Rabu, 20 November 2013

6. Dalil Haram dan Halal Sudah Jelas




PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

DALIL HARAM DAN HALAL TELAH JELAS
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى  الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ  لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ   مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ  أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث  :
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “.
(Riwayat Bukhori dan Muslim) 
Catatan :
·    Hadits ini merupakan salah satu landasan pokok dalam syari’at. Abu Daud berkata : Islam itu berputar dalam empat hadits, kemudian dia menyebutkan hadits ini salah satunya.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.     Termasuk sikap wara’ adalah meninggalkan syubhat .
2.     Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.
3.     Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.
4.     Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.
5.     Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.
6.     Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.
7.     Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara ke arah sana.
8.     Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.
 Pembahasan
Mencari nafkah [ma'isyah] adalah aktivitas manusia dalam rangka memenuhi kehidupannya dengan bekerja, apapun jenis pekerjaan yang ditekuni selama baik dan halal adalah terpuji, apakah sebagai pedagang, petani, buruh, pegawai negeri, anggota dewan, polisi, tentara ataupun pengacara hingga menteri ataupun Presiden,  kegiatan ini banyak mengandung pahala didalamnya, dengan ma'isyah seseorang berupaya untuk mencari yang halal karena memang demikian anjurannya,"Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa, dll)''. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi).

Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah mencontohkan kepada ummatnya pentingnya mencari rezeki yang halal, sebab barang haram akan mempengaruhi mental dan kepribadian seseorang. Idealnya, biarlah kita kaya raya asal semua diperoleh dari yang halal, namun sangat rusak seseorang bila sedikit atau banyak hartanya bergelimang dengan haram, baik haram zatnya, cara memperolehnya atau membelanjakannya, Allah memperingatkan kita semuanya melalui nabinya; “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang  baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”[Al Baqarah 2;172]

Penyembahan kepada Allah harus dibuktikan dengan usaha yang bersih yaitu menghasilkan rezeki yang halal, bagi seorang mukmin sudah nampak baginya rezeki yang halal atau yang haram, sudah terang benderang tentang kedua itu, Rasulullah bersabda," Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati." (HR. Bukhari)

            Peluang untuk meraup harta yang haram itu banyak sekali seperti mencuri, mengurangi timbangan dan takaran atau yang lebih populer disebut dengan korupsi, semua level pekerjaan membuka peluang itu, disamping mental seseorang juga karena sistim pemerintahan itu membuka kesempatan yang luas untuk berbuat demikian. Seiring dengan itu korupsi terjadi karena sistim yang sangat longgar berada pada instansi sebuah negara sehingga suap menyuap, uang pelicin, uang tip, uang lelah dan uang lembur hingga pungutan liar dan sebangsanya.

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw: "Apabila aku shalat semua yang fardhu (yang wajib / shalat lima waktu) dan puasa pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram dan tidak lebih dari itu, apakah aku bisa masuk surga?" Nabi Saw menjawab, "Ya." (HR. Muslim)

Jauh sebelumnya Wakil Presiden RI pertama yaitu Dr. Muhammad Hatta telah menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya, mengakar dan sulit diberantas. Apalagi rezim yang berkuasa memberi peluang untuk itu dengan istilah-istilah indah, seperti; “kebocoran” ,atau “salah prosedur”. Sehingga orang tidak takut mengerjakan perbuatan itu, bahkan ada pula yang menyebutnya sebagai “pekerjaan sampingan”,nauzibillahi minzalik.

            Perbuatan suap menyuap pada ghalibnya beredar di kalangan pejabat-pejabat yang punya wewenang. Dengan alat wewenangnya itu diloloskannyalah apa-apa yang dihajatkan oleh si penyogok buat suatu kepentingan. Dengan harapan supaya di hasilkan apa yang dihajatkannya maka si penyuap memberikan apa-apa yang patut menggembirakan hati seorang pejabat. Bisa berupa uang, benda-benda berharga atau barang dan perhiasan serta makanan

            Jadi suap menyuap itu terjadi dari dua pihak yang sama-sama ada kepeningan. Yakni kepentingan menerima ”uang sogok” di satu pihak dan kepentingan menerima “kelolosan hajat” di pihak lain. Perbuatan main suap dan menerima suap dilarang keras oleh Syara’  Agama Islam. Dihitung berdosa besar di sisi Allah SWT.

            Menurut catatan sejarah pergaulan antar bangsa, bahwa perangai suka menyogok adalah perangai-perangai kaum Yahudi dan China perantauan. Asal mulanya dua bangsa ini di mana-mana tempat selalu diperlakukan semena-mena oleh yang berwajib. Dalam banyak hal mereka selalu menjumpai kesulitan dan ketidak-lancaran. Maka supaya lancar tiap urusan itu, dipergunakanlah uang buat melancarkannya, menyogok.

Rentetan bencana dan musibah yang terjadi belakangan ini disebabkan prilaku korup para pemangku kebijakan di negeri ini. Selama prilaku ini masih lestari, bencana akan terus terjadi silih berganti. Pernyataan ini disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di gedung DPR/MPR, Rabu (27/10/2010). Dia menjelaskan, prilaku korupsi inilah yang mengundang laknat Allah turun ke bumi. "Hadits Nabi menjelaskan, Allah melaknat penyuap dan yang disuap. Kalau ada budaya penyuapan, itu menyebabkan laknat. Apalagi korupsi yang kakaknya suap," jelasnya. Dia mengatakan, saat ini Indonesia sudah nyaris jadi negara bencana. Setiap hari, ada saja musibah yang terjadi di belahan Nusantara. "Jangan salahkan posisi geografis, jangan salahkan alam. Tapi salahkan manusia yang ada di atas bumi itu," tukasnya.

Din menambahkan, bencana ini juga terjadi mungkin karena para pemimpin bangsa yang telah terjebak pada kemusyrikan (menduakan tuhan) dan membiarkan maksiat merajarela. Sebab, bencana yang terjadi bukan baru-baru ini saja, tapi sudah lama. "Sejak tahun 2000-an bencana ini terus jadi. Jadi jangan dianggap ringan. Jangan-jangan kita telah terjebak dalam kemusyrikan," jelasnya.

Kemusyrikan ini bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Bentuk tidak langsungnya, jelas Din, seperti pemimpin yang menganggap dirinya serba bisa, serba mampu sehingga mengesampingkan kekuasaaan Allah. Karena itu, Din mengajak pada pemimpin untuk segera ber-muhasabah. [zul,Padang Today] "Janganlah kamu mengagumi orang yang terbentang kedua lengannya menumpahkan darah. Di sisi Allah dia adalah pembunuh yang tidak mati. Jangan pula kamu mengagumi orang yang memperoleh harta dari yang haram. Sesungguhnya bila dia menafkahkannya atau bersedekah maka tidak akan diterima oleh Allah dan bila disimpan hartanya tidak akan berkah. Bila tersisa pun hartanya akan menjadi bekalnya di neraka."(HR. Abu Dawud)

            Bagaimana tidak terjadi bencana dan musibah di negeri ini, malah kalau tidak terjadi bencana bukan itu berarti Allah mengasihi umatnya tapi menunda untuk beberapa saat memberikan kesempatan untuk bertaubat bagi yang sadar atau juga memberi kesempatan kepada yang rakus harta untuk berlarut-larut dengan kejahatannya itu. Secara manusiawi kita bisa melihat pekerjaan seseorang di tengah masyarakat sehingga dapat kita mengukur harta yang dimilikinya, tapi dia memiliki rumah yang bagus ibarat istana ada di beberapa tempat, dua tiga orang anaknya kuliah di luar negeri,  depositonya sekian milyar, sawah dan ladang dapat dimiliki hanya dalam beberapa tahun saja, sekali lagi padahal usahanya biasa-biasa saja, sehingga dapat diperkirakan hasilnya.

          Kepastian itu akan terungkap setelah terjadi penangkapan oleh aparat yang berwenang seperti Kepolisian atau  Komite Pemberantasan Korupsi sebagaimana kasus Bank Centuri  [2009] yang merugikan rakyat ratusan milyar dan Gayus Tambunan  [2010] yang mengkorup uang pajak dengan melibatkan sekian aparat padahal dia hanya seorang pegawai biasa di perpajakan, itulah mental korupsi, selain berani untuk merampas harta secara ilegal juga berani untuk mengamankan dirinya dengan menyuap penegak hukum sehingga hukum bisa dibeli dengan kekayaannya itu.   Rasulullah bersabda, "Bagi tiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku ialah harta-benda." (HR. Tirmidzi) "Akan datang bagi manusia suatu jaman dimana orang tidak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram."(HR. Bukhari)

             Harta dan kekayaan membuat orang kalap untuk meraihnya, karena ingin hidup senang dengan kemewahan dan mudah sekali silau dengan kekayaan orang lain sehingga berlomba-lombalah untuk mengejarnya dengan ucapan,"Mencari yang haram saja sulit apalagi mencari yang halal", Rasulullah menyatakan dalam haditsnya ,"Janganlah kamu mengagumi orang yang terbentang kedua lengannya menumpahkan darah. Di sisi Allah dia adalah pembunuh yang tidak mati. Jangan pula kamu mengagumi orang yang memperoleh harta dari yang haram. Sesungguhnya bila dia menafkahkannya atau bersedekah maka tidak akan diterima oleh Allah dan bila disimpan hartanya tidak akan berkah. Bila tersisa pun hartanya akan menjadi bekalnya di neraka" (HR. Abu Dawud)

            Mencuri, mengambil harta orang lain, maling dan korupsi serta sebangsanya adalah prilaku tidak  terpuji, agama manapun tidak membenarkan hal ini apalagi agama islam, sehingga para maling, para koruptor layak dihukum seberat-beratnya, di Cina, Singapura  dan Jepang bila ada pejabat yang mengkorup uang negara maka dia dihukum gantung atau dihukum tembak sehingga menimbulkan efek jera bagi generasi berikutnya, karena korupsi memang perbuatan selain akan merusak pribadi sipelaku juga merugikan rakyat dan bangsanya, "  Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril) membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya rezeki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya" (HR. Abu Zar dan Al Hakim)

Negeri ini akan tetap menerima musibah dari atas prilaku para pejabatnya yang sudah menggasak uang rakyat untuk kepentingan pribadi, kalaupun mereka dihukum itupun hanya sebatas formalitas saja, walaupun siang hari sang koruptor mendekam di penjara tapi malam harinya dia bisa bebas kemana saja karena diapun membesarkan para koruptor di Lapas dan oknum Polri dengan menyogok uang ratusan juta,  jadi uang hasil korupsi dibagi-bagikan kepada oknum pejabat untuk mengamankan koruptor, memang mental maling, mencuri, pungli dan korup sudah menjadi mental bangsa ini, kita lihatlah sejak dari tukang parkir, tukang sobek karcis di loket bioskop mengambil peluang ini untuk mengumpulkan rezeki dengan cara mengkorup hasil yang dia peroleh, apalagi jabatan lain sejak dari Kepala Daerah, hingga Anggota Dewan  sampai Menteri dan Presiden banyak peluang untuk itu, artinya semakin tinggi jabatan seeorang semakin besar peluang untuk meraup kekayaan melalui korupsi, wallahu a'lam, [Cubadak Solok, 5 Zulhijjah 1431.H/ 12 Nofember 2010.M]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar