Rabu, 20 November 2013

22. Melaksanakan Syari'at Islam Dengan Sebenarnya



PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

MELAKSANAKAN
SYARIAT ISLAM DENGAN SEBENARNYA

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرْ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ
[رواه مسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث  :
Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma : Seseorang bertanya kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata : Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk surga ?. Beliau bersabda : Ya.(Riwayat Muslim) 
Catatan :
* Seseorang yang bertanya dalam riwayat diatas adalah : An Nu’man bin Qauqal.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1.     Setiap muslim dituntut untuk bertanya kepada ulama tentang syariat Islam, tentang kewajibannya dan apa yang dihalalkan dan diharamkan baginya jika hal tersebut tidak diketahuinya.
2.     Penghalalan dan pengharaman merupan aturan syariat, tidak ada yang berhak menentukannya kecuali Allah ta’ala.
3.     Amal shalih merupakan sebab masuknya seseorang kedalam surga.
4.     Keinginan dan perhatian yang besar dari para shahabat serta kerinduan mereka terhadap surga serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai ke sana.
 Pembahasan;
Kalimat ini sudah sering kita dengar dan sering pula kita sampaikan kepada orang lain, agar masuk islam secara total, kaffah atau keseluruhan, jangan masuk islam itu seperti orang naik kapal terbang, tiket sudah dibeli tapi tidak mau naik ke pesawat sehingga pesawat terbang tinggi tapi kita masih berada di bawah. Padahal Islam sebagai agama yang kita peluk merupakan hidayah dari Allah artinya banyak orang yang tidak memeluk islam karena mereka tidak mendapat hidayah.
            As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab “Ushul Tsalatsah”, berkata:“Islam itu ialah berserah diri kepada Allah dengan meMaha EsakanNya dalam beribadah dan tunduk dengan melakukan ketaatan dan menjauhkan diri dari syirik.”
            Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 112 “(Tidak demikian), bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang ia berbuat kebajikan,maka baginya pahala pada sisi TuhanNya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
            Adapun sendi-sendi Islam itu ada lima sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. “Dari Abdillah bin Umar Radhiallaahu anhu Berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Islam itu didirikan atas lima perkara:
1.    Bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah
2.      Mendirikan shalat
3.      Mengeluarkan zakat.
4.      Menunaikan ibadah haji
5.      Berpuasa di bulan Ramadlan.”
            Inilah sendi-sendi Islam, yang menyebabkan seseorang keluar dari lingkaran kekafiran dan yang menyebabkan seseorang masuk Surga dan jauh dari siksa Neraka. Lima sendi tersebut di atas merupakan rukun Islam. Barangsiapa menjalankannya dengan sempurna, maka ia termasuk muslim yang sempurna imannya, dan barangsiapa yang meninggalkan seluruhnya, maka ia adalah kafir yang nyata. Dan barangsiapa mengingkari salah satu dari padanya, maka para ulama’ bersepakat bahwa ia bukan muslim. Dan barangsiapa yang meyakini seluruhnya dan ia menelantarkan salah satu darinya selain syahadat maka ia adalah fasiq dan barangsiapa yang beramal hanya sebatas lisannya saja tanpa dibarengi dengan I’tigad, maka ia adalah munafiq.
            Allah Ta’ala berfiman dalam surat Ali Imran ayat 19 “Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah hanyalah Islam”.
        Maksud dari ayat di atas, bahwa sesungguhnya tidak ada agama yang diterima di sisiNya dari seseorang selain Islam.
            Maka barang siapa menganut suatu agama selain syari’at nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam setelah diutusnya beliau, maka agama itu tidak di terima di sisi Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 85.“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima daripadanya, sedang ia di akhirat kelak termasuk golongan orang yang merugi.”
            Yakni barangsiapa menjalankan agama selain apa yang disyari’atkan oleh Allah kepada RasulNya, maka tak akan diterima daripadanya di sisi Allah dan ia kelak di akhirat termasuk di antara orang-orang yang merugi.[Abu Abdir Rahman,Makna Islam, www.alsofwah.or.id/khutbah].
Demikian pula pada ayat di atas Allah memberitahukan tentang pembatasan agama yang diterima di sisiNya, hanyalah Islam. Dengan kata lain, bahwa selain Islam adalah agama yang batil. Tidak akan membawa kebaikan dunia dan tidak pula akhirat. Sebab agama selain Islam, tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala sebagai pedoman, baik dalam hal ibadah maupun mu’amalah-mu’amalah duniawi.
Bukankah hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala sendiri Yang Maha Mengetahui dengan cara apa dan pedoman bagaimana, manusia akan mendapat maslahat hidupnya? Bukankah Dzat Yang Maha Pencipta, yang lebih mengetahui tentang apa-apa yang diciptakanNya? Dua ayat di atas menunjukkan hal ini semuanya. Dan kenyataan ini masih ditunjang dengan bukti-bukti lain, yang paling utama di antaranya adalah Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Aku sempurnakan nikmatKu untukmu dan Aku telah ridlai Islam sebagai agamamu.” (Al-Maidah: 3).
Dalam kaitannya dengan hal ini seorang tokoh ulama’ dari Yordania yaitu Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid mengatakan dalam kitabnya Ilmu Usulil Bida’ bahwa ayat yang mulia ini membuktikan betapa syariat Islam telah sempurna dan betapa syariat itu telah cukup untuk memenuhi segala kebutuhan makhluk, jin dan manusia dalam melaksanakan yaitu ibadah, seperti firman Allah:Dan Aku tidak menciptakan jin, dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu.” (Adz Dzari’at: 56).
Artinya kebenaran Islam adalah kebenaran paripurna, kebenaran menyeluruh dan merupakan kebenaran yang betul-betul merupakan nikmat Allah yang luar biasa. Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan manusia dalam rangka pengabdian dan peribadatannya kepada penciptanya sudah tertuang dan tercukupi dalam Islam. Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi petunjuk-petunjuk lain, kecuali Islam.
Kesempuranaan Islam adalah kesempurnaan yang meliputi segala aspek, untuk tujuan kebahagiaan masa depan yang abadi dan tanpa batas. Yaitu kebahagiaan tidak saja di dunia, tetapi di akhirat juga. Karena itu mengapa orang masih ragu terhadap kebenaran dan kesempurnaan Islam? Mengapa orang masih mencari alternatif dan solusi-solusi lain?. Islam sudah cukup, tidak perlu penambahan atau pengurangan untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Kebenaran dan kesempurnaan Islam ini juga telah diakui oleh pemeluk agama lain selain Islam. Hanya saja banyak di antara mereka sendiri yang menolak, seperti disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’anMereka mengingkari ayat-ayat Allah, padahal diri mereka mengakui
Dari uraian di atas, seluruh ummat Islam harus merenung ulang mengapa ia harus beragama Islam?. Bagaimana agar ia berada dalam lingkungan kebenaran?. Seorang pembaharu abad XII Hijriah, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memberikan konsep renungan kepada kita sebagai berikut:
Pertama; Seorang muslim harus merenung dan memahami bahwa ia diciptakan, diberi rizki dan tidak dibiarkan . Itulah sebabnya Allah mengutus rasulNya ketengah-tengah manusia. Tidak lain untuk membimbing mereka. Artinya ia, hidup dan ada di muka bumi karena diciptakan Allah, ia diberi berbagai fasilllitas, rizki yang lengkap, mulai dari kebutuhan oksigen untuk bernafas sampai rumah sebagai tempat berteduh dan lain-lainnya sampai hal-hal yang di luar kesadaran manusia. Semua itu bukan untuk hal yang sia-sia. Di dalam Al-Qur’an Allah menerangkan:Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami mencipta-kan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?. Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia.” (Al-Mukminuun: 115-116).
Karena manusia tidak seperti binatang, yaitu tidak dibiarkan bebas sia-sia, tidak diabaikan dan tanpa aturan, maka Allah menghendaki aturan untuk manusia. Tentu hanya Allah yang mengetahui aturan paling tepat dan membawa maslahat buat manusia, sebab Dia-lah pencipta manusia dan segenap makhluk lainnya.
Aturan itu adalah yang dibawa oleh Muhammad Rasul yang diutusNya untuk kepentingan ini. Aturan itu adalah aturan yang menata kehidupan manusia agar selamat di dunia dan di akhirat kelak. Konsekwensinya, siapa yang taat kepada rasul-Nya, maka ia akan selamat dan masuk Surga. Sebuah kesuksesan masa depan yang gemilang, yang didambakan oleh setiap insan yang berakal sehat dan berfikiran normal.

Seorang muslim adalah seorang yang memiliki keterikatan yang kuat (iltizam) dengan kalimat tauhid yang telah diucapkan
Kunci masuk Islam adalah mengikrarkan kalimat tauhid. Orang disebut muslim ketika dia sudah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang maujud (eksis), yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah SWT. Tetapi syahadat itu tidak sekedar diucapkan di bibir. Tetapi pernyataan menuntut kenyataan dan pembuktian di lapangan kehidupan (waqi’ul hayah). Orang muslim ketika dia sudah berpegang teguh dengan kalimat “la ilaaha illallah” yang dia ikrarkan. Orang disebut berpegang teguh dengan kalimat tauhid, jika ia ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah SWT."Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut [syetan dan apa saja yang disembah selain Allah SWT] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (QS. Al Baqarah: 256).

Ayat ini menegaskan bahwa seorang dikatakan berpegang teguh dengan kalimat thayyibah ketika ia mengingkari thaghut dan hanya beribadah kepada Allah SWT. Mendarmabaktikan hidup dan matinya hanya untuk Allah SWT. Inilah makna tauhid, ketika orang disebut muslim adalah yang mengamalkan makna kalimat yang terkandung didalamnya."Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. Al Anam: 162-163).
Ayat tersebut ditegaskan bahwa orang muslim adalah orang yang menyerahkan shalat, seluruh ibadah dan pengabdiannya, hidup dan matinya, hanya untuk Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya. Ini pula makna tauhid. Yaitu menghambakan dirinya hanya kepada Allah semata dan selingkuh kepada-Nya. Ini makna Islam. Yakni tunduk dan taat kepada-Nya.
Jadi, jika belum membenarkan dan mengamalkan kalimat tauhid (yang tergambar dalam rukun iman), belum mengamalkan Islam (yang tercermin dalam rukun Islam), bukanlah disebut muslim. Islam adalah gabungan dari keyakinan dan amal, aqidah dan syariat, lahir dan batin, i’tiqad dan ibadah.
Seorang muslim adalah orang yang mengamalkan rukun-rukun (pilar-pilar Islam).Sudah kita maklumi bahwa rukun Islam ada lima bagian. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda :"Islam itu didirikan diatas lima dasar, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah dan puasa Ramadhan."
Hadits ini menjelaskan tentang rukun-rukun Islam. Para ulama juga sepakat rukun Islam ada lima. Sekalipun ada yang menambah jihad, diantaranya Abul Ala Al Maududi, Prof Dr. Buya Hamka. Islam tidak akan berdiri tegak pada diri seseorang kecuali menegakkan rukun-rukun tersebut. Dalam ilmu fiqh, rukun adalah amalan yang harus ada agar amalan tersebut dikatakan sah. Misalnya ruku’ dan sujud. Shalat seseorang tidak sah jika tidak melakukan ruku’ dan sujud. Demikian pula, keislaman seseorang menjadi batal, jika meninggalkan salah satu rukun Islam. Jadi pondasi Islam adalah kalimat tauhid (yang dirangkaikan dengan rukun iman) dan pilar-pilar pondasinya adalah rukun Islam. Bangunan Islam yang tidak menggunakan pondasi yang kuat dan tidak disangga oleh tiang-tiangnya bagaikan rumah pasir. Atau laksana permukaan balon. Akan mudah roboh dan hancur serta meletus.

Orang muslim adalah orang yang tunduk dan patuh kepada syariat Allah SWT. Orang muslim adalah orang yang taat kepada hukum-hukum (syariat) yang diturunkan oleh Allah SWT. Keislaman seseorang itu menuntut kepasrahan total kepada hukum tersebut. Dan menjalankan secara konsekwen. Jika seorang muslim meragukan dan melecehkan hukum Allah SWT, rukun iman, rukun islam, pakaian takwa (libasut taqwa), sebenarnya ia bukanlah disebut muslim/muslimah."Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut. Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An Nisa: 60)

Thoghut, adalah yang selalu memusuhi Nabi dan kaum muslimin dan ada yang mengatakan Abu Barzah seorang tukang tenung di masa Nabi. Termasuk Thaghut juga: 1. orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. 2. berhala-berhala. Ayat ini menegaskan bahwa orang tidak disebut muslim dan mukmin kecuali dia tunduk kepada hukum Allah SWT. Sedangkan orang yang mengaku tetapi dia memilih dan mencari hukum selain hukum-Nya tidaklah disebut muslim. Keislaman dan keislaman hanya sebatas za’mun (klaim) saja.[Sholih Hasyim, Lima Pola Hubungan Muslim terhadap Islam ,hidayatullah.com.Kamis, 25 Agustus 2011]. 

Seorang muslim yang kaffah adalah muslim yang tidak meninggalkan satupun suruhan Allah untuk mengamalkannya dan tidak mengerjakan satupun larangan Allah dalam posisi dan kondisi bagaimanapun juga, Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;208 “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”.

Kalau detik ini kita tidak bersama islam maka dapat dipastikan kita sedang bersama syaitan, kalau detik ini kita tidak beribadah kepada Allah maka dapat dipastikan kita sedang bermaksiat kepada Allah, masuk islam secara kaffah akan menjadikan seorang mukmin selalu siap siaga dari  rongrongan dan bisikan yang akan memerangi kita selama duapuluhempat jam, masuklah ke dalam islam secara kaffah atau tinggalkan islam secara total pula, demikian sindiran yang disampaikan oleh Sayid Qutb,   Wallahu A’lam [Cubadak Solok, 05 Zulqaidah 1432.H/ 03 Oktober 2011.M].



Tidak ada komentar:

Posting Komentar