Rabu, 20 November 2013

12. Meninggalkan Yang Tidak Bermanfaat



PEMBAHASAN HADITS  ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

MENINGGALKAN YANG TIDAK BERMANFAAT
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
[حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا]
Terjemah hadits :
Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya (Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya)
 Pelajaran:
1.     Termasuk sifat-sifat orang muslim adalah dia menyibukkan dirinya dengan perkara-perkara yang mulia serta menjauhkan perkara yang hina dan rendah.
2.     Pendidikan bagi diri dan perawatannya dengan meninggalkan apa yang tidak bermanfaat didalamnya.
3.     Menyibukkkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kesia-siaan dan merupakan pertanda kelemahan iman.
4.     Anjuran untuk memanfaatkan waktu dengan sesuatu yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri bagi dunia maupun akhirat.
5.     Ikut campur terhadap sesuatu yang bukan urusannya dapat mengakibatkan kepada perpecahan dan pertikaian diantara manusia.
Pembahasan;
Begitu banyaknya karunia dan nikmat yang diberikan Allah kepada manusia sebagai bekal hidupnya di dunia, salah satunya adalah waktu, untuk itu kita harus berupaya agar waktu yang merupakan nikmat ini kita pergunakan dengan sebaik-baiknya.

Kehadiran manusia di dunia ini dibatasi oleh waktu, tidak ada manusia yang hidup abadi, semuanya akan punah lalu digantikan oleh generasi berikutnya, untuk itu jangan sampai menyia-nyiakan waktu, karena waktu sangat penting sekali bagi kehidupan kita sebagaimana firman Allah;"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[Al 'Ashr 103;1-3]

Sejak kejadian manusia yang hanya dengan setetes mani, dari waktu yang ditentukan akhirnya lahirnya sang bayi, hingga sekian puluh tahun kembali lagi kepada asalnya yaitu tanah dengan kematian. Sehingga Rasul pernah bersabda, "Ada orang yang pagi tadi beriman kepada Allah tapi setelah sorenya dia kafir, ada juga orang yang tadinya kafir akhirnya menjadi orang yang taat. Semua itu karena perjalanan waktu, itulah makanya dalam islam ada yang disebut dengan khusnul khatimah bagi kehidupan manusia yaitu akhir kehidupan yang baik.

Waktu yang tersisa pada usia manusia itu seharuskan digukana untuk tiga hal agar waktu itu bermanfaat, kita harus mengisi waktu kita dengan peningkatan iman, amal shaleh dan menyampaikan wasiat kebenaran serta kesabaran, bila tiga agenda tersebut tidak dilakukan maka waktu kita sia-sia sehingga mendapat titel ummat yang merugi. Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

Kebagusan Islam seseorang bertingkat-tingkat. Cukuplah seseorang berpredikat bagus Islamnya jika telah melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Dan puncak kebagusannya jika sampai derajat ihsan. Besarnya pahala dan tingginya kemuliaan seseorang sesuai dengan kadar kebagusan Islamnya. Sesuatu yang penting adalah sesuatu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Standar manfaat diukur oleh syariat, karena sudah maklum bahwa yang diperintahkan oleh syariat pasti membawa manfaat dan yang dilarang pasti menimbulkan mudharat oleh karena itu upaya untuk paham syariat adalah aktivitas yang sangat bermanfaat. Menjadi kewajiban seseorang demi kebagusan Islamnya untuk meninggalkan semua yang tidak penting karena semua aktivitas hamba akan dicatat dan celakalah seseorang yang memenuhi catatannya dengan sesuatu yang tidak penting, termasuk di dalamnya adalah semua bentuk kemaksiatan.

            Begitu banyaknya aktivitas kita yang tidak bermanfaat dalam kehidupan ini sehingga waktu kita habis dengan percuma dan sia-sia, menyaksikan televisi hingga larut malam padahal ada pekerjaan lain yang lebih bermanfaat seperti membaca buku-buku berkualitas, memberikan pendidikan dan da;wah kepada masyarakat ataupun kepada keluarga. Sejak dari pagi hari hingga sore kita banyak menyaksikan masyarakat yang masih duduk-duduk di warung kopi sambil mengobrol hal-hal yang tidak ada manfaatnya, padahal banyak lahan ladang dan sawah yang dapat digarap untuk menghasilkan rezeki memadai untuk keluarga, malam harinya juga begitu, warung kopi selalu ramai dikunjungi hingga larut malam, padahal masjid dan surau sebagai tempat beribadah dan menimba ilmu agama kosong dari manusia.

            Betapa banyaknya waktu kita terbuang percuma hanya untuk jalan-jalan di pasar, belanja ke super market atau mall, pelesiran tahun baru atau saat lebaran selain menghabiskan anggaran juga waktu yang hilang tidak ada maknanya. Kita selalu mengeluhkan kalau ummat islam tidak punya uang untuk biaya hidup, tidak ada dana untuk menyekolahkan anak, tapi saat lebaran menjelang begitu banyak uang yang terbuang untuk mudik setiap tahun yang membutuhkan dana tidak sedikit, setahun kita habiskan waktu, tenaga dan memeras keringat di rantau, lalu kita habiskan hanya dalam sepuluh hari Idul Fithri, setelah itu kita bergelut lagi dengan hidup yang serba kekurangan. 

Kita masih sibuk dengan hal-hal kecil sehingga meninggalkan pekerjaan dan pembicaraan besar yang lebih bermanfaat untuk diri kia, keluarga dan masyarkat, tapi waktu kita habis hanya membicarakan hal-hal yang tidak ada manfaatnya, padahal kita dipesankan agar berkata yang baik, yang bernilai pahala, bila tidak bisa maka sebaiknya diam dari pembicaraan dan lakukan aktivitas yang lebih bermanfaat Dari Abu Hurairoh radhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Menjaga lisan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidakbaik.
Berkata baik terkait dengan 3 hal, seperti tersebut dalam surat An-Nisa’: 114, yaitu perintah bershadaqah, perintah kepada yang makruf atau berkata yang membawa perbaikan pada manusia. Perkataan yang di luar ketiga hal tersebut bukan termasuk kebaikan, namun hanya sesuatu yang mubah atau bahkan suatu kejelekan. Pada menjaga lisan ada isyarat menjaga seluruh anggota badan yang lain, karena menjaga lisan adalah yang paling berat.

Kalau kita mampu memanfaatkan seluruh waktu untuk mengabdi kepada Allah berarti akan memperoleh keberuntungan baik di dunia maupun di akherat, tapi karena kelalaian kita, sehingga waktunya lebih banyak sia-sia bahkan cendrung bernoda maksiat, seumpama waktu kita yang  24 jam sehari semalam teralokasikan untuk hal-hal sebagai berikut; tidur ;8 jam, nonton TV ;1,5 jam, olah raga; 0,5 jam, istirahat ; 1 jam, Bekerja ; 5 jam, mandi;  0,5 jam, makan/ minum ;0,5 jam, musik/nasyid; 1 jam, jalan sore; 1, keluarga; 2 jam, sosial; 1 jam, shalat; 1 jam, pengajian; 0,5 jam,  al qur’an; 0,5 Dari kalkulasi ini maka dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Bila Waktu tidur kita saja  8 jam sehari semalam maka kalkulasinya adalah = 8/24x60=20 tahun. Berarti selama hidup kita yang hanya 60 tahun, digunakan untuk tidur sebanyak 20 tahun, sungguh terlalu banyak kita tidur dalam usia yang singkat ini.

2.Bila waktu kita digunakan untuk Nonton TV  sampai kegiatan  Sosial 14 jam, maka kalkulasinya adalah =14/24x60=35 tahun. Berarti selama hidup kita yang 60 tahun, digunakan untuk kegiatan harian sebanyak 35 tahun, sangat banyak pekerjaan sia-sia yang kita lakukan selama jatah umur yang diberikan Allah.

3.Bila waktu beribadah yang kita lakukan  hanya  2 jam saja, maka hitungannya adalah = 2/24x60=5 tahun  Berarti selama hidup kita yang hanya 60 tahun, digunakan untuk ibadah Cuma 5 tahun saja, lalu apa yang kita banggakan kepada Allah kelak saat kematian kita temui dan dikala alam akherat kita masuki.

Sungguh terlalu banyak waktu kita habis percuma untuk hal-hal yang sia-sia, segala waktu yang habis  untuk perbuatan yang sia-sia saja kita termasuk orang yang merugi apalagi waktu kita dihabiskan untuk tenggelam dalam kemaksiatan. Untuk itu mulai sekarang kita harus mengisi waktu kita untuk hal-hal yang bermanfaat bagi pribadi, keluarga dan masyarakat yang merupakan investasi amal dan pahala di akherat.
Rasulullah bersabda, "Jaga lima sebelum datang yang lima, manfaatkan hidupmu sebelum datang matimu, masa sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa sempatmu sebelum datang masa sempitmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu', tanamkan dalam hidup kita agar restan umur akan kita isi dengan ibadah, tiada waktu berlalu tanpa ibadah. Bukan pula makna ibadah itu kita habiskan waktu kita hanya berdiam diri di masjid saja, tidak,  bukan begitu, suatu ketika Umar bin Khattab masuk ke sebuah masjid ketika hari menjelang dhuha, dia  dapati seorang lelaki sedang duduk berdoa danzikir kepada Allah, dia tenggelam dengan ibadahnya,  sementara waktu sudah menjelang siang, lalu Umar mengusir pemuda itu dari masjid, agar pergi bekerja mencari nafkah. " Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. ".[Al Jumu'ah  62;9]

Karena waktunya di tengah hari saat orang-orang sibuk mencari kehidupan di pasar sebagai pedagang, di kantor saat jam kerja atau kesibukan lainnya yang padat dengan kegiatan rutin sehingga Allah menyuruh hamba-Nya yang beriman untuk meninggalkan semua kesibukan itu untuk melakukan shalat jumat dan mengingat-Nya.

Di masjid saja kita tidak tidak boleh berlama-lama, kenapa harus berlama-lama duduk dan mengobrol di kedai kopi, nongkrong di pinggir jalan atau berleha-leha dengan kegiatan yang tidak menentu, kita raih simpati Allah untuk jadi ummat yang baik karena meninggalkan hal-hal yang tidak ada manfaatnya, wallahu a'lam [Cubadak Solok, 25 Syawal 1431.H/ 04 Oktober 2010.M]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar