RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Bersegera Kepada Kebaikan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Rasul
mengajarkan agar umatnya setiap terbit matahari yaitu setiap hari pasti sudah
ada kebaikan yang dilakukan, apakah kebaikan itu berupa memberi sedekah,
menjenguk orang sakit atau melakukan shalat dhuha dua rakaat.
Dr.
Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw, menyatakan tentang akhlak berbuat baik;
Abu
Mas’ud al Anshari meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang pemuda datang kepada
Rasulullah Saw, seraya berkata,”Wahai Rasulullah Saw, saya adalah seorang yang
tidak berpunya. Oleh sebab itu, berilah saya kendaraan/ tunggangan.”
Rasulullah
Saw, menjawab, “Saya tidak punya tunggangan lain untuk membawamu. Akan tetapi, temuilah si Fulan,
mudah-mudahan ia bisa menyediaan kendaraan untukmu”, pemuda itu lalu menemui
orang yang dimaksud dan berhasil mendapatkan tunggangan. Ia kemudian kembali
kepada Rasulullah Saw dan memberitahukan hal tersebut. Rasulullah Saw lalu
bersabda,”Siapa yang menunjukkan orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala
seperti pahala yang didapatkan orang
yang melakukannya” [HR. Abu Dawud].
Pada
kesempatan lain beliau juga bersabda,”Siapa yang terhalang dari sikap lemah lembut
maka berarti dia telah terhalang dari kebaikan” [HR. Ibnu Majah].[Gema Insani,
2007, hal 128].
Ketika Muadz bin Jabbal akan dilantik sebagai Gubernur di
Yaman, Rasulullah berwasiat kepadanya;"Perbaharuilah
perahumu, sebab lautan yang akan dilalui sangatlah dalamnya, perbanyaklah bekal
karena perjalanan yang engkau tempuh sangatlah jauh, kurangilah beban karena
perjalanan menakutkan, ikhlaskan niat karena pengintai lebih tegas dan tajam
pengamatannya".
Imam An
Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 10 dengan
judul “Bersegera Kepada Kebaikan
Dan Menganjurkan Kepada Orang Yang Menuju Kebaikan Supaya Menghadapinya Dengan
Sungguh-sungguh Tanpa Keragu-raguan”
mengungkapkan bentuk-bentuk kebaikan yang harus disegerakan;
Allah Ta'ala berfirman:"Maka
berlomba-lombalah engkau sekalian untuk mengerja-kan berbagai kebaikan." (al-Baqarah:
148)
Allah Ta'ala berfirman
pula: "Dan
bersegeralah engkau sekalian menuju pada pengampunan dari Tuhanmu dan juga
memasuki syurga yang luasnya adalah seperti langit dan bumi, disediakan untuk
orang-orang yang bertaqwa." (ali-lmran:
133)
Adapun Hadis-hadisnya
ialah:
Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bersegeralah engkau sekalian untuk
melakukan amalan-amalan - yang bagus-bagus - sebelum datangnya bermacam-macam
fitnah yang diumpamakan sebagai potongan-potongan dari malam yang gelap
gulita."
Berpagi-pagi seseorang
itu menjadi orang mu'min dan bersore-sore menjadi orang kafir, ada lagi yang
bersore-sore masih sebagai seorang mu'min, tetapi berpagi-pagi telah menjadi
seorang kafir. Orang itu menjual agamanya dengan harta dari keduniaan."
(Riwayat Muslim)
Dari Abu Sirwa'ah yaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a., katanya:
"Saya bersembahyang di belakang Nabi s.a.w. di Madinah yakni shalat
'ashar. Kemudian setelah bersalam lalu berdiri bergegas-gegas, terus melangkahi
leher orang-orang banyak untuk menuju ke salah satu bilik isterinya.
Orang-orang banyak yang takut karena melihat bergegas-gegasnya beliau itu.
Selanjutnya Nabi s.a.w. keluar lagi menemui sahabat-sahabatnya itu lalu
mengetahui bahwa mereka itu benar-benar terheran-heran karena bergegas-gegasnya
tadi. Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Saya ingat pada
sepotong emas yang ada di tempatku, maka saya tidak senang kalau benda itu
mengganggu fikiranku - untuk menghadap Allah Ta'ala. Oleh sebab itu saya
menyuruh supaya benda tadi dibagi-bagikan." (Riwayat Bukhari).
Dan disebutkan dalam
riwayat Imam Bukhari yang lain demikian: "Saya meninggalkan di rumah
sepotong emas dari hasil sedekah, maka saya tidak senang kalau sampai
menginapkannya."
Dari Jabir r.a.,
katanya: Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w. pada hari perang Uhud:
"Bagaimanakah pendapat Tuan jikalau saya terbunuh, di manakah
tempatku?" Nabi s.a.w. bersabda:"Dalam syurga."
Orang tersebut lalu
melemparkan beberapa buah kurma yang masih di tangannya kemudian berperang
sehingga ia dibunuh - mati syahid." (Muttafaq 'alaih).
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata:
"Ya Rasulullah, sedekah manakah yang teragung pahalanya?" Beliau
s.a.w. bersabda: "Yaitu
jikalau engkau bersedekah, sedangkan engkau itu masih sehat dan sebenarnya
engkau kikir - merasa sayang mengeluarkan sedekah itu, karena takut menjadi
fakir dan engkau amat mengharap-harapkan untuk menjadi kaya. Tetapi janganlah
engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan lalu
berkata: "Untuk si Fulan itu, yang ini dan untuk si Fulan ini, yang itu,
sedangkan orang yang engkau maksudkan itu telah memiliki apa yang hendak kau
berikan." (Muttafaq 'alaih).
Dari
Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil pedangnya pada hari perang
Uhud, kemudian bersabda: "Siapakah yang suka mengambil pedang ini
daripadaku?" Orang-orang sama mengacungkan tangannya masing-masing, yakni
setiap orang dari sahabat-sahabat itu berbuat demikian sambil berkata:
"Saya, saya." Beliau berkata lagi: "Siapakah yang dapat
mengambilnya dengan menunaikan haknya?" Orang-orang semuanya berdiam diri.
Selanjutnya Abu Dujanah - namanya sendiri Simak bin Kharsah - berkata:
"Saya dapat mengambil pedang itu dengan menunaikan haknya." Pedang
itu lalu digunakan oleh Abu Dujanah untuk memenggal kepala-kepala kaum
musyrikin." (Riwayat Muslim)
Dari Zubair bin 'adiy,
katanya: "Kita semua mendatangi Anas bin Malik r.a., kemudian kita
mengadukan padanya perihal apa yang kita temui dari perlakuan Hajjaj - seorang
panglima dari dinasti Bani Umayyah dan ia adalah seorang zalim, lalu Anas
berkata: "Bersabarlah engkau sekalian, sebab sesungguhnya saja tidaklah
datang sesuatu zaman melainkan apa yang sesudahnya itu tentu lebih buruk
daripada zaman itu sendiri, demikian itu sehingga engkau sekalian menemui
Tuhanmu. Ucapan semacam ini pernah saya dengar dari Nabimu sekalian s.a.w.
(Riwayat Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersegeralah engkau sekalian melakukan
amalan-amalan -yang baik - sebelum datangnya tujuh macam perkara. Apakah engkau
sekalian menantikan - enggan melakukan dulu, melainkan setelah tibanya
kefakiran yang melalaikan, atau tibanya kekayaan yang menyebabkan kecurangan,
atau tibanya kesakitan yang merusakkan, atau tibanya usia tua yang menyebabkan
ucapan-ucapan yang tidak keruan lagi, atau tibanya kematian yang mempercepatkan
- lenyapnya segala hal, atau tibanya Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruk
makhluk ghaib yang ditunggu, atau tibanya hari kiamat, maka hari kiamat itu
adalah lebih besar bencananya serta lebih pahit penanggunggannya." Diriwayatkan oleh ImamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini
adalah Hadis hasan.
Dari Abu Hurairah r.a.
pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda pada hari perang
Khaibar:"Niscayalah bendera ini akan kuberikan kepada seseorang leiaki
yang mencintai Allah dan RasulNya, Allah akan membebaskan - beberapa benteng
musuh - atas kedua tangannya."
Umar r.a. berkata:
"Saya tidak menginginkan keimarahan -kepemimpinan di medan perang -
melainkan pada hari itu belaka kemudian saya bersikap untuk menonjolkan diri
pada Nabi s.a.w. dengan harapan agar saya dipanggil untuk memegang bendera itu.
Tiba-tiba Rasulullah
s.a.w. memanggil Ali bin Abu Thalib r.a., lalu memberikan bendera tadi padanya
dan beliau s.a.w. bersabda:"Berjalanlah dan jangan menoleh-noleh lagi
sehingga Allah akan membebaskan - benteng-benteng musuh - atasmu."
Ali berjalan beberapa
langkah kemudian berhenti dan tidak menoleh, kemudian berteriak: "Ya Rasulullah, atas dasar
apakah saya akan memerangi para manusia?" Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Perangilah mereka
sehingga mereka suka menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah. Apabila orang itu telah berbuat
demikian, maka tercegahlah mereka itu daripadamu, baik darah dan harta mereka, melainkan dengan haknya, sedang
hisab mereka itu adalah tergantung pada Allah." (Riwayat Muslim).
Maksud dari Hadis di
atas itu ialah bahwa yang diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada Sayidina
Ali r.a. dan seluruh pasukannya ialah memerangi manusia-manusia musyrik yakni
yang menyembah selain Allah atau yang tidak mempercayai adanya Allah serta
keesaanNya dan tidak pula mempercayai tentang diutusnya Nabi Muhammad s.a.w.
Tetapi apabila mereka suka mengikuti seruan agama Islam yang benar, samasekali
tidak boleh diganggu, baik keselamatan jiwa ataupun harta mereka.
Namun demikian, manakala
hak atau ketentuan agama Islam menghendaki, boleh saja seseorang itu
dibunuh,seperti orang yang sengaja membunuh orang lain. Jadi sekalipun sudah
masuk Islam wajib pula dibunuh sebagai qishash atau balasan pembunuhannya.
Demikian pula seperti dipotong tangan karena mencuri yang sudah mencapai batas
untuk bolehnya dipotong ataupun diberi hukuman pukul (didera) serta dirajam,
menurut ketentuannya sendiri-sendiri, jika melakukan perzinaan dan lain-lain
lagi. Inilah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi s.a.w."Kecuali dengan
haknya."
Mengenai hisab atau
perhitungan amal perbuatan mereka adalah menjadi urusan Allah Ta'ala sendiri.
Perlu dimaklumi bahwa
golongan Ahlulkitab yakni kaum yang beragama Nasrani atau Yahudi, tidak boleh
secara langsung diperangi. Mereka diperbolehkan memilih salah satu di antara
dua hal yakni membayar pajak. Ini adalah pilihan yang pertama. Jika mereka suka
melaksanakan itu, merekapun wajib dilindungi keselamatan diri dan hartanya.
Tetapi jikalau enggan, maka pilihan kedua boleh dilaksanakan, yaitu boleh
diperangi.
Termasuk hal kebaikan adalah bersegera
bertaubat setelah melakukan dosa atau maksiat kepada Allah, menunda-nunda
taubat akan mencelakakan diri sendiri.
Abu Dzar ra, meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw pernah berkata kepadanya,”Saya
baru saja didatangi oleh seorang malaikat yang memberitakan kabar gembira,
yaitu bahwa siapasaja dari umatku yang meninggal dalam keadaan tidak
mempersekutukan Allah swt dengan sesuatu apapun maka dia pasti akan masuk
syurga.”
Abu
Dzar lalu bertanya,”Walaupun orang itu
mencuri dan berzina?”. Rasulullah saw, menjawab,”Ya, Walaupun dia pernah
berzina dan mencuri.”.
Dalam
hadits lain beliau bersabda,”Siapa yang
bertaubat sebelum matahari terbit dari sebelah Barat, maka Allah akan menerima
taubatnya” [HR. Muslim].[Gema Insani, 2007, hal 117].
Taubat
yang dilakukan oleh seorang muslim tentu berharap agar kesalahan dan dosa yang
dilakukan diampuni Allah dengan ketentuan yang diatur dalam islam, ampunan
Allah sangat diharapkan sekali agar hati pelaku dosa menjadi tenang dan
tidak dikejar-kejar oleh dosa yang membayangi hidupnya.
Dr Abdul Mannan dalam tulisannya
mengemukakan sejarah yang terjadi di zaman Rasulullah yang berkaitan dengan
taubat, yaitu taubat yang mustajab, diampuni Allah.
Dalam
kitab Al-Firasah karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, yang diterjemahkan menjadi
'Keajaiban Firasat', ada satu peristiwa yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i
yang patut kita renungkan, yakni bagaimana seorang pelaku dosa seketika
diampuni oleh Allah dan rasul-Nya.
Pernah
ada seorang wanita yang telah diperkosa oleh seorang laki-laki di kegelapan
malam menjelang masuknya waktu Subuh. Tak lama berselang, melintas pula
laki-laki lain dan mendapati wanita itu tengah meminta pertolongan, hingga ia
pun berusaha menolongnya. Pemerkosa wanita tadi telah kabur.
Pada
saat lelaki itu hendak mendekati, melintas pula sekelompok laki-laki lain dan
mendengar wanita itu minta tolong kepada mereka. Kemudian, mereka menangkap
lelaki yang hendak menolong wanita itu, sedangkan lelaki yang memperkosa wanita
itu terlewatkan oleh mereka.
Maka,
dibawalah laki-laki itu kepada Rasulullah dan mengabarkan kepada Beliau bahwa
ia telah memperkosa wanita tersebut. Dan, mereka mengabarkan bahwa laki-laki
itu ditangkapnya dengan susah payah.
Tetapi,
lelaki itu menyangkal seraya berkata, "Justru aku hendak menolongnya,
tetapi mereka salah orang. Mereka akhirnya mengejar dan menangkapku. Wanita itu
berkata, "Dusta, dialah yang telah memperkosaku."
Rasulullah
kemudian berkata, "Bawalah ia dan rajamlah." Tetapi, datang seorang
lelaki lain dan berkata, "Jangan rajam ia, rajamlah aku. Karena, akulah
yang telah melakukan pemerkosaan terhadapnya." Lalu, ia mengakui dan
menceritakan semua perbuatannya.
Kemudian,
Rasulullah berkata kepada wanita yang diperkosa, "Engkau telah
diampuni." Kepada orang yang hendak menolong, Beliau hanya menasihatinya.
Kemudian, Umar RA berkata, "Rajamlah orang yang telah berbuat zina."
Akan tetapi, Rasulullah menolaknya dan berkata, "Tidak perlu, karena ia
telah bertobat."
Imam
Ahmad meriwayatkan, "Lalu mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, rajamlah
ia'!" Beliau menjawab, "Ia telah melakukan tobat, yang seandainya
penduduk Madinah melakukannya, pasti Allah akan menerima tobat mereka."
Allah
sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang bertobat dan pasti akan mengampuni dosa
orang-orang yang mau bertobat. Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa,
tetapi bertobat." (HR Ahmad).[Dr
Abdul Mannan
Allah Maha Menerima Tobat ,Republika.co.id.Sabtu, 06 Agustus 2011
11:23 WIB].
Sepanjang kehidupan yang kita lalui, bila dalam satu
hari saja kita berbuat dosa satu maka dalam setahun sudah tigapuluh dosa kita,
dalam satu jam saja kita berdosa berarti duapuluh empat dosa yang kita kerjakan
dalam sehari semalam, apalagi bila kita berdosa setiap menit, setiap detik,
sudah berapa dosa kita, kalaulah setiap dosa yang kita kerjakan nampak di
hadapan kita, bisa dipastikan dalam seumur hidup kita sudah menggununglah dosa
yang kita kerjakan. Dari sekian dosa dan kesalahan itu berapa kali dalam sehari
semalam kita bertaubat dan memohon ampun kepada Allah ?
Rasulullah
adalah suri tauladan bagi seluruh umat, dimana kita ketahui bahwasanya
Rasulullah senantiasa mengajarkan manusia pada kebaikan, kita tahu bahwasanya
Beliau adalah seorang hamba yang sudah diampuni setiap dosa selama masa
hidupnya, akan tetapi beliau senantiasa memohon ampunan kepada Allah, bahkan
Rasulullah setiap harinya beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah sebanyak
70 sampai 100 kali dalam sehari sebagaimana dijelaskan dalam dua hadis shahih. Dari
Abu Hurairah RA berkata, ia mendengar Rasulullah SAWbersabda “Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar
dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR
Bukhari).
Rasulullah
SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah
karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.”
(HR Muslim).
Dalam hal kebaikan seorang muslim tidak boleh
menunda-nundanya, pekerjaan hari ini harus diselesaikan hari ini karena
pekerjaan besok banyak lagi yang harus dikerjakan, sehingga Rasul mengajak
ummatnya untuk memperhatikan lima hal sebelum
datang lima hal lainnya yaitu sewaktu masih hidup sebelum datangnya saat
kematian, ketika masih ada waktu sempat sebelum datang saatnya waktu sempit,
saat masih kaya sebelum datang saat miskin, ketika masih muda sebelum datang
waktu tua, dan saat masih sehat sebelum datang saat sakit, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 28 Syawal
1434.H/04 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar