RIYADUSH
SHALIHIN
DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH
Menyampaikan Hajat Kaum
Muslimin
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya
perumpamaan orang yang melakukan amal-amal buruk (dosa) kemudian mengerjakan
amal-amal baik (saleh), bagaikan seorang yang memakai perisai perang sempit
sehingga membuatnya terimpit. Ketika dia mengerjakan satu amal baik, maka
perisai itu terasa agak longgar sedikit. Selanjutnya ketika dia mengerjakan
satu amal baik lainnya, maka perisai tersebut terasa semakin longgar, hingga
orang itu meninggal dunia." (HR Ahmad dari Uqbah bin Amir).
Kewajiban manusia di dalam kehidupan
dunia ini adalah melakukan amal baik dan menjauhi amal buruk. Amal baik akan
mengarahkan manusia ke jalan kebaikan di dunia dan di akhirat. Sementara amal
buruk akan mengarahkan manusia ke jalan keburukan di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman, "… dan kerjakanlah amal yang baik (saleh). Sesungguhnya
Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Mu'minun [23] m: 51). [Fajar
Kurnianto, Perumpamaan Amal,Republika.co.id. Sabtu, 26 Maret 2011 pukul
09:44:00].
Baginda
Nabi SAW pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal ra., “Maukah engkau aku
tunjukkan pintu-pintu kebajikan? (Yaitu) Shaum yang merupakan perisai; sedekah
yang bisa menghapus dosa/kesalahan sebagaimana air bisa mematikan api; dan
shalat di penghujung malam…” (HR at-Tirmidzi).
Hadits ini memang terkait dengan keutamaan ibadah-ibadah sunnah: shaum sunnah, infak sunnah dan shalat sunnah (shalat tahajud).
Hadits ini memang terkait dengan keutamaan ibadah-ibadah sunnah: shaum sunnah, infak sunnah dan shalat sunnah (shalat tahajud).
Sedekah dinyatakan oleh Baginda Nabi
SAW dapat menghapus dosa/kesalahan, tentu jika dilakukan dengan ikhlas
semata-mata karena Allah SWT. Namun demikian, hal ini tidak berarti tidak
mengharuskan seseorang untuk tidak perlu bertobat dari dosa dan kesalahan.
Sebab, tobat tetap wajib atas setiap dosa, besar ataupun kecil, bagi setiap pendosa.
Hadits ini hanya menjelaskan salah satu dari keutamaan bersedekah..[Pintu-pintu
Kebajikan, Media Ummat; Thursday, 23 December 2010 10:47 arief b Iskandar].
Itulah
salah satu pintu kebaikan yaitu memberikan infaq atau sedekah kepada orang yang
berhak menerimanya, walaupun sebenarnya infaq dan sedekah sebagian dari unsur
yang dapat digunakan untuk memberi bantuan kepada orang lain. Bentuk bantuan
itu banyak sekali jenisnya, apakah dari asfek bantuan materi, fikiran, tenaga
hingga memberikan kelapangan hati atau bantuan perlindungan kepada seseorang.
Bantuan yang baik adalah pemberian yang tampa pamrih walaupun akhirnya menerima
juga pamrih itu dari orang lain.
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 29
dengan judul ‘’Menyampaikan
Hajat-hajatnya Kaum Muslimin’’
Allah Ta'ala berfirman:"Dan lakukanlah perbuatan baik,
tentulah engkau semua akan berbahagia." (al-Haj: 77).
Allah Ta'ala berfirman
lagi: "Dan
apa saja kebaikan yang engkau semua lakukan, maka sesungguhnya Allah itu Maha
mengetahuinya." (al-Baqarah: 215).
Dari Ibnu Umar
radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seorang Muslim itu adalah
saudaranya orang Muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan
pula menyerahkannya - kepada musuh. Barangsiapa memberikan pertolongan pada
hajat saudaranya, maka Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang
itu. Dan barangsiapa melapangkan kepada seseorang Muslim akan satu
kesusahannya, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian
banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi cela seseorang
Muslim maka Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat." (Muttafaq
'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a.
dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Barangsiapa yang melapangkan suatu kesusahan
dari beberapa kesusahan seseorang Mu'min di dunia, maka Allah akan melapangkan
untuknya suatu kesusahan dari berbagai kesusahannya pada hari kiamat.
Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seseorang yang kesukaran, maka
Allah akan memberikan kemudahan padanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa
yang menutupi cela seseorang Muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia
dan di akhirat. Allah itu selalu memberikan pertolongan kepada hambaNya, selama
hamba itu suka memberikan pertolongan kepada saudaranya. Barangsiapa yang
menempuh suatu jalan untuk mencari suatu ilmu pengetahuan, maka Allah akan
memudahkan untuknya jalan menuju kesyurga.Tiadalah sesuatu kaumitu berkumpul
dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, untuk membacakan kitab Allah -
al-Quran - juga mentadarusnya antara mereka itu – membaca secara bergantian,
melainkan turunlah kepada mereka ketenangan hati, ditutupi oleh kerahmatan
Tuhan, juga diliputi oleh para malaikat dan Allah menyebutkan mereka itu di
kalangan makhluk yang ada di sisinya. Barangsiapa yang diperlambatkan oleh
amalan-nya sendiri, maka ia tidak akan dipercepatkan oleh keturunan darahnya -
yakni bahwa kebahagiaan itu tergantung pada amalan seseorang dan bukan karena
darah ningrat atau keturunan." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam Hadis ini ialah:
(a) Memudahkan artinya memberi pertolongan. Maka
dengan jelas dalam Hadis ini betapa utamanya memberikan pertolongan untuk
menyampaikan hajat kebutuhan kaum Muslimin, baik yang berupa ilmu pengetahuan,
harta, derajat, nasihat atau menunjukkannya ke arah kebaikan. Juga pertolongan
yang berupa tenaga atau doa yang ditujukan agar saudaranya seagama itu tercapai
maksudnya.
(b) Menempuh
jalan artinya, baikpun
berjalan betul-betul untuk
mencari ilmu itu misalnya pergi ke sekolah, pondok, pesantren dan lain-lain
atau mencari jalan semacam kiasan, misalnya belajar sendiri menelaah
kitab-kitab agama dan lain-lain sebagainya.
(c) Rumah Allah misalnya masjid, madrasah dan
sebagainya.
(d) Orang yang suka melakukan
ini (yakni berkumpul
lalu belajar yang tak dimengerti atau mengajarkan yang sudah diketahui),
orang tersebut akan mendapat ketenangan hati, dilimpahi rahmat Allah,
dikerumuni malaikat karena gembira
melihat orang yang sedemikian itu
dan oleh
Allah disebut-sebut akan dimasukkan dalam golongan hambaNya yang
sangat taqarrub (mendekat) dan sangat taat padaNya, seperti para malaikat dan
sekalian Nabi, sebab bangga melihat perbuatan hambaNya yang baik itu dan
mengagumkan sebutannya. Inilah Hadis yang menunjukkan keutamaan membaca
al-Quran secara bersama-sama atau tadarus.
(e) Orang yang sedikit amal kebaikannya, tentu
tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan taqwa hanya dengan menonjol-nonjolkan
keturunannya saja. Allah berfirman:
" Sesungguhnya orang yang termulia di antara
engkau sekalian itu adalah orang yang paling taqwa."
Dan lagi Nabi s.a.w.
bersabda:"Datangiah padaku besok pada hari kiamat dengan amal
perbuatanmu, tidak dengan keturunanmu. Sesungguhnya aku tidak akan dapat
memberikan pertolongan padamu semua darisiksa Allah itu sedikitpun (dengan
membanggakan keturunan-keturunan itu)."
Dr. Saad Riyadh dalam bukunya
berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw, menyatakan; Ibnu Umar
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda,”Siapa yang datang meminta perlindungan kepadamu dengan nama Allah swt,
maka lindungilah dia. Demikian juga, siapa yang meminta kepadamu dengan nama
Allh swt, maka berilah.”
Dalam riwayat lain, Sahal dan
Utsman meriwayatkan tambahan bunyi hadits ini sebagai berikut,”Siapa yang
mengundangmu maka penuhilah.”
Keduanya juga meriwayatkan
tambahannya yaitu,”Siapa yang berbuat baik kepadamu maka berilah dia bekal
[sedekah].’’
Musaddad dan Utsman mengemukakan
lagi tambahannya, yaitu,”Jika kalian tidak memiliki [sesuatu yang bisa
diberikan]maka doakanlah ia sampai kalian merasa bahwa [dengan doa itu] kalian
telah memberikan bekal [sedekah] kepadanya.” [HR. Abu Dawud]. [Gema Insani,
2007, hal 231].
Menolong orang banyak caranya,
selain materi juga bisa memberikan motivasi agar orang hidupnya semangat dan
bangkit kembali atau mensupport usaha yang sedang dilakukan sehingga membuat
orang senang dan lega menghadapi usaha yang sedang dan akan dirintis, bahkan
bantuan yang lebih penting lagi adalah bantuan yang kita berikan kepada orang
lain berupa doa yang kita sanjungkan kepada seseorang, apakah doa itu
diketahuinya ataupun tidak maka itu memberikan bantuan yang tidak kalah
pentingnya dari bantuan lain.
Islam secara tegas mengajarkan
bahwa segala hasil yang diraih oleh manusia adalah sesuai dengan usaha dan
jerih payahnya. Manusia yang selalu berusaha (bekerja) dengan sungguh-sunguh
karena Allah SWT pasti akan menuai hasil usahanya itu. "Hai manusia,
sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, kamu
pasti akan menemuinya," (QS al-Insyiqaq [84]: 6).
Doa menjadi bagian penting dalam
setiap usaha manusia. Berdoa berarti mengetahui bahwa Allahlah yang menentukan
segala usahanya. Doa bisa diartikan sebagai satu permohonan dan pujian dalam
bentuk ucapan dari hamba yang rendah kedudukannya pada Rabb Yang Mahatinggi.
Orang yang tidak mau berdoa kepada Allah bisa dikatakan orang yang takabur
(sombong) karena tidak menempatkan Allah sebagai penentu segalanya (QS
al-Mu'min [40]: 60). Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT sangat murka
kepada orang yang tidak mau berdoa kepada-Nya," (HR Ibnu Majah).
Sejatinya, tujuan berdoa adalah
meningkatkan kedekatan diri kepada Allah SWT sekaligus untuk memperbaiki diri.
Ibn Atha'illah dalam kitabnya Al-Hikam menjelaskan, "Bagaimana engkau
menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau sendiri tak mengubah
dirimu dari kebiasaanmu? Kita banyak meminta dan berharap pada Allah, tetapi
sibuknya meminta kadang membuat kita tak sempat menilai diri sendiri. Padahal,
kalau kita meminta (doa) sembari berusaha untuk mengubah diri (ikhtiar), Allah
akan memberikan apa yang kita minta karena doa itu hakikatnya adalah pengiring
agar kita bisa mengubah diri kita."
Manfaat doa begitu besar dalam
kehidupan manusia. Dengan doa, kedamaian dapat diraih, semangat hidup dapat
ditingkatkan, dan emosi dapat dikendalikan. Dengan doa, ada harapan yang
terbentang. Doa juga menjadi penyejuk pada saat menghadapi musibah. Doa adalah
tempat kembalinya manusia setelah seharian melakukan usaha (ikhtiar).
Walaupun tak terlihat hasilnya,
doa harus terus dipanjatkan karena di balik doa tersimpan rahasia Allah yang
amat mengag mengagumkan. Ada cerita menarik di zaman Nabi SAW. Suatu hari,
seorang ibu ditanya anaknya yang sedang sakit, "Mengapa doa ibu tidak
dikabulkan?" Sang ibu kemudian menjawab, "Barangkali Allah ingin
memberi pahala lebih banyak kepadamu karena orang yang sedang dicoba Allah
dengan penyakit berat, ia bersabar dan berdoa kepada Allah, akan diberinya
pahala, atau dosamu diampuni-Nya. Bacalah doa yang masih kau hafal, ayat
singkat, atau mohon dengan bahasamu sendiri."[Ali Rif'an,Pentingnya Doa,
Republika.co.id.Jumat, 17 Juni 2011 02:00 WIB].
Bisa jadi usaha yang kita
geluti berhasil dengan keuntungan yang
tidak dikira-kira, atau persoalan rumit yang sedang kita hadapi dapat
diselesaikan dengan baik, hal itu karena
untaian doa orang lain melalui patah-patah katanya dalam permohonan kepada
Allah yang tidak kita ketahui, ini
merupakan bantuan yang tidak terkira harganya. Untuk itu maka wajar bila
seorang muslim ketika mendapatkan keberhasilan tidak dibenarkan untuk bersikap
sombong dan takabur, semuanya harus disikapi dengan syukur kepada Allah, karena
Allah berkuasa untuk menjawab doa orang lain untuk keberuntungan kita.
Satu ketika Abu Jahal
mencaci-maki Muhammad dan ajarannya, disana hadir beberapa tokoh Quraisy, salah
seorang diantara mereka adalah Hamzah, dia adalah paman Muhammad yang hampir
seusia dengannya. Hamzah belum masuk islam, tapi ketika penghinaan itu
ditujukan kepada kemenakannya, yang dikenal baik di kalangan Quraisy, dirinya
tidak menerima penghinaan itu, dengan tegas dia hentikan penghinaan Abu Jahal
itu, dipegangnya krah Abu Jahal sambil mengancam,”Siapa yang mengganggu
Muhammad maka dia akan berhadapan dengan Hamzah”, lalu Hamzah berlalu dari
keramaian itu. Ini sebuah bantuan berharga bagi dakwah yang dilaksanakan oleh
Nabi Muhammad, akhirnya dalam dekat setelah itu Hamzah menyatakan dirinya
sebagai Muslim, dialah pahlawan Syuhada’ Uhud yang syahid dalam perang itu ,
begitu juga bantuan yang diberikan oleh Abu Thalib terhadap Nabi Muhammad, dia
tidak mau menerima segala gangguan yang dilancarkan kafir Quraisy kepada
kemenakannya sehingga semasa itu keinginan orang untuk membunuh Muhammad dan
menghalangi gerak dakwahnya dapat diredam dengan posisi Abu Thalib, walaupun
pada akhir kehidupannya,Abu Thalib tidak mau masuk Islam. Artinya naluri untuk
saling bantu itu merupakan naluri semua manusia, yang seharusnya naluri itu
semakin subur diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai muslim.
Bantuan yang kita berikan kepada
orang lain banyak bentuknya, apakah bantuan moril ataupun bantuan materil yang
sangat diperlukan oleh orang yang sangat membutuhkan, walaupun berupa pinjaman
atau hutang, itu juga bentuk bantuan yang sangat penting, betapa banyaknya umat
islam yang kesulitan masalah keuangan ini sehingga mereka pergi meminjam kepada
lembaga-lembaga keuangan yang masih berpraktek riba atau pinjaman kepada para
pintah darat. Kalaulah zakat dan infaq ummat islam itu dikelola dengan baik
maka insya Allah dapat mengentaskan kemiskinan melalui memberian infaq ataupun
dalam bentuk bantuan pinjaman.
Membantu mewujudkan kebaikan tersebut dapat dalam bentuk
infak yang banyak sekali terdapat perintah dan keutamaannya dalam kitab Allah subhanahu
wa ta’ala seperti firmannya:
Siapa yang mau meminjamkan untuk Allah pinjaman yang baik. Dan
kenapa kalian enggan berinfaq di jalan Allah padahal milik Allah semua kekayaan
yang terdapat di langit dan bumi.
Bahkan bagi mereka Allah subhanahu wa ta’ala akan
gandakan ganjarannya di akhirat kelak, sebagaimana firman-Nya:”Perumpamaan
orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah sebagaimana perumpamaan
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, di setiap tangkai menghasilkan
seratus biji dan Allah akan melipat gandakan terhadap orang-orang yang dia
kehendaki dan Allah maha luas lagi maha mengetahui.”
Kalaupun seseorang tidak memiliki kemampuan berinfak dengan
berbagai macam alasan dan uzur yang syar’iy, tetapi ingin menghutangi
penyelenggara sesuai dengan kesepakatan untuk diganti pada jangka yang
disepakati bersama, maka tidak ada larangan dan boleh jadi dianjurkan dan
menjadi wajib dalam keaadaan tertentu baginya jika dengan itu baru akan
terwujud prasarana, dan dia insya Allah dia akan dapat ganjaran pahala karena
membantu terwujudnya suatu kebaikan.
Ada keterangan hadis dari Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam bahwa bagi siapa yang menghutangi saudaranya dua kali maka akan
dituliskan baginya ganjaran pahala satu kali shadaqah. Abu Ya’la
meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Al-aswad bin Yazid pernah berhutang dari
salah seorang saudagar dengan perjanjian akan dibayar ketika gajinya dibayar.
Maka tatkala masa menerima gaji datang berkata Al-Aswad kepada saudagar
tersebut: ”Jika boleh kumohon agar pembayaran ditunda dulu karena aku memiliki
keperluan-keperluan yang mendesak”, tetapi saudagar tersebut menjawab: ”tidak, aku
tidak dapat memberimu tempo lagi” maka Al-Aswad segera melunasi hutangya waktu
itu juga.
Tatkala saudagar tersebut telah memegang uang, ia berkata
kepada Al-Aswad: ”Ambil ini kembali sebagai bentuk hutang bagimu”, maka
Al-Aswad bertanya heran dan bertanya : ”bukankah aku telah meminta padamu agar
kau tangguhkan pengembalian hutangku, namun kau tolak ,tetapi kenapa sekarang
kau hutangi aku kembali?” maka saudagar itu menjawab:”Bukankah aku pernah
mendengar darimu bahwa engkau meriwayatkan dari Abdullah bin Masud radhiallahu
’anhu bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda:
Barang siapa yang menghutangkan dua kali maka baginya
seperti ganjaran sedekah sekali dari bagian yang dia hutangkan. (Hadis
diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan disahihkan oleh Ibnu Hibban).
Hadis senada juga pernah diriwayatkan oleh Alqomah dari
jalur Ibnu Masud radhiallahu ’anhu dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ibnu Majah . Hadis ini disahihkan oleh syeikh Al-Albani.
Dari
penjelasan di atas maka tidak lagi diragukan bahwa seseorang akan berpahala
menghutangi saudaranya jika digunakan untuk hal-hal yang baik dan mubah,
apalagi jika digunakan untuk yang lebih besar manfaatnya untuk orang banyak,
semisal lembaga pendidikan Islam dan sebagaianya.[Adakah ganjaran bagi orang yang menghutangi?
AbuFairuzCom,Diposting oleh Ustadz Abu Fairuz pada 23 October 2011].
Akhlak
mulia ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang punya kelapangan hati yang
didorong oleh iman yang mantap, karena mereka menyadari bahwa segala kelebihan
yang ada padanya itu hanya titipan Allah yang sifatnya sementara sehingga perlu
diberdayakan dengan memberikan bantuan kepada orang lain yang sangat
membutuhkan, tanpa bantuan dari kaum muslimin betapa banyak anak-anak muslim
yang harus putus sekolah dan pengangguran, tidak sedikit anak-anak yang lahir
dalam keadaan tidak sehat dan bentuk kekurangan lainnya, sungguh memberi
bantuan kepada orang lain itu sebuah kebaikan yang besar pahalanya sehingga hal
itu dapat dinyatakan sebagai infaq fisabilillah atau sedekah jariyah, wallahu
‘alam, [Cubadak Pianggu Solok, 02 Zulqaidah 1434.H/07 September
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar