PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
MELAKSANAKAN
SYARIAT ISLAM
DENGAN SEBENARNYA
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرْ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ،
وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ
أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ
[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة
الحديث :
Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary
radhiallahuanhuma : Seseorang bertanya kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam, seraya berkata : Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat
yang wajib, berpuasa Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan
mengharamkan yang haram dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan
masuk surga ?. Beliau bersabda : Ya.(Riwayat Muslim)
Catatan :
* Seseorang yang bertanya dalam riwayat diatas
adalah : An Nu’man bin Qauqal.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1. Setiap muslim
dituntut untuk bertanya kepada ulama tentang syariat Islam, tentang
kewajibannya dan apa yang dihalalkan dan diharamkan baginya jika hal tersebut
tidak diketahuinya.
2. Penghalalan dan pengharaman
merupan aturan syariat, tidak ada yang berhak menentukannya kecuali Allah
ta’ala.
3. Amal shalih merupakan
sebab masuknya seseorang kedalam surga.
4. Keinginan dan
perhatian yang besar dari para shahabat serta kerinduan mereka terhadap surga
serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai ke sana.
Pembahasan;
Kalimat ini sudah sering kita
dengar dan sering pula kita sampaikan kepada orang lain, agar masuk islam
secara total, kaffah atau keseluruhan, jangan masuk islam itu seperti orang
naik kapal terbang, tiket sudah dibeli tapi tidak mau naik ke pesawat sehingga
pesawat terbang tinggi tapi kita masih berada di bawah. Padahal Islam sebagai
agama yang kita peluk merupakan hidayah dari Allah artinya banyak orang yang
tidak memeluk islam karena mereka tidak mendapat hidayah.
As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab “Ushul Tsalatsah”,
berkata:“Islam itu ialah berserah diri kepada Allah dengan meMaha EsakanNya
dalam beribadah dan tunduk dengan melakukan ketaatan dan menjauhkan diri dari
syirik.”
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 112 “(Tidak demikian),
bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang ia berbuat
kebajikan,maka baginya pahala pada sisi TuhanNya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Adapun sendi-sendi Islam itu ada lima sebagaimana yang telah disabdakan
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim. “Dari Abdillah bin Umar Radhiallaahu anhu Berkata: Aku
mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Islam itu
didirikan atas lima perkara:
1.
Bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan
benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah
2.
Mendirikan shalat
3.
Mengeluarkan zakat.
4.
Menunaikan ibadah haji
5.
Berpuasa di bulan Ramadlan.”
Inilah sendi-sendi Islam, yang menyebabkan seseorang keluar dari lingkaran
kekafiran dan yang menyebabkan seseorang masuk Surga dan jauh dari siksa
Neraka. Lima sendi tersebut di atas merupakan rukun Islam. Barangsiapa
menjalankannya dengan sempurna, maka ia termasuk muslim yang sempurna imannya, dan barangsiapa
yang meninggalkan seluruhnya, maka ia adalah kafir yang nyata. Dan
barangsiapa mengingkari salah satu dari padanya, maka para ulama’ bersepakat
bahwa ia bukan muslim. Dan barangsiapa yang meyakini seluruhnya dan ia
menelantarkan salah satu darinya selain syahadat maka ia adalah fasiq dan
barangsiapa yang beramal hanya sebatas lisannya saja tanpa dibarengi dengan
I’tigad, maka ia adalah munafiq.
Allah Ta’ala berfiman dalam surat Ali Imran ayat 19 “Sesungguhnya agama (yang
benar) di sisi Allah hanyalah Islam”.
Maksud
dari ayat di atas, bahwa sesungguhnya tidak ada agama yang diterima di sisiNya
dari seseorang selain Islam.
Maka barang siapa menganut suatu agama selain syari’at nabi Muhammad
Shallallaahu alaihi wa Salam setelah
diutusnya beliau, maka agama itu tidak di
terima di sisi Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 85.“Dan barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima
daripadanya, sedang ia di akhirat kelak termasuk golongan orang yang merugi.”
Yakni barangsiapa menjalankan agama selain apa yang disyari’atkan oleh Allah
kepada RasulNya, maka tak akan diterima daripadanya di sisi Allah dan ia kelak
di akhirat termasuk di antara orang-orang yang merugi.[Abu Abdir Rahman,Makna Islam, www.alsofwah.or.id/khutbah].
Demikian pula
pada ayat di atas Allah memberitahukan tentang pembatasan agama yang diterima
di sisiNya, hanyalah Islam. Dengan kata lain, bahwa selain Islam adalah agama
yang batil. Tidak akan membawa kebaikan dunia dan tidak pula akhirat. Sebab
agama selain Islam, tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah Subhannahu wa
Ta'ala sebagai pedoman, baik dalam hal ibadah maupun mu’amalah-mu’amalah
duniawi.
Bukankah hanya
Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri Yang Maha Mengetahui dengan cara apa dan
pedoman bagaimana, manusia akan mendapat maslahat hidupnya? Bukankah Dzat Yang
Maha Pencipta, yang lebih mengetahui tentang apa-apa yang diciptakanNya? Dua
ayat di atas menunjukkan hal ini semuanya. Dan kenyataan ini masih ditunjang
dengan bukti-bukti lain, yang paling utama di antaranya adalah Firman Allah
Subhannahu wa Ta'ala :Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu. Dan
telah Aku sempurnakan nikmatKu untukmu dan Aku telah ridlai Islam sebagai
agamamu.” (Al-Maidah: 3).
Dalam kaitannya
dengan hal ini seorang tokoh ulama’ dari Yordania yaitu Syaikh Ali Hasan Ali
Abdul Hamid mengatakan dalam kitabnya Ilmu Usulil Bida’ bahwa ayat yang
mulia ini membuktikan betapa syariat Islam telah sempurna dan betapa syariat
itu telah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan makhluk, jin dan manusia dalam
melaksanakan yaitu ibadah, seperti firman Allah:Dan Aku tidak menciptakan
jin, dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu.” (Adz Dzari’at:
56).
Artinya
kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna, kebenaran menyeluruh dan merupakan
kebenaran yang betul-betul merupakan nikmat Allah yang luar biasa. Betapa
tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam rangka pengabdian dan
peribadatannya kepada penciptanya sudah tertuang dan tercukupi dalam Islam.
Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi petunjuk-petunjuk lain, kecuali
Islam.
Kesempuranaan
Islam adalah kesempurnaan yang meliputi segala aspek, untuk tujuan kebahagiaan
masa depan yang abadi dan tanpa batas. Yaitu kebahagiaan tidak saja di dunia,
tetapi di akhirat juga. Karena itu mengapa orang masih ragu terhadap kebenaran
dan kesempurnaan Islam? Mengapa orang masih mencari alternatif dan
solusi-solusi lain?. Islam sudah cukup, tidak perlu penambahan atau pengurangan
untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Kebenaran dan kesempurnaan Islam ini
juga telah diakui oleh pemeluk agama lain selain Islam. Hanya saja banyak di
antara mereka sendiri yang menolak, seperti disebutkan oleh Allah dalam
Al-Qur’an“Mereka
mengingkari ayat-ayat Allah, padahal diri mereka mengakui
Dari uraian di
atas, seluruh ummat Islam harus merenung ulang mengapa ia harus beragama
Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam lingkungan kebenaran?. Seorang pembaharu
abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memberikan konsep renungan
kepada kita sebagai berikut:
Pertama;
Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan, diberi rizki
dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya ketengah-tengah
manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka. Artinya ia, hidup dan ada di muka
bumi karena diciptakan Allah, ia diberi berbagai fasilllitas, rizki yang
lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk bernafas sampai rumah sebagai
tempat berteduh dan lain-lainnya sampai hal-hal yang di luar kesadaran manusia.
Semua itu bukan untuk hal yang sia-sia. Di dalam Al-Qur’an Allah menerangkan:“Maka apakah
kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu secara main-main saja,
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?. Maka Maha Tinggi Allah,
Raja yang sebenarnya; tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia.” (Al-Mukminuun:
115-116).
Karena manusia
tidak seperti binatang, yaitu tidak dibiarkan bebas sia-sia, tidak diabaikan
dan tanpa aturan, maka Allah menghendaki aturan untuk manusia. Tentu hanya Allah
yang mengetahui aturan paling tepat dan membawa maslahat buat manusia, sebab
Dia-lah pencipta manusia dan segenap makhluk lainnya.
Aturan itu
adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul yang diutusNya untuk kepentingan ini.
Aturan itu adalah aturan yang menata kehidupan manusia agar selamat di dunia
dan di akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang taat kepada rasul-Nya, maka ia
akan selamat dan masuk Surga. Sebuah kesuksesan masa depan yang gemilang, yang
didambakan oleh setiap insan yang berakal sehat dan berfikiran normal.
Seorang
muslim adalah seorang yang memiliki keterikatan yang kuat (iltizam) dengan kalimat tauhid yang
telah diucapkan
Kunci
masuk Islam adalah mengikrarkan kalimat tauhid. Orang disebut muslim ketika dia
sudah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang maujud (eksis), yang berhak disembah
kecuali Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah SWT. Tetapi syahadat itu
tidak sekedar diucapkan di bibir. Tetapi pernyataan menuntut kenyataan dan
pembuktian di lapangan kehidupan (waqi’ul hayah). Orang muslim ketika dia sudah
berpegang teguh dengan kalimat “la ilaaha illallah” yang dia ikrarkan. Orang
disebut berpegang teguh dengan kalimat tauhid, jika ia ingkar kepada thaghut
dan beriman kepada Allah SWT."Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
[syetan dan apa saja yang disembah selain Allah SWT] dan beriman kepada Allah,
Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (QS. Al Baqarah: 256).
Ayat
ini menegaskan bahwa seorang dikatakan berpegang teguh dengan kalimat thayyibah
ketika ia mengingkari thaghut dan hanya beribadah kepada Allah SWT.
Mendarmabaktikan hidup dan matinya hanya untuk Allah SWT. Inilah makna tauhid,
ketika orang disebut muslim adalah yang mengamalkan makna kalimat yang
terkandung didalamnya."Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada
sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. Al
Anam: 162-163).
Ayat
tersebut ditegaskan bahwa orang muslim adalah orang yang menyerahkan shalat,
seluruh ibadah dan pengabdiannya, hidup dan matinya, hanya untuk Allah SWT dan
tidak menyekutukan-Nya. Ini pula makna tauhid. Yaitu menghambakan dirinya hanya
kepada Allah semata dan selingkuh kepada-Nya. Ini makna Islam. Yakni tunduk dan
taat kepada-Nya.
Jadi,
jika belum membenarkan dan mengamalkan kalimat tauhid (yang tergambar dalam
rukun iman), belum mengamalkan Islam (yang tercermin dalam rukun Islam),
bukanlah disebut muslim. Islam adalah gabungan dari keyakinan dan amal, aqidah
dan syariat, lahir dan batin, i’tiqad dan ibadah.
Seorang
muslim adalah orang yang mengamalkan rukun-rukun (pilar-pilar Islam).Sudah kita
maklumi bahwa rukun Islam ada lima bagian. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW
bersabda :"Islam itu didirikan diatas lima
dasar, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah dan puasa
Ramadhan."
Hadits
ini menjelaskan tentang rukun-rukun Islam. Para ulama juga sepakat rukun Islam
ada lima. Sekalipun ada yang menambah jihad, diantaranya Abul Ala Al Maududi,
Prof Dr. Buya Hamka. Islam tidak akan berdiri tegak pada diri seseorang kecuali
menegakkan rukun-rukun tersebut. Dalam ilmu fiqh, rukun adalah amalan yang
harus ada agar amalan tersebut dikatakan sah. Misalnya ruku’ dan sujud. Shalat
seseorang tidak sah jika tidak melakukan ruku’ dan sujud. Demikian pula,
keislaman seseorang menjadi batal, jika meninggalkan salah satu rukun Islam.
Jadi pondasi Islam adalah kalimat tauhid (yang dirangkaikan dengan rukun iman)
dan pilar-pilar pondasinya adalah rukun Islam. Bangunan Islam yang tidak
menggunakan pondasi yang kuat dan tidak disangga oleh tiang-tiangnya bagaikan
rumah pasir. Atau laksana permukaan balon. Akan mudah roboh dan hancur serta
meletus.
Orang
muslim adalah orang yang tunduk dan patuh kepada syariat Allah SWT. Orang
muslim adalah orang yang taat kepada hukum-hukum (syariat) yang diturunkan oleh
Allah SWT. Keislaman seseorang itu menuntut kepasrahan total kepada hukum
tersebut. Dan menjalankan secara konsekwen. Jika seorang muslim meragukan dan
melecehkan hukum Allah SWT, rukun iman, rukun islam, pakaian takwa (libasut
taqwa), sebenarnya ia bukanlah disebut muslim/muslimah."Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ?
mereka hendak berhakim kepada thaghut. Padahal mereka telah diperintah
mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan)
penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An Nisa: 60)
Thoghut,
adalah yang selalu memusuhi Nabi dan kaum muslimin dan ada yang mengatakan Abu
Barzah seorang tukang tenung di masa Nabi. Termasuk Thaghut juga: 1. orang yang
menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. 2. berhala-berhala. Ayat ini
menegaskan bahwa orang tidak disebut muslim dan mukmin kecuali dia tunduk
kepada hukum Allah SWT. Sedangkan orang yang mengaku tetapi dia memilih dan
mencari hukum selain hukum-Nya tidaklah disebut muslim. Keislaman dan keislaman
hanya sebatas za’mun (klaim) saja.[Sholih Hasyim, Lima Pola Hubungan Muslim terhadap Islam ,hidayatullah.com.Kamis, 25 Agustus 2011].
Seorang
muslim yang kaffah adalah muslim yang tidak meninggalkan satupun suruhan Allah
untuk mengamalkannya dan tidak mengerjakan satupun larangan Allah dalam posisi
dan kondisi bagaimanapun juga, Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;208 “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”.
Kalau
detik ini kita tidak bersama islam maka dapat dipastikan kita sedang bersama
syaitan, kalau detik ini kita tidak beribadah kepada Allah maka dapat
dipastikan kita sedang bermaksiat kepada Allah, masuk islam secara kaffah akan
menjadikan seorang mukmin selalu siap siaga dari rongrongan dan bisikan yang akan memerangi
kita selama duapuluhempat jam, masuklah ke dalam islam secara kaffah atau
tinggalkan islam secara total pula, demikian sindiran yang disampaikan oleh
Sayid Qutb, Wallahu A’lam [Cubadak
Solok, 05 Zulqaidah 1432.H/ 03 Oktober 2011.M].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar