Kamis, 28 November 2013

71.29 Menyampaikan Hajat Kaum Muslimin



RIYADUSH SHALIHIN
DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH


Menyampaikan Hajat Kaum Muslimin
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan orang yang melakukan amal-amal buruk (dosa) kemudian mengerjakan amal-amal baik (saleh), bagaikan seorang yang memakai perisai perang sempit sehingga membuatnya terimpit. Ketika dia mengerjakan satu amal baik, maka perisai itu terasa agak longgar sedikit. Selanjutnya ketika dia mengerjakan satu amal baik lainnya, maka perisai tersebut terasa semakin longgar, hingga orang itu meninggal dunia." (HR Ahmad dari Uqbah bin Amir).

Kewajiban manusia di dalam kehidupan dunia ini adalah melakukan amal baik dan menjauhi amal buruk. Amal baik akan mengarahkan manusia ke jalan kebaikan di dunia dan di akhirat. Sementara amal buruk akan mengarahkan manusia ke jalan keburukan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman, "… dan kerjakanlah amal yang baik (saleh). Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Mu'minun [23] m: 51). [Fajar Kurnianto, Perumpamaan Amal,Republika.co.id. Sabtu, 26 Maret 2011 pukul 09:44:00].

Baginda Nabi SAW pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal ra., “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebajikan? (Yaitu) Shaum yang merupakan perisai; sedekah yang bisa menghapus dosa/kesalahan sebagaimana air bisa mematikan api; dan shalat di penghujung malam…” (HR at-Tirmidzi).
Hadits ini memang terkait dengan keutamaan ibadah-ibadah sunnah: shaum sunnah, infak sunnah dan shalat sunnah (shalat tahajud).

Sedekah dinyatakan oleh Baginda Nabi SAW dapat menghapus dosa/kesalahan, tentu jika dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Namun demikian, hal ini tidak berarti tidak mengharuskan seseorang untuk tidak perlu bertobat dari dosa dan kesalahan. Sebab, tobat tetap wajib atas setiap dosa, besar ataupun kecil, bagi setiap pendosa. Hadits ini hanya menjelaskan salah satu dari keutamaan bersedekah..[Pintu-pintu Kebajikan, Media Ummat; Thursday, 23 December 2010 10:47 arief b Iskandar].

Itulah salah satu pintu kebaikan yaitu memberikan infaq atau sedekah kepada orang yang berhak menerimanya, walaupun sebenarnya infaq dan sedekah sebagian dari unsur yang dapat digunakan untuk memberi bantuan kepada orang lain. Bentuk bantuan itu banyak sekali jenisnya, apakah dari asfek bantuan materi, fikiran, tenaga hingga memberikan kelapangan hati atau bantuan perlindungan kepada seseorang. Bantuan yang baik adalah pemberian yang tampa pamrih walaupun akhirnya menerima juga pamrih itu dari orang lain.

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 29 dengan judul ‘’Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin’’
 Allah Ta'ala berfirman:"Dan lakukanlah perbuatan baik, tentulah engkau semua akan berbahagia." (al-Haj: 77).
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan apa saja kebaikan yang engkau semua lakukan, maka sesungguhnya Allah itu Maha mengetahuinya."  (al-Baqarah: 215).

