagus dan
lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku
ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya
dan ia dikarunia rambut yang bagus. Malaikat berkata pula: "Harta macam
apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia berkata: "Lembu." lapun
lalu dikarunia lembu yang bunting dan malaikat itu berkata: "Semoga Allah
memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini."
Akhirnya malaikat itu
mendatangi orang buta lalu berkata: "Keadaan bagaimanakah yang amat
tercinta bagimu?" Orang buta menjawab: "Yaitu hendaknya Allah
mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua
orang." Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan
padanya. Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta
bagimu?" Ia menjawab: "Kambing." lapun dikarunia kambing yang
bunting - hampir beranak.
Yang dua ini - unta dan
lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini - kambing - juga melahirkan anaknya.
Kemudian yang seorang - yang supak - mempunyai selembah penuh unta dan yang
satunya lagi - yang botak - mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi -
yang buta - mempunyai selembah kambing.
Malaikat itu lalu
mendatangi lagi orang - yang asalnya - supak dalam rupa seperti orang supak itu
dahulu keadannya - yakni berpakaian serba buruk - dan berkata: "Saya
adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh
rezeki bagiku dalam bepergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan
maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya
meminta padamu dengan atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna
yang baik dan kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau
menyampaikan maksudku dalam bepergianku ini - untuk sekedar bekal
perjalanannya." Orang supak itu menjawab: "Keperluan-keperluanku
masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya. Malaikat itu
berkata lagi: "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu
seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah
engkau dulu seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?"
Orang supak dahulu itu menjawab: "Semua harta ini saya mewarisi dari
nenek-moyangku dulu dan merekapun dari nenek-moyangnya pula." Malaikat
berkata pula: "Jikalau engkau berdusta dalam pendakwaanmu - uraianmu yang
menyebutkan bahwa harta itu adalah berasal dari warisan, maka Allah pasti akan
menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula.
Malaikat itu selanjutnya
mendatangi orang - yang asalnya -botak, dalam rupa - seperti orang botak dulu -
dan keadaannya -yang hina dina, kemudian berkata kepadanya sebagaimana yang
dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak permintaannya seperti
halnya orang supak itu pula. Akhirnya malaikat itu berkata: "Jikalau
engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana
keadaanmu semula."
Seterusnya malaikat itu
mendatangi orang - yang asalnya - buta dalam rupanya - seperti orang buta itu
dahulu - serta keadaannya - yang menyedihkan, kemudian ia berkata: "Saya
adalah orang miskin dan anak jalan - maksudnya sedang bepergian dan kehabisan
bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku
dalam bepergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada
hari ini, kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu
dengan atas nama Allah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing
yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam bepergian ini."
Orang buta dahulu itu berkata: "Saya dahulu pernah menjadi orang buta,
kemudian Allah mengembalikan penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah
mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau
inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu - karena tidak
meluluskan permintaanmu -pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena
mengharapkan keridhaan Allah 'Azzawajalla."
Malaikat itu lalu
berkata: "Tahanlah hartamu - artinya tidak diambil sedikitpun, sebab
sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu
dan memurkai pada dua orang sahabatmu - yakni si supak dan si botak."
(Muttafaq alaih).
Dari Umar r.a. dari
Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang lelaki itu ditanya apa
sebabnya ia memukul isterinya -
sebab mungkin ia
akan malu jikalau
sebab pemukulannya diketahui oleh orang lain." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
dan lain-lainnya.
Suatu malam
Umarpun pergi keliling kampung, dia mendengar percakapan seorang putri dengan
ibunya,”Nak kita campur saja susu ini,
biar kita mendapat keuntungan yang banyak”, sang putri menjawab,”Jangan ibu, nanti Khalifah tahu bagaimana?”
sang ibu menyanggah,”Mana ada Khalifah
yang berkeliaran tengah malam ini, enaklah dia istirahat di istananya”,
sang gadis lansung menyela pembicaraan ibunya,”Wahai ibu, mungkin saja khalifah Umar tidak tahu apa yang kita
lakukan tapi bagaimana Allah, bukankah Dia juga tahu apa yang kita lakukan?”
mendengar itu Umar tidak kuasa, lansung dia pulang, pagi harinya dia utus
seseorang untuk menjemput tuan putri lalu dinikahkan dengan anaknya yang
bernama Aslam, dari pernikahan inilah maka lahir generasi terbaik pada abadnya
yaitu Umar bin Abdul Azis yang kelak jadi khalifah juga.
Seorang pemuda yang selalu berbuat maksiat kepada Allah dengan berbagai
kelakuan. Suatu malam dia sedang menjalankan aksinya, memanjat rumah seseorang
untuk mencuri, namun dia mendengarkan bacaan Al Qur'an dikumandangkan oleh
seorang wanita, dia sudah biasa mendengarkan Al Qur'an dibacakan tapi malam ini
seolah-olah isi Al Qur'an itu ditujukan kepadanya. Dia urungkan niatnya untuk
mencuri,dia turun dari rumah itu untuk mensucikan diri kemudian bertaubat kepada
Allah. Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 27 Syawal 1434.H/03
September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar