Kamis, 28 November 2013

75.33 Bersikap Lemah-lembut Kepada Anak Yatim



RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]
                

Bersikap Lemah-lembut Kepada Anak Yatim
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Seseorang akan mudah diterima oleh masyarakat bila penampilannya penuh dengan kejernihan hati, keceriaan, tidak kusut dan kaku tapi luwes sehingga mudah bergaul dengan siapapun, namun demikian tetap menjaga diri dengan adab-adab islam, kehadirannya disana boleh beda tapi istimewa dibandingkan yang lain, sebagaimana pendapat lama, bila masuk ke kandang kambing mengembek, jangan ketika masuk ke kandang kambing jadi kambing atau masuk ke kandang kerbau jadi kerbau, ibarat orang orang memancing, tukang pancing yang dilarikan ikan, Rasulullah bersabda, ”Janganlah kamu menganggap hina sedikitpun dari suatu kebaikan, meskipun hanya dengan menjumpai saudaramu dengan muka manis” [HR. Muslim].

Dr. Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw, menyatakan tentang Bersikap Lemah Lembut ; 

Ummul Mu’minin Aisyah ra, menceritakan bahwa suatu hati beberapa orang Yahudi lewat di hadapan Rasulullah saw, mereka lalu [pura-pura memberi salam] tetapi dengan berkata,”As Saam ‘alaikum” [semoga kebinasaan menimpamu]”, mendengar ucapan mereka tersebut, Aisyah langsung membalas, “Semoga hal [kebinasaan] itu justru menimpa kalian dan semoga Allah swt, melaknat dan murka kepada kalian”, mendengar hal itu, Rasulullah saw, lalu menegur seraya berkata,”Jangan begitu, wahai Aisyah. Bersikap lembutlah dan hindarilah sifat keras dan kasar”, Aisyah lalu berkata,”Tidakkah engkau mendengar ucapan mereka tadi?”, Rasulullah balik bertanya,”Tidakkah engkau mendengarkan ucapanku? Aku telah membalas ucapan mereka tersebut [dengan permohonan yang sama] dan permohonanku itulah yang akan dikabulkan Allah swt, sebaliknya salam [permohonan] mereka terhadapku [agar mendapatkan kebinasaan] tidak akan dikabulkan.” [HR. Bukhari].

Senada dengan hadits Ibnu Majah diatas, Imam Muslim juga meriwayatkan sabda Rasulullah saw, “Siapa yang tidak bersikap  lemah lembut maka ia diharamkan dari kebaikan” [HR. Muslim].[Gema Insani, 2007, hal 131].
Kepada  non muslim saja kita dianjurkan untuk bersikap baik, santun dan lemah lembut dengan tidak mengorbankan aqidah, karena interaksi atau muamalah berjalan berdasarkan sifat kemanusiaan, tapi ketika bicara masalah iman dan ibadah kita memang harus jelas perbedaannya sehingga jelas mana yang ukhuwah insaniyah yaitu sebatas hubungan persaudaraan sesama manusia dan mana yang ukhuwah islamiyah.
Apalagi sesama muslim walaupun mereka adalah anak-anak yatim, anak-anak perempuan dan orang yang lemah, kaum fakir miskin dan orang-orang cacat. Rasulullah mengajak ummatnya untuk bersikap lemah lembut dan merendahkan diri kepada mereka.

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 33 dengan judulBersikap Lemah-lembut Kepada Anak Yatim, Anak-Anak Perempuan Dan Orang Lemah Yang Lain-lain, Kaum Fakir Miskin, Orang-orang Cacat, Berbuat Baik Kepada Mereka, Mengasihi, Merendahkan Diri Serta Bersikap Merendah Kepada Mereka”

Allah Ta'ala berfirman:"Dan tundukkanlah sayapmu - yakni bersikap merendahlah kepada sesama kaum mu'minin," (al-Hijr: 88).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu menginginkan keridhaan Allah dan janganlah engkau hindarkan pandanganmu terhadap mereka itu, karena engkau menginginkan keindahan hiasan keduniaan." (al-Kahf: 28).

Allah Ta'ala berfirman lagi:"Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau bersikap kasar dan kepada peminta-peminta, janganlah engkau membentak-bentak." [1][26] (ad-Dhuha: 9-10).

Juga Allah Ta'ala berfirman:"Adakah engkau mengetahui siapa orang yang mendustakan Dia - Islam atau hari pembaiasan di akhirat - itu? yang sedemikian itu ialah orang yang tidak menghiraukan keadaan anak yatim dan tidak menyuruh - orang lain atau jiwanya sendiri - untuk memberi makan kepada orang miskin." (al-Ma'un: 1-3)

Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Kita beserta Nabi s.a.w. dan kita semua ada enam orang - selain beliau s.a.w.
Kaum musyrikin lalu berkata: "Usirlah orang-orang enam itu, supaya mereka tidak berani - bersikap tidak sopan - kepada kita. Enam orang itu ialah saya - yang merawikan Hadis ini, Ibnu Mas'ud, seorang dari kabilah Hudzail, Bilal dan dua orang lagi yang tidak saya sebut namanya. Mereka ini dianggap tidak setaraf derajatnya oleh kaum musyrikin kalau duduk-duduk bersama mereka. Hal itu mengesan sekali dalam jiwa Rasulullah s.a.w. sedalam yang dikehendaki oleh Allah pengesanannya. Beliau mengusikkan itu dalam jiwanya, kemudian turunlah firman Allah - yang artinya: "Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru kepada Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu sama menginginkan keridhaan Allah belaka." (al-An'am: 52) (Riwayat Muslim).

Dari Abu Hurairah,yaitu 'A-idz bin 'Amr, al-Muzani dan ia termasuk golongan yang menyaksikan Bai'atur Ridhwan r.a. bahwasanya Abu Sufyan mendatangi Salman, Shuhaib, Bilal dalam sekelompok sahabat. Mereka lalu berkata: "Pedang-pedang Allah belum lagi bertindak terhadap musuh Allah sebagaimana tindakan yang semestinya - yang dimaksudkan musuh Allah ialah Abu Sufyan itu, sebab di kala itu ia masih menjadi kafir.

Abu Bakar berkata: "Adakah engkau mengucapkan itu kepada sesepuh Quraisy dan penghulu mereka" - Abu Bakar berkata ini karena mengharapkan supaya Abu Sufyan masuk Islam, bukan hendak melukai hati para sahabat yang berkata di atas.
Abu Bakar lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian memberitahukan apa yang terjadi itu. Nabi s.a.w. bersabda: "Hai Abu Bakar, barangkali engkau menyebabkan mereka menjadi marah - sebab ucapanmu itu. Jikalau engkau menyebabkan mereka marah, niscayalah engkau menyebabkan juga kemurkaan Tuhanmu." Kemudian Abu Bakar mendatangi orang-orang tadi lalu berkata: "Wahai saudara-saudaraku, saya telah menyebabkan engkau semua menjadi marah, bukan." Mereka menjawab: "Tidak. Semoga Allah memberikan pengampunan padamu, hai saudaraku." (Riwayat Muslim).

 Dari Sahl bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pemelihara anak yatim, baik miliknya sendiri atau milik lainnya, saya - Nabi s.a.w. - dan ia adalah seperti kedua jari ini di dalam syurga." Yang merawikan Hadis ini yakni Malik bin Anas mengisyaratkan dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengahnya. (Riwayat Muslim).

Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bukannya orang miskin itu orang yang ditolak oleh orang lain ketika meminta sebiji atau dua biji kurma, atau ketika meminta sesuap atau dua suap makanan. Tetapi hanyasanya orang miskin yang sebenar-benarnya ialah orang yang enggan meminta-minta - sekalipun sebenarnya ia membutuhkan." (Muttafaq 'alaih).

 Dari Abu Hurairah r.a. juga dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Orang yang berusaha untuk kepentingan seseorang janda atau orang miskin itu seperti orang yang berjihad fi-sabilillah," dan saya - yang merawikan Hadrs ini - mengira bahwa beliau s.a.w. juga bersabda: "Dan seperti pula seorang yang melakukan shalat malam yang tidak pernah letih - yakni setiap malam melakukannya, juga seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka - yakni berpuasa terus setiap harinya." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. lagi dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang tercegah - yakni tidak diundang - orang yang ingin mendatanginya yaitu kaum fakir-miskin, sebab membutuhkannya, tetapi diundanglah orang yang tidak ingin mendatanginya - yaitu kaum kaya raya sebab sudah sering makan enak-enak. Namun demikian barangsiapa yang tidak mengabulkan undangan walimah - pengantin - itu, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya." (Riwayat Muslim).

Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan  demikian yaitu  dari  Abu  Hurairah  r.a.,  Nabi s.a.w. bersabda: "Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya dan ditinggalkanlah orang-orang fakir-miskin."

Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang menanggung segala keperluan dua gadis - dan mencukupkan makan minumnya, pakaiannya, pendidikannya, dan lain-lain - sampai keduanya meningkat usia baligh, maka ia datang pada hari kiamat, saya - Nabi Muhammad s.a.w. - dan ia adalah seperti kedua jari ini dan beliau mengumpulkan jari-jarinya." (Riwayat Muslim).

 Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Ada seorang wanita masuk ke tempatku dan beserta wanita itu ada dua anak gadisnya. Wanita itu meminta sesuatu, tetapi tidak menemukan sesuatu apapun di sisiku selain sebiji kurma saja, Kemudian itulah yang kuberikan padanya, lalu wanita tadi membaginya menjadi dua untuk kedua anaknya itu, ia sendiri tidak makan sedikitpun dari kurma tersebut. Selanjutnya ia berdiri lalu keluar. Nabi s.a.w. kebetulan masuk di tempatku pada waktu itu, lalu saya beritahukanlah hal tadi. Beliau s.a.w. terus bersabda: "Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu dari gadis-gadis seperti ini, lalu berbuat baik kepada mereka, maka gadis-gadis itulah yang akan menjadi tabir untuknya dari siksa neraka." (Muttafaq 'alaih)

Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Saya didatangi oleh seorang wanita miskin yang membawa kedua anak gadisnya, lalu saya memberikan makanan kepada mereka itu berupa tiga biji buah kurma. Wanita itu memberikan setiap sebiji kurma itu kepada kedua anaknya.sebuah seorang dan sebuah lagi diangkatnya ke mulutnya - hendak dimakan sendiri. Tiba-tiba kedua anaknya itu meminta supaya diberikan saja yang sebuah itu untuk mereka makan pula lalu wanita tadi memotong buah kurma yang hendak dimakan itu menjadi dua buah dan diberikan pada kedua anaknya. Keadaan wanita itu amat mengherankan saya, maka saya beritahukan apa yang diperbuat wanita itu kepada Rasulullah s.a.w., kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk wanita itu akan masuk syurga karena kelakuannya tadi dan akan dimerdekakan pula dari siksa neraka." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Syuraih, yaitu Khuwailid bin 'Amr al-Khuza'i r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya sangat memberatkan dosa - kesalahan -orang yang menyia-nyiakan haknya dua golongan yang lemah, yaitu anak yatim dan orang perempuan."

Dari Mus'ab bin Sa'ad bin Abu Waqqash radhfallahu 'anhuma, katanya: "Sa'ad merasa bahwasanya ia memiliki kelebihan keutamaan dari orang-orang yang sebawahnya, kemudian Nabi s.a.w. bersabda:"Bukankah engkau semua tidak akan memperoleh pertolongan atau rezeki melainkan dengan sebab usaha dari orang-orang yang lemah dari kalanganmu semua itu."
Dari Abuddarda', yaitu 'Uwaimir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Carilah untukmu orang-orang yang lemah, sebab hanyasanya engkau semua diberi rezeki serta pertolongan dengan sebab orang-orang yang lemah di kalangan engkau semua itu." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang baik.

Hadis di atas menurut riwayat Imam an-Nasa'i berbunyi: "Hanyasanya ummat ini dapat memperoleh pertolongan - Allah Ta'ala - dengan sebab kaum yang lemah dari golongan mereka - kaum Muslimin."
Mengapa demikian? Dalam penafsirannya disebutkan bahwa kaum yang dha'if, lemah dan dipandang tidak berharga oleh umumnya masyarakat itulah yang justeru banyak yang dikabulkan doanya, karena mereka ikhlas dalam berdoa lebih khusyu' dalam mengerjakan ibadat karena hati mereka sudah kosong samasekali dari pemikiran perihal keduniawiyahan, sebab memang tidak memiliki kelebihan-kelebihan.

Oleh sebab itu kita yang dari golongan berada, apalagi yang hartawan, jangan sekali-kali menganggap hina-dina kepada mereka itu, sebab kefakiran dan kelemahan dalam hal harta benda itu memang bukan suatu cela. Mereka seyogyanya kita tolong sesuai dengan kemampuan kita, agar suka membantu kita berdoa untuk memperoleh rezeki yang halal. Mereka tentu suka mendoakan orang yang kasih-sayang kepada mereka, sebab kalau ada rezeki yang kita peroleh, merekapun pasti akan merasakan bagiannya. Jadi sebagaimana orang yang tegap dan kuat merasa memiliki kelebihan dengan keberaniannya, maka kaum yang lemah itupun memiliki kelebihan di sisi Allah Ta'ala dengan doa yang mereka panjatkan yang mustajab (terkabul) kehadhirat Allah serta dengan keikhlasannya.

Ketika Rasulullah SAW duduk bersama para sahabatnya, seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Sa'nah masuk menerobos shaf, lalu menarik kerah baju Rasul dengan keras seraya berkata kasar, "Bayar utangmu, wahai Muhammad, sesungguhnya turunan Bani Hasyim adalah orang-orang yang selalu mengulur-ulur pembayaran utang."

Umar bin Khattab RA langsung berdiri dan menghunus pedangnya. "Wahai Rasulullah, izinkan aku menebas batang lehernya." Rasulullah SAW berkata, "Bukan berperilaku kasar seperti itu aku menyerumu. Aku dan Yahudi ini membutuhkan perilaku lembut. Perintahkan kepadanya agar menagih utang dengan sopan dan anjurkan kepadaku agar membayar utang dengan baik."

Tiba-tiba pendeta Yahudi berkata, "Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku datang kepadamu bukan untuk menagih utang. Aku datang sengaja untuk menguji akhlakmu. Tapi, aku telah membaca sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat. Semua sifat itu telah terbukti dalam dirimu, kecuali satu yang belum aku coba, yaitu sikap lembut saat marah. Dan aku baru membuktikannya sekarang. Oleh sebab itu, aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Adapun piutang yang ada padamu, aku sedekahkan untuk orang Muslim yang miskin."

Itulah kemuliaan akhlak Rasulullah, sang teladan yang telah dipuji Allah sebagai nabi dengan akhlaknya berada di atas semua akhlak yang agung. Kelembutan dan kesabaran dijadikan sebagai manhaj dalam berdakwah. Ucapannya lembut, sikapnya lembut, dan perilakunya dalam semua aktivitas dakwahnya adalah kelembutan, kecuali sikap yang membutuhkan ketegasan. Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 02 Zulqaidah 1434.H/07 September 2013].





Tidak ada komentar:

Posting Komentar