PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
PAHALA
KEBAIKAN BERLIPAT GANDA
عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ
صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى :
إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ
هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً،
وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ
إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ
بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً،
وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً "
[رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]
Terjemah hadits / ترجمة
الحديث :
Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya
Yang Maha Suci dan Maha Tinggi : Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan
dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut : Siapa yang ingin
melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat
disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan
kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan
hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia
berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya
satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya
Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.(Riwayat Bukhori dan Muslim dalam
kedua shahihnya dengan redaksi ini).
Pelajaran.
1. Kasih sayang Allah
terhadap hamba-Nya yang beriman sangat luas dan ampunannya menyeluruh sedang
pemberian-Nya tidak terbatas.
2. Sesungguhnya apa yang
tidak kuasa oleh manusia, dia tidak diperhitungkan dan dipaksa menunaikannya.
3. Allah tidak
menghitung keinginan hati dan kehendak perbuatan manusia kecuali jika kemudian
dibuktikan dengan amal perbuatan dan praktik.
4. Seorang muslim
hendaklah meniatkan perbuatan baik selalu dan membuktikannya, diharapkan dengan
begitu akan ditulis pahalanya dan ganjarannya dan dirinya telah siap untuk
melaksanakannya jika sebabnya telah tersedia.
5.
Semakin besar tingkat keikhlasan semakin berlipat-lipat pahala dan ganjaran.
Pembahasan;
Dari segi usia ummat Muhammad adalah ummat yang berumur pendek bila
dibandingkan dengan ummat nabi sebelumnya, tapi dari segi amal tidak kalah
dengan ummat yang lalu seperti ibadah-ibadah berikut ini;
1.Nilai Shalat ditiga masjid
Ada tiga tempat yang bersejarah pada kehidupan beragama dalam islam, masing-masing
tempat itu memiliki keistimewaannya yaitu Masjidil Haram di Mekkah Al
Mukarramah, Masjid Nawabi di Madinah dan Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, pada
tempat ini nilai shalat didalamnya bagi yang melakukan memiliki pahala yang
berbeda sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah;
"Shalat di Masjidil
Haram senilai dengan seratus ribu shalat, shalat dalam masjidku
[Madinah] senilai dengan seribu, shalat dan shalat di Baitul Maqdis senilai
limaratus shalat" [HR. Baihaqi].
2.Pahala Infaq
Islam tidak
menginginkan harta kekayaan hanya beredar pada satu kaum atau golongan saja,
akan tetapi islam memberikan jalan keluarnya yang layak diikuti bagi
orang-orang yang telah meyakinkan kebenaran Risalah-Nya.
Jalan keluar tersebut dapat disebut dengan zakat, infaq,
wakaf ataupun sedekah, yaitu pemberian yang harus dikeluarkan kepada yang
berhak menerimanya. Harta yang dimiliki seseorang bukanlah mutlak semuanya
menjadi hak miliknya, dibalik itu terdapat harta anak yatim, harta fakir
miskin, serta untuk keperluan kaum muslimin lainnya.Allah berfirman tentang
menafkahkan harta di jalan yang benar dengan balasan berlipat ganda;”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan
harta mereka pada jalan Allah, adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. dan Allah melipatgandakan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah itu luas pemberian-Nya dan Dia
amat Mengetahui”. [Al Baqarah 2;261]
Ketika Rasulullah Saw mengeluarkan fatwa untuk
mendermakan harta di jalan Allah, terdapat seorang sahabat yang sangat papa.
Jangankan untuk sedekah, sedangkan untuk diri sendiri dia tidak punya. Sahabat
itu berkata, ”Ya, Rasulullah, bolehlah Abu Bakar, Umar atau Usman bersenang
hati untuk berderma di jalan Allah, tapi kami ini ya Rasul, orang yang sangat
miskin, apa yang harus kami berikan ?”
Kemudian Rasulullah memberikan kabar gembira bahwa
sedekah bukan sebatas harta yang harus dimiliki, salah satu sabda beliau yang
diriwayatkan oleh Ahmad, ”Setiap diri diwajibkan sedekah kepadanya tiap hari
dikala terbitnya matahari, diantaranya;
-Jika ia
mendamaikan diantara dua orang yang bermusuhan dengan adil, itulah sedekah.
-Bila ia menolong
seseorang untuk menaiki binatang tunggangannya, berarti sedekah.
-Mengangkatkan
barang-barang ke atas kendaraan itu juga sedekah.
-Menyingkirkan
rintangan duri di jalan adalah sedekah.
-Ucapan yang baik
kepada keluarga dan orang lain adalah sedekah.
-Dan setiap langkah
yang dilangkahkan seorang untuk mendirkan shalat adalah sedekah.
-Senyummu di depan
saudaramu adalah sedekah.”
Disamping hadits diatas,
juga terdapat sabda Rasulullah Saw yang mengatakan,”Setiap tasbih, setiap tahmid, setiap takbir dan setiap tahlil adalah
sedekah”.
3.Pahala Membaca Al Qur'an
Bukti kita mewariskan Al Qur'an dengan
baik adalah membacanya dalam waktu dan kesempatan yang tidak dibatasi.
Rasulullah menyatakan bahwa orang beriman yang suka membaca Al Qur’an ibarat
buah “Turjah” atau limau, yang rasanya lezat dan bau aromanya harum, sedangkan
orang beriman yang tidak mau membaca Al Qur’an ibarat buah tamar yaitu kurma,
buahnya lezat tapi tidak berbau, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa membaca satu
huruf dari Al Kitab baginya satu amal
kebaikan, alif lam mim, itu tiga huruf, padahal setiap kebaikan dilipatgandakan
sepuluh kali lipat”.
Orang muslim yang membaca Al Qur'an dengan lancar
maka pahalanya mereka bersama malaikat penulis wahyu, yang membaca Al Qur'an
dengan mengeja atau tidak lancar mereka dapat dua pahala yaitu pahala membaca
dan pahala belajar.
"Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya kami adakan antara kamu dan
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang
tertutup" [Al Isra' 17;45]
4.Pahala Menuntut Ilmu
Pentingnya ilmu dalam islam terletak dari awal wahyu yang
diturunkan Allah yaitu surat Al 'Alaq yang mengajak manusia untuk membaca,
mengkaji dan meneliti.
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.[Al[
Rasulullah bersabda:"Jadilah orang yang mengajar,
atau orang yang belajar, atau orang yang mendengar, atau orang yang cinta
kepada ilmu, janganlah jadi orang yang kelima, maka celaka kamu".
Rasulullah bersabda; "Barangsiapa yang mempelajari
satu dari ilmu dengan maksud akan mengajarkan kepada orang lain, maka diberikan kepadanya pahala
tujuh puluh Nabi".
5.Pahala Ibadah Haji
Rukun islam kelima yaitu menunaikan ibadah haji bagi yang
mampu terutama yang terkait dengan fisik dan finansial, pelaksanaan ibadah ini
memiliki keutamaan pahala yang akan diperolehnya selain ketenangan dan keamanan
hati nurani sehingga bagi yang telah menunaikannya walaupun diwajibkan sekali
seumur hidup tetap rindu untuk kedua kalinya menemui Allah di Makkah Al
Mukarramah, apalagi pahala shalat di Masjidil Haram dengan masjid lain berbeda
nilainya, bahkan ibadah haji dapat menghapus dosa yang telah lalu, Rasulullah
bersabda;
"Satu umrah hingga ke umrah berikutnya menjadi
penghapus dosa yang terjadi antara keduanya dan haji yang mabrur tidak ada
balasannya kecuali syurga" [HR. Ahmad]
6.Pahala Shalat
Shalat yang dilakukan oleh seorang mukmin memiliki
keutamaan pahala bagi yang mau dan mampu mencarinya, bila shalat dilakukan
sendiri saja maka pahalanya hanya satu, bila dilaksanakan dengan berjamaah maka
pahalanya duapuluh tujuh derajat, apalagi dilaksanakan di masjid maka pahalanya
limapuluh pahala.
Selain itu shalat sunnah
yang dilakukan mukmin juga mengandung pahala yang besar seperti seorang mukmin
yang menunaikan shalat fajar yaitu shalat sunnah rawatib sebelum shalat subuh
maka pahalanya sama dengan dunia dan isinya, itu shalat sunnah saja apalagi
shalat subuh yang dikerjakan di masjid tentu lebih besar dari itu pahalanya.
7.Derajat Bulan Ramadhan
Ramadhan disebut juga dengan bulan yang
penuh berkah, bukan bulannya yang diberkahi tapi amal ibadah yang dilakukan
pada bulan Ramadhan mengandung kwalitas yang tinggi diantaranya;
a.Melakukan shalat sunnah di bulan
Ramadhan akan dinilai sebagai shalat
wajib, apalagi melaksanakan shalat wajib.
b.Memberi berbuka orang yang berpuasa sama pahalanya
seperti orang yang
berpuasa.
c.Membaca Al
Qur’an di luar bulan Ramadhan, satu huruf akan bernilai
sepuluh apalagi dilakukan di bulan Ramadhan.
d.Berinfaq
diluar bulan Ramadhan akan dinilai satu rupiah sama dengan tujuh
ratus pahala, apalagi di dalam bulan
Ramadhan.
e.Tidurnya
orang yang berpuasa dinilai sebagai ibadah dan bau mulut orang
yang berpuasa dihadapan Allah seperti minyak
kasturi.
f.Pada bulan
ini ada satu malam yang disebut dengan malam qadar, bila
seseorang memperoleh malam ini nilai
ibadahnya sama dengan 1000 bulan
atau 83 tahun 4 bulan, Allah berfirman;
”Sesungguhnya Kami telah
menurunkan [Al Qur’an] pada malam keluhuran/kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam
kemuliaan itu adalah malam yang lebih
baik dari seribu bulan” [Al Qadr 97;1-3].
8.Nilai Puasa Syawal
Puasa Ramadhan saja yang dilakukan banyak memperoleh
keuntungan ukhrawi berupa pahala disisi Allah, apalagi dilanjutkan dengan melaksanakan
puasa enam hari pada bulan Syawal, Rasulullah bersabda;"Barangsiapa
yang berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa Syawal enam
hari, maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa" [HR. Abu
Ayub]
Tidak ada orang yang mampu
melaksanakan puasa sepanjang tahun tapi dengan puasa satu bulan enam hari saja
bisa nilainya sepanjang tahun, demikian besar rahmat yang diberikan Allah
kepada ummat Muhammad.
9.Nilai Memelihara Anak Yatim
Bagi orang yang mengamalkan hasil Ramadhan, tentunya jiwa sosialnya semakin
tinggi setelah ditempa selama satu bulan untuk merasakan bagaimana rasanya
lapar dan haus, bagaimana rasanya tidak makan sekian jam, apalagi mereka yang
tidak menyentuh nasi sekian hari. Sehingga layak dan pantas kalau mereka
mengangkat martabat fakir miskin, yatim piatu minimal di hari raya itu
sementara takbir berkumandang, bjukan sekedar dengan zakat fithrah 2,5 kg,
merdekakan mereka pada hari itu dari rasa sedih dan duka, karena papa dan
kesengsaraan dengan mencukupi kebutuhannya sebagaimana yang pernah dicontohkan
oleh Rasulullah Saw..
Rasulullah pernah terlambat menunaikan
shalat Idul Fithri karena berpapasan denan seorang bocah yang bermasalah,
pakaiannya kumal, rambutnya kusut dan tidak terurus,”Kenapa kamu menangis
sementara teman-temanmu sibuk dengan permainannya, pakaiannyapun bagus-bagus
dan di tangannya da kue yang enak, dimana orangtuamu?”.
Anak itu
terkejut dengan datangnya seorang lelaki di hadapannya, dia tidak tahu kalau
sedang berhadapan dengan Rasulullah,”Bagaimana saya tidak sedih, ayah saya
sudah meninggal, ia syahid dalam peperangan mengikuti perintah jihad dari
Rasulullah, sedangkan ibu saya sudah menikah lagi, mereka tidak memperhatikan
saya...”, Keluhan lirih itu disambut oleh ajakan Rasulullah,”maukah engkau
berayahkan Muhammad, beribukan Aisyah, bersaudarakan Fatimah dan bertemankan
Hasan?”.
Spontan
anak itu menerima tawaran itu, Rasulullah mengantarkan anak itu pulang untuk
dimandikan, diberi makan, diberi baju baru dan belanja layaknya seorang anak
yang sedang merayakan Idul Fithri.
Diantara gema takbir, Rasulullah telah mengangkat derajat
seorang anak sebagai manusia yang mulia dengan penghormatan yang layak tanpa
melecehkan keadaannya. Bahkan lebih dari itu Rasulullah menyatakan,
"Aku bersama orang yang memelihara anak yatim di
dalam syurga".
10.Pahala Sabar
Selama ini
orang mengartikan makna sabar dalam ruang yang sempit saja yaitu berkaitan
dengan hal-hal yang tidak disukai, misalnya surutnya rezeki, musibah
kecelakaan, ditimpa penyakit, ditinggal orang yang dicintai dan lain-lain,
untuk mengantisipasi ujian itulah yang disebut kesabaran. Padahal sabar bisa
juga berarti teguh, ulet dalam menjalankan suatu proses panjang menuju
keberhasilan salah .
Menurut Dr. Yusuf Al Qardhawi ada enam kesabaran yang
diperlukan manusia yaitu sabar atas
cobaan, sabar dari keinginan nafsu, sabar dalam taat kepada Allah, sabar dalam
hubungan manusia, sabar atas maksiat dan sabar dalam berda’wah. Salah satu
kesabaran yang dibutuhkan yaitu sabar dalam taat kepada Allah, sebagaimana yang
dilukiskan dalam surat Thaha 20;132,;
”Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”.
Kesabaran dalam kategori
berupa taat kepada Allah ini sungguh berat karena menurut tabiat
jiwa manusia cendrung menghindari
ubudiyah, seperti tidak shalat, tidak puasa, jauh dari ajaran agama malah
sebaliknya menginginkan kecelakaan tanpa disadari. Allah berfirman dalam Hadits
Qudsi;
"Apabila telah Ku bebankan musibah kepada salah
seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya atau anaknya kemudian ia menerimanya
dengan sabar yang sermpurna,Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada
hari kiamat atau membukakan buku catatan amalannya baginya".
11.Pahala Jihad
Berjihad fisabilillah
itu termasuk amal yang utama,disamping mengerjakan shalat tepat pada waktunya,
dan berbakti kepada kedua orangtua, demikian inti sari hadits dibawah ini;
”Dari Abu Aburrahman Abdullah bin Mas’ud ra,
berkata,”Saya bertanya kepada nabi Saw,”Amal apakah yang lebih disenangi
Allah?” beliau menjawab,”Mengerjakan shalat tepat pada waktunya” kataku
”Kemudian apa lagi?” sabda nabi,”berbakti kepada kedua orangtua”, aku bertanya
lagi,”Kemudian apa?” sabda nabi,”Berjihad di jalan Allah”[HR.Bukhari dan Muslim]
Adapun hadits-hadits lain tentang berjihad dan
keutamaannya antara lain adalah,”Berpagi-pagi
di dalam berjuang di jalan Allah atau senja hari adalah lebih baik daripada
mendapatkan keuntungan dunia dan seisinya”[HR.Bukhari dan Muslim]
Keuntungan dunia dengan segala isinya yang diraih manusia
tidaklah seberapa dibandingkan balasan yang akan diterima bagi mujahid di
akherat nanti, dunia hanya sementara, kesenangan yang dirasakanpun semua tiada
abadi, bila kita mampu meraih segala kesenangan dan kenikmatan dunia, paling
lama hanya enampuluh tahun demikian pula halnya kesengsaraan di dunia dirasakan
hanya sebatas usia manusia. ’’Sesungguhnya
Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka
membunuh atau terbunuh...” [At
Taubah 9;111]
”Menjaga garis
depan dalam berjihad di jalan Allah sehari semalam, adalah lebih baik daripada
puasa dan bangun malam sebulan penuh, dan jika mati ketika itu, amal yang biasa
dilakukan itu dilanjutkan dan diberi pahala dan rezeki serta aman dari fitnah
kubur” [HR.Muslim].
12.Pahala Syuhada'
Dikatakan
oleh ulama pejuang yang merujuk kepada pengalaman sahabat bahwa barangsiapa
yang tidak punya cita-cita untuk mati syahid walaupun dia mati dalam peperangan
maka matinya bukanlah syahid dan sebaliknya yang punya niat untuk mati syahid
akan dinilai sebagai syuhada’ walaupun mati di tempat tidur [Ali Imran
3;157-158] “Dan sungguh kalau kamu gugur
di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik
(bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. dan sungguh jika kamu
meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.
Karena besarnya pahala sebagai syuhada' inilah yang membuat
para sahabat berlomba-lomba untuk pergi berjihad bahkan digambarkan oleh
Rasulullah bahwa seorang syuhada' ruhnya dinantikan oleh empatpuluh bidadari
menuju syurga, keutamaan lain digambarkan Allah;
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah
itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki." [Ali Imran 3;169]
Demikian keutamaan ummat Muhammad yang dilebihkan oleh
Allah dibandingkan dengan ummat para nabi sebelumnya walaupun hanya mampu
menjalankan kehidupan ini paling lama enampuluh tahun di dunia ini, tapi
kualitas pahala ibadahnya mampu menjangkau bahkan melebihi ummat lain, tapi
semua itu harus dilaksanakan dengan niat ikhlas hanya semata-mata termotivasi
karena Allah, mencontoh ibadah yang dilakukan sesuai dengan apa yang
dikerjakan Rasulullah tanpa melebihi dan
menguranginya dari tujuan beribadah
hanya mencari ridha Allah, wallahu a'lam, [Cubadak Solok, 21042010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar