Jumat, 22 November 2013

52.10 Bersegera Kepada Kebaikan



RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]



Bersegera Kepada Kebaikan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Rasul mengajarkan agar umatnya setiap terbit matahari yaitu setiap hari pasti sudah ada kebaikan yang dilakukan, apakah kebaikan itu berupa memberi sedekah, menjenguk orang sakit atau melakukan shalat dhuha dua rakaat.

Dr. Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw,  menyatakan tentang akhlak berbuat baik;

Abu Mas’ud al Anshari meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang pemuda datang kepada Rasulullah Saw, seraya berkata,”Wahai Rasulullah Saw, saya adalah seorang yang tidak berpunya. Oleh sebab itu, berilah saya kendaraan/ tunggangan.”

Rasulullah Saw, menjawab, “Saya tidak punya tunggangan lain untuk  membawamu. Akan tetapi, temuilah si Fulan, mudah-mudahan ia bisa menyediaan kendaraan untukmu”, pemuda itu lalu menemui orang yang dimaksud dan berhasil mendapatkan tunggangan. Ia kemudian kembali kepada Rasulullah Saw dan memberitahukan hal tersebut. Rasulullah Saw lalu bersabda,”Siapa yang menunjukkan orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala yang  didapatkan orang yang melakukannya” [HR. Abu Dawud].

Pada kesempatan lain beliau juga bersabda,”Siapa yang terhalang dari sikap lemah lembut maka berarti dia telah terhalang dari kebaikan” [HR. Ibnu Majah].[Gema Insani, 2007, hal 128].

                Ketika Muadz bin Jabbal akan dilantik sebagai Gubernur di Yaman, Rasulullah berwasiat kepadanya;"Perbaharuilah perahumu, sebab lautan yang akan dilalui sangatlah dalamnya, perbanyaklah bekal karena perjalanan yang engkau tempuh sangatlah jauh, kurangilah beban karena perjalanan menakutkan, ikhlaskan niat karena pengintai lebih tegas dan tajam pengamatannya".
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 10 dengan judulBersegera Kepada Kebaikan Dan Menganjurkan Kepada Orang Yang Menuju Kebaikan Supaya Menghadapinya Dengan Sungguh-sungguh  Tanpa Keragu-raguan” mengungkapkan bentuk-bentuk kebaikan yang harus disegerakan;

Allah Ta'ala berfirman:"Maka berlomba-lombalah engkau sekalian untuk mengerja-kan berbagai kebaikan." (al-Baqarah: 148)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan bersegeralah engkau sekalian menuju pada pengampunan dari Tuhanmu dan juga memasuki syurga yang luasnya adalah seperti langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (ali-lmran: 133)
Adapun Hadis-hadisnya ialah:

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bersegeralah engkau sekalian untuk melakukan amalan-amalan - yang bagus-bagus - sebelum datangnya bermacam-macam fitnah yang diumpamakan sebagai potongan-potongan dari malam yang gelap gulita." 
Berpagi-pagi seseorang itu menjadi orang mu'min dan bersore-sore menjadi orang kafir, ada lagi yang bersore-sore masih sebagai seorang mu'min, tetapi berpagi-pagi telah menjadi seorang kafir. Orang itu menjual agamanya dengan harta dari keduniaan." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Sirwa'ah  yaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a., katanya: "Saya bersembahyang di belakang Nabi s.a.w. di Madinah yakni shalat 'ashar. Kemudian setelah bersalam lalu berdiri bergegas-gegas, terus melangkahi leher orang-orang banyak untuk menuju ke salah satu bilik isterinya. Orang-orang banyak yang takut karena melihat bergegas-gegasnya beliau itu. Selanjutnya Nabi s.a.w. keluar lagi menemui sahabat-sahabatnya itu lalu mengetahui bahwa mereka itu benar-benar terheran-heran karena bergegas-gegasnya tadi. Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Saya ingat pada sepotong emas yang ada di tempatku, maka saya tidak senang kalau benda itu mengganggu fikiranku - untuk menghadap Allah Ta'ala. Oleh sebab itu saya menyuruh supaya benda tadi dibagi-bagikan." (Riwayat  Bukhari).

Dan disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari yang lain demikian: "Saya meninggalkan di rumah sepotong emas dari hasil sedekah, maka saya tidak senang kalau sampai menginapkannya."

Dari Jabir r.a., katanya: Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w. pada hari perang Uhud: "Bagaimanakah pendapat Tuan jikalau saya terbunuh, di manakah tempatku?" Nabi s.a.w. bersabda:"Dalam syurga."
Orang tersebut lalu melemparkan beberapa buah kurma yang masih di tangannya kemudian berperang sehingga ia dibunuh - mati syahid." (Muttafaq 'alaih).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, sedekah manakah yang teragung pahalanya?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu jikalau engkau bersedekah, sedangkan engkau itu masih sehat dan sebenarnya engkau kikir - merasa sayang mengeluarkan sedekah itu, karena takut menjadi fakir dan engkau amat mengharap-harapkan untuk menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan lalu berkata: "Untuk si Fulan itu, yang ini dan untuk si Fulan ini, yang itu, sedangkan orang yang engkau maksudkan itu telah memiliki apa yang hendak kau berikan." (Muttafaq 'alaih).

 Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil pedangnya pada hari perang Uhud, kemudian bersabda: "Siapakah yang suka mengambil pedang ini daripadaku?" Orang-orang sama mengacungkan tangannya masing-masing, yakni setiap orang dari sahabat-sahabat itu berbuat demikian sambil berkata: "Saya, saya." Beliau berkata lagi: "Siapakah yang dapat mengambilnya dengan menunaikan haknya?" Orang-orang semuanya berdiam diri. Selanjutnya Abu Dujanah - namanya sendiri Simak bin Kharsah - berkata: "Saya dapat mengambil pedang itu dengan menunaikan haknya." Pedang itu lalu digunakan oleh Abu Dujanah untuk memenggal kepala-kepala kaum musyrikin." (Riwayat Muslim)

Dari Zubair bin 'adiy, katanya: "Kita semua mendatangi Anas bin Malik r.a., kemudian kita mengadukan padanya perihal apa yang kita temui dari perlakuan Hajjaj - seorang panglima dari dinasti Bani Umayyah dan ia adalah seorang zalim, lalu Anas berkata: "Bersabarlah engkau sekalian, sebab sesungguhnya saja tidaklah datang sesuatu zaman melainkan apa yang sesudahnya itu tentu lebih buruk daripada zaman itu sendiri, demikian itu sehingga engkau sekalian menemui Tuhanmu. Ucapan semacam ini pernah saya dengar dari Nabimu sekalian s.a.w. (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersegeralah engkau sekalian melakukan amalan-amalan -yang baik - sebelum datangnya tujuh macam perkara. Apakah engkau sekalian menantikan - enggan melakukan dulu, melainkan setelah tibanya kefakiran yang melalaikan, atau tibanya kekayaan yang menyebabkan kecurangan, atau tibanya kesakitan yang merusakkan, atau tibanya usia tua yang menyebabkan ucapan-ucapan yang tidak keruan lagi, atau tibanya kematian yang mempercepatkan - lenyapnya segala hal, atau tibanya Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruk makhluk ghaib yang ditunggu, atau tibanya hari kiamat, maka hari kiamat itu adalah lebih besar bencananya serta lebih pahit penanggunggannya." Diriwayatkan oleh ImamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda pada hari perang Khaibar:"Niscayalah bendera ini akan kuberikan kepada seseorang leiaki yang mencintai Allah dan RasulNya, Allah akan membebaskan - beberapa benteng musuh - atas kedua tangannya."
Umar r.a. berkata: "Saya tidak menginginkan keimarahan -kepemimpinan di medan perang - melainkan pada hari itu belaka kemudian saya bersikap untuk menonjolkan diri pada Nabi s.a.w. dengan harapan agar saya dipanggil untuk memegang bendera itu.
Tiba-tiba Rasulullah s.a.w. memanggil Ali bin Abu Thalib r.a., lalu memberikan bendera tadi padanya dan beliau s.a.w. bersabda:"Berjalanlah dan jangan menoleh-noleh lagi sehingga Allah akan membebaskan - benteng-benteng musuh - atasmu."
Ali berjalan beberapa langkah kemudian berhenti dan tidak menoleh, kemudian berteriak: "Ya Rasulullah, atas dasar apakah saya akan memerangi para manusia?" Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Perangilah mereka sehingga mereka suka menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah. Apabila orang itu telah berbuat demikian, maka tercegahlah mereka itu daripadamu, baik darah dan harta mereka, melainkan dengan haknya, sedang hisab mereka itu adalah tergantung pada Allah."  (Riwayat Muslim).

Maksud dari Hadis di atas itu ialah bahwa yang diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada Sayidina Ali r.a. dan seluruh pasukannya ialah memerangi manusia-manusia musyrik yakni yang menyembah selain Allah atau yang tidak mempercayai adanya Allah serta keesaanNya dan tidak pula mempercayai tentang diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. Tetapi apabila mereka suka mengikuti seruan agama Islam yang benar, samasekali tidak boleh diganggu, baik keselamatan jiwa ataupun harta mereka.

Namun demikian, manakala hak atau ketentuan agama Islam menghendaki, boleh saja seseorang itu dibunuh,seperti orang yang sengaja membunuh orang lain. Jadi sekalipun sudah masuk Islam wajib pula dibunuh sebagai qishash atau balasan pembunuhannya. Demikian pula seperti dipotong tangan karena mencuri yang sudah mencapai batas untuk bolehnya dipotong ataupun diberi hukuman pukul (didera) serta dirajam, menurut ketentuannya sendiri-sendiri, jika melakukan perzinaan dan lain-lain lagi. Inilah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi s.a.w."Kecuali dengan haknya."
Mengenai hisab atau perhitungan amal perbuatan mereka adalah menjadi urusan Allah Ta'ala sendiri.
Perlu dimaklumi bahwa golongan Ahlulkitab yakni kaum yang beragama Nasrani atau Yahudi, tidak boleh secara langsung diperangi. Mereka diperbolehkan memilih salah satu di antara dua hal yakni membayar pajak. Ini adalah pilihan yang pertama. Jika mereka suka melaksanakan itu, merekapun wajib dilindungi keselamatan diri dan hartanya. Tetapi jikalau enggan, maka pilihan kedua boleh dilaksanakan, yaitu boleh diperangi.

            Termasuk hal kebaikan adalah bersegera bertaubat setelah melakukan dosa atau maksiat kepada Allah, menunda-nunda taubat akan mencelakakan diri sendiri.
            Abu Dzar ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah berkata kepadanya,”Saya baru saja didatangi oleh seorang malaikat yang memberitakan kabar gembira, yaitu bahwa siapasaja dari umatku yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah swt dengan sesuatu apapun maka dia pasti akan masuk syurga.”

Abu Dzar lalu bertanya,”Walaupun orang itu mencuri dan berzina?”. Rasulullah saw, menjawab,”Ya, Walaupun dia pernah berzina dan mencuri.”.

Dalam hadits lain beliau bersabda,”Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari sebelah Barat, maka Allah akan menerima taubatnya” [HR. Muslim].[Gema Insani, 2007, hal 117].
Taubat yang dilakukan oleh seorang muslim tentu berharap agar kesalahan dan dosa yang dilakukan diampuni Allah dengan ketentuan yang diatur dalam islam, ampunan Allah sangat diharapkan sekali agar hati pelaku dosa menjadi  tenang dan  tidak dikejar-kejar oleh dosa yang membayangi hidupnya.

Dr Abdul Mannan dalam tulisannya mengemukakan sejarah yang terjadi di zaman Rasulullah yang berkaitan dengan taubat, yaitu taubat yang mustajab, diampuni Allah.
Dalam kitab Al-Firasah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, yang diterjemahkan menjadi 'Keajaiban Firasat', ada satu peristiwa yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i yang patut kita renungkan, yakni bagaimana seorang pelaku dosa seketika diampuni oleh Allah dan rasul-Nya.

Pernah ada seorang wanita yang telah diperkosa oleh seorang laki-laki di kegelapan malam menjelang masuknya waktu Subuh. Tak lama berselang, melintas pula laki-laki lain dan mendapati wanita itu tengah meminta pertolongan, hingga ia pun berusaha menolongnya. Pemerkosa wanita tadi telah kabur.
Pada saat lelaki itu hendak mendekati, melintas pula sekelompok laki-laki lain dan mendengar wanita itu minta tolong kepada mereka. Kemudian, mereka menangkap lelaki yang hendak menolong wanita itu, sedangkan lelaki yang memperkosa wanita itu terlewatkan oleh mereka.
Maka, dibawalah laki-laki itu kepada Rasulullah dan mengabarkan kepada Beliau bahwa ia telah memperkosa wanita tersebut. Dan, mereka mengabarkan bahwa laki-laki itu ditangkapnya dengan susah payah.
Tetapi, lelaki itu menyangkal seraya berkata, "Justru aku hendak menolongnya, tetapi mereka salah orang. Mereka akhirnya mengejar dan menangkapku. Wanita itu berkata, "Dusta, dialah yang telah memperkosaku."

Rasulullah kemudian berkata, "Bawalah ia dan rajamlah." Tetapi, datang seorang lelaki lain dan berkata, "Jangan rajam ia, rajamlah aku. Karena, akulah yang telah melakukan pemerkosaan terhadapnya." Lalu, ia mengakui dan menceritakan semua perbuatannya.

Kemudian, Rasulullah berkata kepada wanita yang diperkosa, "Engkau telah diampuni." Kepada orang yang hendak menolong, Beliau hanya menasihatinya. Kemudian, Umar RA berkata, "Rajamlah orang yang telah berbuat zina." Akan tetapi, Rasulullah menolaknya dan berkata, "Tidak perlu, karena ia telah bertobat."
Imam Ahmad meriwayatkan, "Lalu mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, rajamlah ia'!" Beliau menjawab, "Ia telah melakukan tobat, yang seandainya penduduk Madinah melakukannya, pasti Allah akan menerima tobat mereka."

Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang bertobat dan pasti akan mengampuni dosa orang-orang yang mau bertobat. Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa, tetapi bertobat." (HR Ahmad).[Dr Abdul Mannan Allah Maha Menerima Tobat ,Republika.co.id.Sabtu, 06 Agustus 2011 11:23 WIB].

Sepanjang kehidupan yang kita lalui, bila dalam satu hari saja kita berbuat dosa satu maka dalam setahun sudah tigapuluh dosa kita, dalam satu jam saja kita berdosa berarti duapuluh empat dosa yang kita kerjakan dalam sehari semalam, apalagi bila kita berdosa setiap menit, setiap detik, sudah berapa dosa kita, kalaulah setiap dosa yang kita kerjakan nampak di hadapan kita, bisa dipastikan dalam seumur hidup kita sudah menggununglah dosa yang kita kerjakan. Dari sekian dosa dan kesalahan itu berapa kali dalam sehari semalam kita bertaubat dan memohon ampun kepada Allah ?
Rasulullah adalah suri tauladan bagi seluruh umat, dimana kita ketahui bahwasanya Rasulullah senantiasa mengajarkan manusia pada kebaikan, kita tahu bahwasanya Beliau adalah seorang hamba yang sudah diampuni setiap dosa selama masa hidupnya, akan tetapi beliau senantiasa memohon ampunan kepada Allah, bahkan Rasulullah setiap harinya beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah sebanyak 70 sampai 100 kali dalam sehari sebagaimana dijelaskan dalam dua hadis shahih. Dari Abu Hurairah RA berkata, ia mendengar Rasulullah SAWbersabda  “Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR  Bukhari).

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR  Muslim).

 Dalam hal kebaikan seorang muslim tidak boleh menunda-nundanya, pekerjaan hari ini harus diselesaikan hari ini karena pekerjaan besok banyak lagi yang harus dikerjakan, sehingga Rasul mengajak ummatnya untuk memperhatikan lima hal sebelum  datang lima hal lainnya yaitu sewaktu masih hidup sebelum datangnya saat kematian, ketika masih ada waktu sempat sebelum datang saatnya waktu sempit, saat masih kaya sebelum datang saat miskin, ketika masih muda sebelum datang waktu tua, dan saat masih sehat sebelum datang saat sakit, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 28 Syawal 1434.H/04 September 2013].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar