RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Larangan Terhadap Kebid'ahan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Seorang
hamba Allah yang telah rela mengangkat saksi, ”Tidak ada Ilah selain dari Allah dan Muhammad utusan Allah”, maka
dipundaknya terpikul kewajiban untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah, baik
secara umum maupun secara khusus, Allah berfirman;”Tidak Kami ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku’’ [Adz
Dzariyat;56].
Kewajiban beribadah itu juga dituntun agar ibadah yang dilakukan itu sesuai dengan
peintah Allah dan sunnah Rasulullah. Janganlah kita beramal itu hanya sebatas
membayar hutang lalu lepas kewajiban, kerjakanlah ibadah itu dengan sempurnya
sehingga sempurna pula pahala yang akan diterima, sebagaimana kesempurnaan
islam itu; "Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu' [Al Maidah 5;3]
Ibadah yang dilakukan harus mencontoh praktek
ibadah yang sudah dituntunkan oleh Rasulullah, jangan sampai men gikuti praktek
ibadah yang lain apalagi praktek ibadah yang dibuat-buat sendiri, Allah
berfirman; "Dan ikutilah sebaik-baik apa yang Telah diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak
menyadarinya' [Az Zumar 39;55]
Ibadah yang disunnahkan Rasulullah kepada kita
untuk mengerjakannya agar dilaksanakan dengan tepat artinya sesuai dengan
target, tujuan dan waktunya. Semaraknya
orang ke masjid untuk shalat tarawih
karena memang waktunya tepat hal itu terjadi dibulan Ramadhan."Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya" [Al Hasr 59;7]
Ujud ketaatan kepada Allah juga harus diiringi
dengan ketaatan kepada Rasul, apa yang diperintahkan oleh Rasulullah kemudian
dilaksanakan maka samalah artinya taat kepada Allah dan sebaliknya. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ucapan yang
paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup
Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang
diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan
(menjurus) ke neraka" (HR. Muslim)
Praktek ibadah yang diada-adakan inilah yang
disebut dengan bid'ah, yaitu melakukan ibadah tapi tidak mengikuti contoh dari Rasulullah, cendrung mengikuti
ibadah yang tidak jelas sumbernya, diada-adakan oleh orang-orang terdahulu
dengan sadar atau tidak, maka perbuatan ini tidak diperhitungkan pahalanya
bahkan dianggap sesat, sikap yang baik ialah berhati-hati dan membuat jarak
dengan ahli bid'ah ini selain menjaga diri sendiri juga untuk menyelamatkan
orang lain, Rasulullah memberikan pengertian kepada kita, "Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam
agamanya dan ahli bid'ah sesudah aku (Rasulullah Saw) tiada maka tunjukkanlah
sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan kata
tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak
(citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid'ah
mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan
derajat kamu di akhirat." (HR. Ath-Thahawi)
Imam An
Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 18 dengan
judul “Larangan Terhadap Kebid'ahan-kebid'ahan Dan Perkara-perkara Yang
Diada-adakan”
Allah Ta'ala berfirman:"Maka
apa yang ada di luar kebenaran itu, tiada lain hanyalah kesesatan belaka."
(Yunus: 32).
Allah Ta'ala berfirman
lagi:"Tidaklah Kami alpakan sedikitpun dalam al-Kitab- maksudnya: Tidak
perlu ditambah yang baru, sebab dalam al-Kitab sudah cukup." (al-An'am:
38)
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Jikalau engkau semua berselisih dalam sesuatu hal, maka kembalikanlah
itu kepada Allah, dan RasulNya." Yakni al-Kitab dan as-Sunnah.
(an-Nisa': 59)
Juga Allah Ta'ala
berfirman:"Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah.
Dan janganlah engkau semua mengikuti jalan-jalan - yang lain-lain, karena nanti
engkau semua dapat terpisah dari jalan Allah." (al-An'am: 153)
Allah Ta'ala berfirman
lagi:"Katakanlah - hai Muhammad: "Jikalau engkau semua mencintai
Allah, maka ikutilah saya, maka Allah pasti mencintai engaku semua dan pula
mengampuni dosa-dosamu." (ali-lmran: 31)
Adapun Hadis-hadis yang
menguraikan bab ini amat banyak pula, juga masyhur-masyhur. Maka itu akan kami
ringkaskan dengan mengutip beberapa Hadis saja, di antaranya ialah:
Dari Aisyah radhiallahu
'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang
mengada-adakan dalam perkara - agama -kita ini akan sesuatu yang semestinya
tidak termasuk dalam agama itu, maka hal itu wajib ditolak."(Muttafaq
'alaih).
Dalam riwayat Imam
Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu amalan
yang atasnya itu tidak ada perintah kami - maksudnya perintah agama, maka
amalan itu wajib ditolak."
Wajib ditolak, artinya
samasekali tidak boleh diterima, karena merupakan hal yang bathil, sebab memang
tidak termasuk urusan agama, tetapi diada-adakan sendiri oleh manusia.
Hadis ini menunjukkan
bahwa sesuatu yang tidak diberi keterangan oleh Allah dan RasulNya, lalu
diada-adakan itu wajib tidak kita terima atau wajib kita tolak mentah-mentah.
Ini apabila bersangkutan dalam soal peribadatan. Kalau dalam urusan keduniaan,
maka Nabi s.a.w. sendiri telah memberi kebebasan untuk mengikhtiarkan mana yang
terbaik dalam anggapan kita, asalkan tidak melanggar hal-hal yang diharamkan
oleh Allah. Nabi
Muhammad s.a.w. telah bersabda:"Engkau
sekalian adalah lebih
mengerti tentang urusan duniamu."
Dari Jabir r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berkhutbah maka merah padamlah
kedua matanya, keras suaranya, sangat marahnya, sehingga seolah-olah beliau itu
seorang komandan tentara yang menakut-nakuti, sabdanya: "Pagi-pagi ini
musuh akan menyerang engkau semua," atau "sore ini musuh akan
menyerang engkau semua." Beliau bersabda pula: "Saya diutus sedang
jarak terutusku dengan tibanya hari kiamat itu bagaikan dua jari ini." Beliau
merapatkan antara jari telunjuk dan jari tengah. Beliau bersabda pula:
"Amma ba'd. Maka sesungguhnya sebaik-baik uraian adalah Kitabullah -
al-Quran - dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad s.a.w., sedang
seburuk-buruk perkara - agama - ialah hal-hal yang diada-adakan sendiri dan
semua kebid'ahan itu adalah sesat." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
"Saya adalah lebih berhak terhadap setiap orang mu'min daripada dirinya
sendiri. Barangsiapa meninggalkan harta, maka itu adalah hak dari keluarganya,
tetapi barangsiapa yang meninggalkan hutang atau tanggungan - keluarga dan
anak-anak yang ditinggalkan, maka itu adalah kepadaku atau menjadi
tanggunganku." (Riwayat Muslim).
Syaikh Shalih bin Fauzan dalam bukunya, al-Bid'ah,
ta'rifuha, ahwa`uha, hal. 7 mengatakan, "Semua bid'ah dalam Agama,
hukumnya haram dan sesat, karena Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : "Hendaklah
kalian menjauhi ajaran-ajaran Agama yang dibuat-buat, karena sesungguhnya
tiap-tiap ajaran yang dibuat-buat itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu
adalah sesat." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :"Barangsiapa
yang membuat-buat ajaran baru dalam Agama kami ini, apa yang bukan darinya,
maka itu adalah tertolak." (al-Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat lain :"Barangsiapa yang
melaksanakan suatu amalan yang tidak didasari oleh Agama kami, maka amal
tersebut tertolak." (HR Muslim).
Hadits-hadits ini dengan sangat jelas mengatakan bahwa semua
bid'ah adalah sesat, maka itu artinya semua bid'ah itu haram.
Di antara bid'ah yang ada, ada yang bisa mengantarkan
pelakunya kepada kekufuran, seperti: thawaf pada kubur untuk bertaqarrub,
atau mempersembahkan sembelihan dan nadzar untuk kubur. Dan di antaranya
termasuk sarana kemusyrikan (wasa`il syirik), seperti membangun bangunan
di atas kubur, serta shalat dan berdoa di kuburan, kecuali tentu saja tata cara
yang diajarkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.
Sesungguhnya telah sangat jelas dari ayat, hadits dan
perkataan para ulama mutaqaddimin maupun mutakhkhirin. Dan sangat
jelas pula bahwa semua bid'ah, baik yang berbentuk keyakinan atau yang
berbentuk ibadah amaliyah, semuanya adalah sesat yang wajib ditinggalkan oleh
semua kaum Muslimin. [Drs. Hartono Ahmad Jaiz, semua bid’ah itu sesat, Rabu,
Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta.
Diposting oleh Wandy Hazar S.Pd.I].
Bid'ah juga
hidup dilingkungan ulama yang pembangun
fanatisme buta, pengertian fanatik sering dipakai orang dalam bidang
agama dengan arti berpedoman atau berpegang teguh kepada keyakinan,
bagaimanapun cobaan datang bahkan nyawanyapun terancam maka dia tetap tidak
melepaskan keyakinannya, sangat cinta kepada agama sebagai pandangan hidup yang
harus dijaga, biarlah hidup terkungkung dalam penjara tapi kecintaannya kepada
islam tidak akan luntur, bisa saja ketika mulutnya membenci islam karena penderitaan yang
dirasakan tapi hatinya tetap mencintai islam. Sifat ini sangat diperlukan dalam
beragama, orang yang tidak fanatik kepada agama yang dianutnya maka diragukan
keagamaannya, orang yang tidak fanatik kepada islam sangat diragukan
eksistensinya.
Lain halnya dengan fanatisme yaitu fanatik buta kepada
agama, dia hanya cinta kepada fahamnya saja sehingga tidak mau mendengar
apalagi menerima pendapat orang lain. Faham ini cendrung membentuk ajaran dan
faham baru yang menjadi sempalan dalam islam yang menganggap orang lain yang
berada diluar golongannya sesat. Ulama yang membentuk faham fanatisme ini bukan
saja sesat tapi menyesatkan orang lain, tentu saja ajarannya diluar Al Qur’an
dan Sunnah, walaupun mereka selalu berkoar-koar bahwa semua ibadah yang dia
lakukan mengikuti Al Qur'an dan sunnah.
Umumnya kita sebagai ummat islam walaupun sudah berpendidikan hingga
sarjana tapi enggan untuk mengkaji dan menelaah ajaran islam dengan baik,
bahkan kita cendrung hanya mengikuti pendapat orang-orang terdahulu yang
sandarannya tidak jelas, mereka menerima ajaran islam khususnya ibadah secara
turun temurun secara membabi buta tanpa mempelajarinya lagi sumber rujukannya,
maka hal ini akan membuat ibadah
seseorang tidak jelas kemara arahnya dan dari mana asalnya, padahal Rasulullah
mengingatkan kita dalam sabbanya " Kamu akan mengikuti perilaku
orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta,
sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya. Para
sahabat lantas bertanya, "Siapa 'mereka' yang baginda maksudkan itu, ya
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani." (HR.
Bukhari)
Cobalah kita lihat ibadah sejak
dari bersuci, adzan, shalat, puasa dan amalan lainnya yang dilakukan ummat islam baik di kota
apalagi di desa, banyak yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah, nampaknya
ibadah tapi sebenarnya adat, sepertinya sunnah tapi sebenarnya bid'ah, sehingga
betapa besar kerugian yang dibuatnya, hanya menghabiskan waktu, tenaga dan dana
mungkin dalam melaksanakan ibadah tapi hasilnya malah sesat dan menyesatkan,
bila sesat dan menyesatkan maka Rasul menyatakan pastinya masuk neraka, ironi
jadinya, dengan ibadah tapi malah mengantarkan ke neraka tidak ke syurga, hanya
karena amalan itu berbumbu bid'ah, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa menipu umatku maka
baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Ditanyakan, "Ya
Rasulullah, apakah pengertian tipuan umatmu itu?" Beliau menjawab,
"Mengada-adakan amalan bid'ah, lalu melibatkan orang-orang kepadanya."
(HR. Daruquthin dari Anas).
Padahal banyak buku-buku Fiqh beredar di masyarakat
seperti Fiqh Islam karangan Sulaiman Rasyid, Fiqh Sunnah buah pena Sayid Sabiq,
dan beberapa buku fiqh yang dikupas oleh Yusuf Al Qardhawi. Wallahu a’lam
[Cubadak Pianggu Solok, 29 Syawal 1434.H/05 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar