Jumat, 22 November 2013

60.18 Larangan Terhadap Kebid'ahan




RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]


Larangan Terhadap Kebid'ahan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Seorang hamba Allah yang telah rela mengangkat saksi, ”Tidak ada Ilah selain dari Allah dan Muhammad utusan Allah”, maka dipundaknya terpikul kewajiban untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah, baik secara umum maupun secara khusus, Allah berfirman;”Tidak Kami ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku’’ [Adz Dzariyat;56].
           
Kewajiban beribadah itu juga dituntun agar  ibadah yang dilakukan itu sesuai dengan peintah Allah dan sunnah Rasulullah. Janganlah kita beramal itu hanya sebatas membayar hutang lalu lepas kewajiban, kerjakanlah ibadah itu dengan sempurnya sehingga sempurna pula pahala yang akan diterima, sebagaimana kesempurnaan islam itu; "Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu' [Al Maidah 5;3]

Ibadah yang dilakukan harus mencontoh praktek ibadah yang sudah dituntunkan oleh Rasulullah, jangan sampai men gikuti praktek ibadah yang lain apalagi praktek ibadah yang dibuat-buat sendiri, Allah berfirman; "Dan ikutilah sebaik-baik apa yang Telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya' [Az Zumar 39;55]

Ibadah yang disunnahkan Rasulullah kepada kita untuk mengerjakannya agar dilaksanakan dengan tepat artinya sesuai dengan target,  tujuan dan waktunya. Semaraknya orang ke masjid untuk  shalat tarawih karena memang waktunya tepat hal itu terjadi dibulan Ramadhan."Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya" [Al Hasr 59;7]

Ujud ketaatan kepada Allah juga harus diiringi dengan ketaatan kepada Rasul, apa yang diperintahkan oleh Rasulullah kemudian dilaksanakan maka samalah artinya taat kepada Allah dan sebaliknya. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka" (HR. Muslim)

Praktek ibadah yang diada-adakan inilah yang disebut dengan bid'ah, yaitu melakukan ibadah tapi tidak mengikuti  contoh dari Rasulullah, cendrung mengikuti ibadah yang tidak jelas sumbernya, diada-adakan oleh orang-orang terdahulu dengan sadar atau tidak, maka perbuatan ini tidak diperhitungkan pahalanya bahkan dianggap sesat, sikap yang baik ialah berhati-hati dan membuat jarak dengan ahli bid'ah ini selain menjaga diri sendiri juga untuk menyelamatkan orang lain, Rasulullah memberikan pengertian kepada kita, "Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bid'ah sesudah aku (Rasulullah Saw) tiada maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan kata tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid'ah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat." (HR. Ath-Thahawi)

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 18 dengan judulLarangan Terhadap Kebid'ahan-kebid'ahan Dan Perkara-perkara Yang Diada-adakan”

Allah Ta'ala berfirman:"Maka apa yang ada di luar kebenaran itu, tiada lain hanyalah kesesatan belaka." (Yunus: 32).

Allah Ta'ala berfirman lagi:"Tidaklah Kami alpakan sedikitpun dalam al-Kitab- maksudnya: Tidak perlu ditambah yang baru, sebab dalam al-Kitab sudah cukup." (al-An'am: 38)

Allah Ta'ala berfirman pula:"Jikalau engkau semua berselisih dalam sesuatu hal, maka kembalikanlah itu kepada Allah, dan RasulNya." Yakni al-Kitab dan as-Sunnah. (an-Nisa': 59)

Juga Allah Ta'ala berfirman:"Dan sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah. Dan janganlah engkau semua mengikuti jalan-jalan - yang lain-lain, karena nanti engkau semua dapat terpisah dari jalan Allah." (al-An'am: 153)

Allah Ta'ala berfirman lagi:"Katakanlah - hai Muhammad: "Jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah saya, maka Allah pasti mencintai engaku semua dan pula mengampuni dosa-dosamu." (ali-lmran: 31)

Adapun Hadis-hadis yang menguraikan bab ini amat banyak pula, juga masyhur-masyhur. Maka itu akan kami ringkaskan dengan mengutip beberapa Hadis saja, di antaranya ialah:

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perkara - agama -kita ini akan sesuatu yang semestinya tidak termasuk dalam agama itu, maka hal itu wajib ditolak."(Muttafaq 'alaih).

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu amalan yang atasnya itu tidak ada perintah kami - maksudnya perintah agama, maka amalan itu wajib ditolak."
Wajib ditolak, artinya samasekali tidak boleh diterima, karena merupakan hal yang bathil, sebab memang tidak termasuk urusan agama, tetapi diada-adakan sendiri oleh manusia.

Hadis ini menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak diberi keterangan oleh Allah dan RasulNya, lalu diada-adakan itu wajib tidak kita terima atau wajib kita tolak mentah-mentah. Ini apabila bersangkutan dalam soal peribadatan. Kalau dalam urusan keduniaan, maka Nabi s.a.w. sendiri telah memberi kebebasan untuk mengikhtiarkan mana yang terbaik dalam anggapan kita, asalkan tidak melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda:"Engkau   sekalian   adalah   lebih   mengerti   tentang   urusan duniamu."

Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berkhutbah maka merah padamlah kedua matanya, keras suaranya, sangat marahnya, sehingga seolah-olah beliau itu seorang komandan tentara yang menakut-nakuti, sabdanya: "Pagi-pagi ini musuh akan menyerang engkau semua," atau "sore ini musuh akan menyerang engkau semua." Beliau bersabda pula: "Saya diutus sedang jarak terutusku dengan tibanya hari kiamat itu bagaikan dua jari ini." Beliau merapatkan antara jari telunjuk dan jari tengah. Beliau bersabda pula: "Amma ba'd. Maka sesungguhnya sebaik-baik uraian adalah Kitabullah - al-Quran - dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad s.a.w., sedang seburuk-buruk perkara - agama - ialah hal-hal yang diada-adakan sendiri dan semua kebid'ahan itu adalah sesat." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Saya adalah lebih berhak terhadap setiap orang mu'min daripada dirinya sendiri. Barangsiapa meninggalkan harta, maka itu adalah hak dari keluarganya, tetapi barangsiapa yang meninggalkan hutang atau tanggungan - keluarga dan anak-anak yang ditinggalkan, maka itu adalah kepadaku atau menjadi tanggunganku." (Riwayat Muslim).

Syaikh Shalih bin Fauzan dalam bukunya, al-Bid'ah, ta'rifuha, ahwa`uha, hal. 7 mengatakan, "Semua bid'ah dalam Agama, hukumnya haram dan sesat, karena Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :  "Hendaklah kalian menjauhi ajaran-ajaran Agama yang dibuat-buat, karena sesungguhnya tiap-tiap ajaran yang dibuat-buat itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu adalah sesat." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). 

Dan Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :"Barangsiapa yang membuat-buat ajaran baru dalam Agama kami ini, apa yang bukan darinya, maka itu adalah tertolak." (al-Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat lain :"Barangsiapa yang melaksanakan suatu amalan yang tidak didasari oleh Agama kami, maka amal tersebut tertolak." (HR Muslim). 

Hadits-hadits ini dengan sangat jelas mengatakan bahwa semua bid'ah adalah sesat, maka itu artinya semua bid'ah itu haram. 

Di antara bid'ah yang ada, ada yang bisa mengantarkan pelakunya kepada kekufuran, seperti: thawaf pada kubur untuk bertaqarrub, atau mempersembahkan sembelihan dan nadzar untuk kubur. Dan di antaranya termasuk sarana kemusyrikan (wasa`il syirik), seperti membangun bangunan di atas kubur, serta shalat dan berdoa di kuburan, kecuali tentu saja tata cara yang diajarkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam. 

Sesungguhnya telah sangat jelas dari ayat, hadits dan perkataan para ulama mutaqaddimin maupun mutakhkhirin. Dan sangat jelas pula bahwa semua bid'ah, baik yang berbentuk keyakinan atau yang berbentuk ibadah amaliyah, semuanya adalah sesat yang wajib ditinggalkan oleh semua kaum Muslimin. [Drs. Hartono Ahmad Jaiz, semua bid’ah itu sesat, Rabu, Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Wandy Hazar S.Pd.I].

Bid'ah juga hidup dilingkungan ulama yang pembangun fanatisme buta, pengertian fanatik sering dipakai orang dalam bidang agama dengan arti berpedoman atau berpegang teguh kepada keyakinan, bagaimanapun cobaan datang bahkan nyawanyapun terancam maka dia tetap tidak melepaskan keyakinannya, sangat cinta kepada agama sebagai pandangan hidup yang harus dijaga, biarlah hidup terkungkung dalam penjara tapi kecintaannya kepada islam tidak akan luntur, bisa saja ketika mulutnya  membenci islam karena penderitaan yang dirasakan tapi hatinya tetap mencintai islam. Sifat ini sangat diperlukan dalam beragama, orang yang tidak fanatik kepada agama yang dianutnya maka diragukan keagamaannya, orang yang tidak fanatik kepada islam sangat diragukan eksistensinya.

            Lain halnya dengan fanatisme yaitu fanatik buta kepada agama, dia hanya cinta kepada fahamnya saja sehingga tidak mau mendengar apalagi menerima pendapat orang lain. Faham ini cendrung membentuk ajaran dan faham baru yang menjadi sempalan dalam islam yang menganggap orang lain yang berada diluar golongannya sesat. Ulama yang membentuk faham fanatisme ini bukan saja sesat tapi menyesatkan orang lain, tentu saja ajarannya diluar Al Qur’an dan Sunnah, walaupun mereka selalu berkoar-koar bahwa semua ibadah yang dia lakukan mengikuti Al Qur'an dan sunnah.

Umumnya kita sebagai ummat islam walaupun sudah berpendidikan hingga sarjana tapi enggan untuk mengkaji dan menelaah ajaran islam dengan baik, bahkan kita cendrung hanya mengikuti pendapat orang-orang terdahulu yang sandarannya tidak jelas, mereka menerima ajaran islam khususnya ibadah secara turun temurun secara membabi buta tanpa mempelajarinya lagi sumber rujukannya, maka hal ini  akan membuat ibadah seseorang tidak jelas kemara arahnya dan dari mana asalnya, padahal Rasulullah mengingatkan kita dalam sabbanya " Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya. Para sahabat lantas bertanya, "Siapa 'mereka' yang baginda maksudkan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani." (HR. Bukhari)

Cobalah kita lihat ibadah sejak dari bersuci, adzan, shalat, puasa dan amalan lainnya  yang dilakukan ummat islam baik di kota apalagi di desa, banyak yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah, nampaknya ibadah tapi sebenarnya adat, sepertinya sunnah tapi sebenarnya bid'ah, sehingga betapa besar kerugian yang dibuatnya, hanya menghabiskan waktu, tenaga dan dana mungkin dalam melaksanakan ibadah tapi hasilnya malah sesat dan menyesatkan, bila sesat dan menyesatkan maka Rasul menyatakan pastinya masuk neraka, ironi jadinya, dengan ibadah tapi malah mengantarkan ke neraka tidak ke syurga, hanya karena amalan itu berbumbu bid'ah, Rasulullah bersabda,  "Barangsiapa menipu umatku maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Ditanyakan, "Ya Rasulullah, apakah pengertian tipuan umatmu itu?" Beliau menjawab, "Mengada-adakan amalan bid'ah, lalu melibatkan orang-orang kepadanya." (HR. Daruquthin dari Anas).

Padahal  banyak buku-buku Fiqh beredar di masyarakat seperti Fiqh Islam karangan Sulaiman Rasyid, Fiqh Sunnah buah pena Sayid Sabiq, dan beberapa buku fiqh yang dikupas oleh Yusuf Al Qardhawi. Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 29 Syawal 1434.H/05 September 2013].





Tidak ada komentar:

Posting Komentar