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seorang Muslim itu adalah saudaranya orang Muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya - kepada musuh. Barangsiapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, maka Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barangsiapa melapangkan kepada seseorang Muslim akan satu kesusahannya, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim maka Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Barangsiapa yang melapangkan suatu kesusahan dari beberapa kesusahan seseorang Mu'min di dunia, maka Allah akan melapangkan untuknya suatu kesusahan dari berbagai kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seseorang yang kesukaran, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi cela seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Allah itu selalu memberikan pertolongan kepada hambaNya, selama hamba itu suka memberikan pertolongan kepada saudaranya. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari suatu ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju kesyurga.Tiadalah sesuatu kaumitu berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, untuk membacakan kitab Allah - al-Quran - juga mentadarusnya antara mereka itu – membaca secara bergantian, melainkan turunlah kepada mereka ketenangan hati, ditutupi oleh kerahmatan Tuhan, juga diliputi oleh para malaikat dan Allah menyebutkan mereka itu di kalangan makhluk yang ada di sisinya. Barangsiapa yang diperlambatkan oleh amalan-nya sendiri, maka ia tidak akan dipercepatkan oleh keturunan darahnya - yakni bahwa kebahagiaan itu tergantung pada amalan seseorang dan bukan karena darah ningrat atau keturunan." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Hadis ini ialah:
(a)  Memudahkan artinya memberi pertolongan. Maka dengan jelas dalam Hadis ini betapa utamanya memberikan pertolongan untuk menyampaikan hajat kebutuhan kaum Muslimin, baik yang berupa ilmu pengetahuan, harta, derajat, nasihat atau menunjukkannya ke arah kebaikan. Juga pertolongan yang berupa tenaga atau doa yang ditujukan agar saudaranya seagama itu tercapai maksudnya.
(b)  Menempuh  jalan  artinya,  baikpun   berjalan   betul-betul untuk mencari ilmu itu misalnya pergi ke sekolah, pondok, pesantren dan lain-lain atau mencari jalan semacam kiasan, misalnya belajar sendiri menelaah kitab-kitab agama dan lain-lain sebagainya.
(c)  Rumah Allah misalnya masjid, madrasah dan sebagainya.
(d)  Orang yang suka  melakukan  ini  (yakni  berkumpul  lalu belajar yang tak dimengerti atau mengajarkan yang sudah diketahui), orang tersebut akan mendapat ketenangan hati, dilimpahi rahmat Allah, dikerumuni  malaikat karena gembira melihat orang yang sedemikian  itu dan  oleh  Allah  disebut-sebut akan  dimasukkan dalam golongan hambaNya yang sangat taqarrub (mendekat) dan sangat taat padaNya, seperti para malaikat dan sekalian Nabi, sebab bangga melihat perbuatan hambaNya yang baik itu dan mengagumkan sebutannya. Inilah Hadis yang menunjukkan keutamaan membaca al-Quran secara bersama-sama atau tadarus.

(e)  Orang yang sedikit amal kebaikannya, tentu tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan taqwa hanya dengan menonjol-nonjolkan keturunannya saja. Allah berfirman: " Sesungguhnya orang yang termulia di antara engkau sekalian itu adalah orang yang paling taqwa."

Dan lagi Nabi s.a.w. bersabda:"Datangiah padaku besok pada hari kiamat dengan amal perbuatanmu, tidak dengan keturunanmu. Sesungguhnya aku tidak akan dapat memberikan pertolongan padamu semua darisiksa Allah itu sedikitpun (dengan membanggakan keturunan-keturunan itu)."
 Dr. Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw, menyatakan; Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda,”Siapa yang datang meminta perlindungan kepadamu dengan nama Allah swt, maka lindungilah dia. Demikian juga, siapa yang meminta kepadamu dengan nama Allh swt, maka berilah.”

Dalam riwayat lain, Sahal dan Utsman meriwayatkan tambahan bunyi hadits ini sebagai berikut,”Siapa yang mengundangmu maka penuhilah.”
Keduanya juga meriwayatkan tambahannya yaitu,”Siapa yang berbuat baik kepadamu maka berilah dia bekal [sedekah].’’

               Musaddad dan Utsman mengemukakan lagi tambahannya, yaitu,”Jika kalian tidak memiliki [sesuatu yang bisa diberikan]maka doakanlah ia sampai kalian merasa bahwa [dengan doa itu] kalian telah memberikan bekal [sedekah] kepadanya.” [HR. Abu Dawud]. [Gema Insani, 2007, hal 231].

               Menolong orang banyak caranya, selain materi juga bisa memberikan motivasi agar orang hidupnya semangat dan bangkit kembali atau mensupport usaha yang sedang dilakukan sehingga membuat orang senang dan lega menghadapi usaha yang sedang dan akan dirintis, bahkan bantuan yang lebih penting lagi adalah bantuan yang kita berikan kepada orang lain berupa doa yang kita sanjungkan kepada seseorang, apakah doa itu diketahuinya ataupun tidak maka itu memberikan bantuan yang tidak kalah pentingnya dari bantuan lain.
               Islam secara tegas mengajarkan bahwa segala hasil yang diraih oleh manusia adalah sesuai dengan usaha dan jerih payahnya. Manusia yang selalu berusaha (bekerja) dengan sungguh-sunguh karena Allah SWT pasti akan menuai hasil usahanya itu. "Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, kamu pasti akan menemuinya," (QS al-Insyiqaq [84]: 6).

               Doa menjadi bagian penting dalam setiap usaha manusia. Berdoa berarti mengetahui bahwa Allahlah yang menentukan segala usahanya. Doa bisa diartikan sebagai satu permohonan dan pujian dalam bentuk ucapan dari hamba yang rendah kedudukannya pada Rabb Yang Mahatinggi. Orang yang tidak mau berdoa kepada Allah bisa dikatakan orang yang takabur (sombong) karena tidak menempatkan Allah sebagai penentu segalanya (QS al-Mu'min [40]: 60). Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT sangat murka kepada orang yang tidak mau berdoa kepada-Nya," (HR Ibnu Majah).

               Sejatinya, tujuan berdoa adalah meningkatkan kedekatan diri kepada Allah SWT sekaligus untuk memperbaiki diri. Ibn Atha'illah dalam kitabnya Al-Hikam menjelaskan, "Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasaanmu? Kita banyak meminta dan berharap pada Allah, tetapi sibuknya meminta kadang membuat kita tak sempat menilai diri sendiri. Padahal, kalau kita meminta (doa) sembari berusaha untuk mengubah diri (ikhtiar), Allah akan memberikan apa yang kita minta karena doa itu hakikatnya adalah pengiring agar kita bisa mengubah diri kita."
               Manfaat doa begitu besar dalam kehidupan manusia. Dengan doa, kedamaian dapat diraih, semangat hidup dapat ditingkatkan, dan emosi dapat dikendalikan. Dengan doa, ada harapan yang terbentang. Doa juga menjadi penyejuk pada saat menghadapi musibah. Doa adalah tempat kembalinya manusia setelah seharian melakukan usaha (ikhtiar).

               Walaupun tak terlihat hasilnya, doa harus terus dipanjatkan karena di balik doa tersimpan rahasia Allah yang amat mengag mengagumkan. Ada cerita menarik di zaman Nabi SAW. Suatu hari, seorang ibu ditanya anaknya yang sedang sakit, "Mengapa doa ibu tidak dikabulkan?" Sang ibu kemudian menjawab, "Barangkali Allah ingin memberi pahala lebih banyak kepadamu karena orang yang sedang dicoba Allah dengan penyakit berat, ia bersabar dan berdoa kepada Allah, akan diberinya pahala, atau dosamu diampuni-Nya. Bacalah doa yang masih kau hafal, ayat singkat, atau mohon dengan bahasamu sendiri."[Ali Rif'an,Pentingnya Doa, Republika.co.id.Jumat, 17 Juni 2011 02:00 WIB].

               Bisa jadi usaha yang kita geluti  berhasil dengan keuntungan yang tidak dikira-kira, atau persoalan rumit yang sedang kita hadapi dapat diselesaikan dengan baik, hal itu  karena untaian doa orang lain melalui patah-patah katanya dalam permohonan kepada Allah yang  tidak kita ketahui, ini merupakan bantuan yang tidak terkira harganya. Untuk itu maka wajar bila seorang muslim ketika mendapatkan keberhasilan tidak dibenarkan untuk bersikap sombong dan takabur, semuanya harus disikapi dengan syukur kepada Allah, karena Allah berkuasa untuk menjawab doa orang lain untuk keberuntungan kita. 

               Satu ketika Abu Jahal mencaci-maki Muhammad dan ajarannya, disana hadir beberapa tokoh Quraisy, salah seorang diantara mereka adalah Hamzah, dia adalah paman Muhammad yang hampir seusia dengannya. Hamzah belum masuk islam, tapi ketika penghinaan itu ditujukan kepada kemenakannya, yang dikenal baik di kalangan Quraisy, dirinya tidak menerima penghinaan itu, dengan tegas dia hentikan penghinaan Abu Jahal itu, dipegangnya krah Abu Jahal sambil mengancam,”Siapa yang mengganggu Muhammad maka dia akan berhadapan dengan Hamzah”, lalu Hamzah berlalu dari keramaian itu. Ini sebuah bantuan berharga bagi dakwah yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad, akhirnya dalam dekat setelah itu Hamzah menyatakan dirinya sebagai Muslim, dialah pahlawan Syuhada’ Uhud yang syahid dalam perang itu , begitu juga bantuan yang diberikan oleh Abu Thalib terhadap Nabi Muhammad, dia tidak mau menerima segala gangguan yang dilancarkan kafir Quraisy kepada kemenakannya sehingga semasa itu keinginan orang untuk membunuh Muhammad dan menghalangi gerak dakwahnya dapat diredam dengan posisi Abu Thalib, walaupun pada akhir kehidupannya,Abu Thalib tidak mau masuk Islam. Artinya naluri untuk saling bantu itu merupakan naluri semua manusia, yang seharusnya naluri itu semakin subur diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai muslim.

               Bantuan yang kita berikan kepada orang lain banyak bentuknya, apakah bantuan moril ataupun bantuan materil yang sangat diperlukan oleh orang yang sangat membutuhkan, walaupun berupa pinjaman atau hutang, itu juga bentuk bantuan yang sangat penting, betapa banyaknya umat islam yang kesulitan masalah keuangan ini sehingga mereka pergi meminjam kepada lembaga-lembaga keuangan yang masih berpraktek riba atau pinjaman kepada para pintah darat. Kalaulah zakat dan infaq ummat islam itu dikelola dengan baik maka insya Allah dapat mengentaskan kemiskinan melalui memberian infaq ataupun dalam bentuk bantuan pinjaman.

Membantu mewujudkan kebaikan tersebut dapat dalam bentuk infak yang banyak sekali terdapat perintah dan keutamaannya dalam kitab Allah subhanahu wa ta’ala seperti firmannya:
Siapa yang mau meminjamkan untuk Allah pinjaman yang baik. Dan kenapa kalian enggan berinfaq di jalan Allah padahal milik Allah semua kekayaan yang terdapat di langit dan bumi.

Bahkan bagi mereka Allah subhanahu wa ta’ala akan gandakan ganjarannya di akhirat kelak, sebagaimana firman-Nya:”Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah sebagaimana perumpamaan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, di setiap tangkai menghasilkan seratus biji dan Allah akan melipat gandakan terhadap orang-orang yang dia kehendaki dan Allah maha luas lagi maha mengetahui.”
Kalaupun seseorang tidak memiliki kemampuan berinfak dengan berbagai macam alasan dan uzur yang syar’iy, tetapi ingin menghutangi penyelenggara sesuai dengan kesepakatan untuk diganti pada jangka yang disepakati bersama, maka tidak ada larangan dan boleh jadi dianjurkan dan menjadi wajib dalam keaadaan tertentu baginya jika dengan itu baru akan terwujud prasarana, dan dia insya Allah dia akan dapat ganjaran pahala karena membantu terwujudnya suatu kebaikan.

Ada keterangan hadis dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bahwa bagi siapa yang menghutangi saudaranya dua kali maka akan dituliskan baginya ganjaran pahala satu kali  shadaqah. Abu Ya’la meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Al-aswad bin Yazid pernah berhutang dari salah seorang saudagar dengan perjanjian akan dibayar ketika gajinya dibayar. Maka tatkala masa menerima gaji datang berkata Al-Aswad kepada saudagar tersebut: ”Jika boleh kumohon agar pembayaran ditunda dulu karena aku memiliki keperluan-keperluan yang mendesak”, tetapi saudagar tersebut menjawab: ”tidak, aku tidak dapat memberimu tempo lagi” maka Al-Aswad segera melunasi hutangya waktu itu juga.

Tatkala saudagar tersebut telah memegang uang, ia berkata kepada Al-Aswad: ”Ambil ini kembali sebagai bentuk hutang bagimu”, maka Al-Aswad bertanya heran dan bertanya : ”bukankah aku telah meminta padamu agar kau tangguhkan pengembalian hutangku, namun kau tolak ,tetapi kenapa sekarang kau hutangi aku kembali?” maka saudagar itu menjawab:”Bukankah aku pernah mendengar darimu bahwa engkau meriwayatkan dari Abdullah bin Masud radhiallahu ’anhu  bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda:
Barang siapa yang menghutangkan dua kali maka baginya seperti ganjaran sedekah sekali dari bagian yang dia hutangkan. (Hadis diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan disahihkan oleh Ibnu Hibban).
Hadis senada juga pernah diriwayatkan oleh Alqomah dari jalur Ibnu Masud radhiallahu ’anhu dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah . Hadis ini disahihkan oleh syeikh Al-Albani.

               Dari penjelasan di atas maka tidak lagi diragukan bahwa seseorang akan berpahala menghutangi saudaranya jika digunakan untuk hal-hal yang baik dan mubah, apalagi jika digunakan untuk yang lebih besar manfaatnya untuk orang banyak, semisal lembaga pendidikan Islam dan sebagaianya.[Adakah ganjaran bagi orang yang menghutangi? AbuFairuzCom,Diposting oleh Ustadz Abu Fairuz pada 23 October 2011].

            Akhlak mulia ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang punya kelapangan hati yang didorong oleh iman yang mantap, karena mereka menyadari bahwa segala kelebihan yang ada padanya itu hanya titipan Allah yang sifatnya sementara sehingga perlu diberdayakan dengan memberikan bantuan kepada orang lain yang sangat membutuhkan, tanpa bantuan dari kaum muslimin betapa banyak anak-anak muslim yang harus putus sekolah dan pengangguran, tidak sedikit anak-anak yang lahir dalam keadaan tidak sehat dan bentuk kekurangan lainnya, sungguh memberi bantuan kepada orang lain itu sebuah kebaikan yang besar pahalanya sehingga hal itu dapat dinyatakan sebagai infaq fisabilillah atau sedekah jariyah, wallahu ‘alam, [Cubadak Pianggu Solok, 02 Zulqaidah 1434.H/07 September 2013].

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar