Jumat, 22 November 2013

56.14 Berlaku Sedang Dalam Beribadat



RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]


Berlaku Sedang Dalam Beribadat
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Allah memberikan kemudahan dalam segala hal,hanya ummatnya saja yang kadangkala belum tahu ajaran islam, sebagai contoh; orang yang baru masuk islam harus diringankan dulu kewajiban agamanya terhadapnya dengan shalat memakai bahasa Indonesia sebisanya atau  dengan gerakan saja, puasa anak kecil cukup setengah hari dalam rangka memberikan latihan. Ketika memberantas khamar Rasulullah melakukan dengan tiga periode bukan sekaligus, pertama diberitahukan bahwa khamar itu sedikit manfaatnya sementara para sahabat masih meminumnya, periode kedua dikatakan bahwa boleh minum khamar tapi jangan shalat karena dikhawatirkan nanti bacaan shalatnya tidak benar, barulah yang ketiga dengan tegas bahwa khamar itu haram diminum sedikit atau banyak, mabuk ataupun tidak bukan alasan untuk membolehkan meminumnya.

Memberi beban kepada diri sendiri untuk melaksanakan yang sulit padahal ada pekerjaan yang mudah, seperti  musyafir  atau orang sakit boleh tidak puasa pada bulan Ramadhan dengan jalan mengqadhanya pada hari yang lain, shalat tidak kuat berdiri boleh dilakukan dengan duduk, tidak kuat duduk silahkan berbaring, shalat bagi musyafir diringankan Allah melalui jamak atau qashar, bahkan dalam cuaca dingin walaupun dalam keadaan junub dia khawatir atas kesehatan dan keselamatannya kalau kena air, Allah meringankan dengan tayamum, keringanan yang diberikan Allah tapi tidak diikuti akhirnya menyulitkan diri sendiri.

            Mewajibkan sesuatu yang sunnah, seperti sujud tilawah/ sajadah karena sudah terbiasa lalu bila tidak dilaksanakan seolah-olah ada yang kurang dalam shalatnya, demikian pula dengan peringatan hari-hari besar islam, Rasulullah tidak pernah mengerjakan, tapi dalam satu tahun tidak dilaksanakan Maulid nabi lalu merasa berdosa, ini berarti memberatkan diri sendiri padahal biaya untuk itu tidak sedikit yang habis sedangkan manfaatnya tidak seberapa, ”Barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” [Al Baqarah 2;185].

Namun nabi Muhammad dalam shalat sendiri sangat panjang ayat yang dibacanya tapi ketika shalat berjamaah bacaan beliau sangat ringan sebagaimana sabda beliau, ”Adakalanya aku hendak memanjangkan shalatku, lalu ku dengar tangis anak sehingga kuringankan shalatku, karena aku mengetahui kegelisahaan ibunya terhadap tangis anaknya” [HR.Anas]

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 14 dengan judul, “Berlaku Sedang Dalam Beribadat” menyatakan;

 Allah Ta'ala berfirman:"Tidaklah Kami turunkan al-Quran itu padamu - hai Muhammad agar engkau mendapat celaka." (Thaha: 1-2).

Allah Ta'ala berfirman lagi:"Allah menghendaki kemudahan padamu semua dan tidak menghendaki kesukaran untukmu semua." (al-Baqarah: 185).

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau s.a.w. bertanya: "Siapakah ini?" Aisyah menjawab: "Ini adalah si Anu." Aisyah menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi - yang sangat luar biasa tekunnya.

Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan - memberi pahala - sehingga engkau semua bosan - melaksanakan amalan itu. Adalah cara melakukan agama yang paling dicintai oleh Allah itu ialah apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu - yakni tidak perlu banyak-banyak asalkan langsung terus." (Muttafaq 'alaih)

Dari Anas r.a., katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri Nabi s.a.w. menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi s.a.w. Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. s.a.w. itu. Mereka lalu berkata: "Ah, di manakah kita ini - maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan - dari Nabi s.a.w. sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian."
Seorang dari mereka itu berkata: "Adapun saya ini, maka saya bersembahyang semalam suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun saya, maka saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang seorang lagi berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak akan kawin selama-lamanya."
Rasulullah s.a.w. kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: "Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa di antara engkau semua kepada Allah dan tertakut kepadaNya, tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bersembahyang tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku." (Muttafaq 'alaih)
  
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Agama itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh seseorang melainkan agama itu akan mengalahkannya - yakni orang yang memperkeras-keraskan itu sendiri yang nantinya akan merasa tidak kuat meneruskannya. Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah yang sederhanasaja-jikalau tidak kuasa melakukan yang sesempurna-sempurnanya, bergembiralah - untuk memperoleh pahala, sekalipun sedikit, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan sesuatu amalan itu, baikdi waktu pergi pagi-pagi, sore-sore ataupun sebagian waktu malam." (Riwayat Bukhari)

Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan: "Berlaku  luruslah,  lakukanlah  yang  sederhana,  pergilah  di waktu pagi, juga di waktu sore serta sebagian di waktu malam.Berbuatlah sederhana,tentu engkau semua akan sampai pula – pada tujuannya."

Dari Anas r.a.,  katanya:   "Nabi  s.a.w.  masuk  ke dalam masjid, tiba-tiba tampak di situ ada seutas tali yang memanjang antara dua tiang. Beliau s.a.w. bertanya: "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab: "Ini adalah kepunyaan Zainab, jikalau ia sudah malas - lelah bersembahyang, ia menggantung di situ." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Lepaskan sajalah. Baiklah seseorang itu melakukan shalat di waktu ia sedang bersemangat, maka jikalau ia telah merasa malas, baiklah ia tidur saja." (Muttafaq 'alaih).

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Jikalau seseorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang bersembahyang, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu jikalau bersembahyang sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan - kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mempersaudarakan antara Salman dan Abuddarda' -maksudnya keduanya disuruh berjanji untuk berlaku sebagai saudara." Salman pada suatu ketika berziarah ke Abuddarda', ia melihat Ummud Darda' - isteri Abuddarda' - mengenakan pakaian yang serba kusut - yakni tidak berhias samasekali, Salman bertanya padanya: "Mengapa saudari berkeadaan sedemikian ini?" Wanita itu menjawab: "Saudaramu yaitu Abuddarda' itu sudah tidak ada hajatnya lagi pada keduniaan - maksudnya: Sudah meninggalkan keduniaan, baik terhadap wanita atau lain-lain."
Abuddarda' lalu datang, kemudian ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abuddarda' berkata kepada Salman:
"Makanlah, karena saya berpuasa." Salman menjawab: "Saya tidak akan suka makan, sehingga engkaupun suka pula makan."
Abuddarda' lalu makan.
Setelah malam tiba, Abuddarda' mulai bangun. Salman berkata kepadanya: "Tidurlah!" Ia tidur lagi. Tidak lama kemudian bangun lagi dan Salman berkata pula: "Tidurlah!" Kemudian setelah tiba Akhir malam, Salman lalu berkata pada Abuddarda': "Bangunlah sekarang!" Keduanya terus bersembahyang. Selanjutnya Salman lalu berkata: "Sesungguhnya untuk Tuhanmu itu ada hak atas dirimu, untuk dirimu sendiri juga ada hak atasmu, untuk keluargamupun ada hak atasmu. Maka berikanlah kepada setiap yang berhak itu akan haknya masing-masing."

Abuddarda' - paginya -  mendatangi  Nabi  s.a.w.  kemudian menyebutkan peristiwa semalam itu, lalu Nabi s.a.w. bersabda:"Salman benar ucapannya." (Riwayat Bukhari)
Dengan berdasarkan Hadis di atas, maka syariat Agama Islam memerintahkan kepada kaum Musiimin agar antara seorang dengan yang lainnya bersikap sebagaimana orang-orang yang bersaudara dan semata-mata bukan karena ini atau itu, tetapi hanya untuk mengharapkan keridhaan Tuhan, juga memerintahkan agar saling kunjung-mengunjungi karena Allah, demikian pula bermalam di rumah saudara seagamanya karena Allah pula.
Di samping itu syariat membolehkan seseorang lelaki bercakap-cakap dengan wanita lain yang bukan mahramnya yakni ajnabiyah, bilamana betul-betul ada keperluan yang penting untuk berbuat sedemikian itu.
Selain itu dalam Hadis itu pula terdapat anjuran yang sungguh-sungguh agar antara seorang muslim dengan muslim lainnya, hendaknya gemar nasihat-menasihati dengan cara yang baik, mengingatkan siapa yang lupa dan lalai melaksanakan perintah Allah dan ada pula anjuran untuk gemar mengerjakan shalat malam (shalatuilail) dan lain-lain lagi.

Dari Abu Muhammad, yaitu Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. diberitahu bahwasanya saya berkata: Demi Allah, niscayalah saya akan berpuasa pada pagi hari dan berdiri bersembahyang di waktu malam - maksudnya setiap hari, siangnya berpuasa dan malamnya bersembahyang sunnah, selama hidupku." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Apakah engkau yang   berkata   sedemikian    itu?"   Saya    menjawab    kepadanya:

"Sungguh  saya  berkata demikian  itu, bi-abi anta  wa  ummi,  ya Rasulullah." Beliau.bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka dari itu berpuasalah, berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah - bersembahyang malam. Dalam sebulan itu berpuasalah tiga hari, sebab sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi tiga hari sebulan itu sama dengan berpuasa setahun penuh." Saya berkata: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w, bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari." Saya berkata lagi: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah sehari pula. Yang sedemikian itu adalah puasanya Nabi Dawud a.s. dan inilah sesedang-sedangnya berpuasa." Dalam riwayat lain disebutkan: "Yang sedemikian itu adalah seutama-utamanya berpuasa." Saya berkata pula: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Tidak ada yang lebih utama daripada puasa - seperti Nabi Dawud a.s. itu." Sebenamya andaikata saya menerima saja tiga hari yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. -pertama kali - itu adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."

Dalam riwayat lain disebutkan demikian:
Nabi s.a.w. bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa pada siang hari dan bersembahyang sunnah setiap malamnya?" Saya menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan mengerjakan seperti itu. Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena sesungguhnya untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada haknya atas dirimu, isterimu juga ada hak atasmu, untuk tamumu pun ada hak atasmu. Sebenamya sudah cukuplah jikalau untuk setiap bulan itu engkau berpuasa sebanyak tiga hari saja, sebab sesungguhnya setiap kebaikan   itu   diberi   pahala  dengan  sepuluh   kali   lipatnya.  Jadi berpuasa tiga hari setiap bulan itu sama halnya dengan berpuasa setahun penuh." Saya - maksudnya Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash - mengeras-ngeraskan sendiri lalu diperkeraskanlah atas diriku. Saya berkata:  "Ya  Rasulullah, sesungguhnya  saya  masih  mempunyai kekuatan untuk lebih dari itu." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kalau begitu berpuasalah seperti puasanya Nabiullah Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu - yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka."  Saya  bertanya:   "Bagaimanakah  berpuasanya  Dawud a.s.?"   Beliau   s.a.w.   bersabda:   "Ia   berpuasa   setengah   tahun."
Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w." Dalam riwayat lain lagi disebutkan:

Nabi s.a.w. bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan al-Quran sekali setiap malam?" Saya menjawab: "Benar demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki dengan amalan yang sedemikian itu melainkan mengharapkan kebaikan belaka." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Berpuasalah seperti puasanya Nabiullah Dawud a.s., sebab sesungguhnya ia adalah setaat-taat manusia perihal ibadatnya. Selain itu khatamkanlah bacaan al-Quran itu sekali dalam setiap bulan." Saya berkata: "Ya Nabiullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda:   "Kalau   begitu   khatamkanlah  itu  sekali  dalam  setiap sepuluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiullah,saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam seminggu dan jangan ditambah lagi - beratnya amalan tadi - lebih dari itu." jadi saya memperberatkan diri sendiri lalu diperberatkanlah amalan itu atas diriku. Nabi pada saat itu bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak tahu, barangkali engkau akan diberi  usia yang panjang." Maka jadilah saya sampai pada usia tua sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi s.a.w. Setelah saya berusia tua, saya ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiullah s.a.w.
Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas dirimu."
Juga dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak dibenarkanlah seseorang yang berpuasa terus sepanjang tahun." Ini disabdakan oleh beliau s.a.w. sampai tiga kali.

Selain itu dalam riwayat lain disebutkan demikian: "Puasa yang amat tercinta di sisi Allah adalah puasanya Nabi Dawud, sedang shalat yang amat tercinta di sisi Allah juga shalatnya Nabi Dawud. Ia tidur separuh malam, lalu bangun - untuk bersembahyang malam - sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Ia tidak akan lari jikalau menemui - berhadapan dengan musuhnya.
Ada pula riwayat lain yang menyebutkan demikian: "Ia berkata: Ayahku mengawinkan saya dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik. Ayah membuat janji dengan menantunya - wanita itu - yakni isteri anaknya, untuk menanyakan pada wanita perihal keadaan suaminya. Setelah ditanya, isterinya itu berkata: Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu, ia tidak pernah menginjak hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir kita - maksudnya tidak pernah berkumpul untuk menyetubuhi isterinya - sejak kita datang padanya."

Setelah peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda kepada ayahnya: "Pertemukanlah saya dengan lelaki itu."
Saya menemui Nabi s.a.w. sesudah diadukan oleh ayahku itu, beliau s.a.w. bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau berpuasa?" Saya menjawab: "Saya berpuasa tiap hari." Beliau s.a.w. bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau mengkhatamkan al-Quran?" Saya menjawab: "Setiap malam saya khatamkan sekali." Seterusnya orang itu menyebutkan sebagaimana ceritera yang sebelumnya. Ia menghabiskan sebagian bacaan al-Quran itu atas isterinya sebanyak sepertujuh bagian, yang dibacanya itu dirampungkannya di waktu siang agar lebih ringan untuk apa yang akan dibacanya di waktu malamnya. Jikalau ia hendak memperkuatkan dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan dihitunglah jumlah hari berbukanya itu kemudian berpuasa sebanyak hari di atas itu pula. Sebabnya ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau meninggalkan sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi s.a.w.
Semua riwayat di atas adalah shahih, sebagian besar dari shahih Bukhari dan shahih Muslim dan hanya sedikit saja yang tertera dalam salah satu kedua kitab shahih itu - yakni Bukhari dan Muslim saja.

Dari Abu Rib'i yaitu Hanzhalah bin Arrabi' al-Usayyidi al-Katib, salah seorang diantara jurutulisnya Rasulullah s.a.w..katanya: "Abu Bakar bertemu denganku, lalu ia berkata: Bagaimanakah keadaanmu hai Hanzhalah." Saya menjawab: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik." Abu Bakar berkata lagi: "Subhanallah - sebagai tanda keheranan, apakah yang kau ucapkan itu?" Saya menjawab: "Semula kita berada di sisi Rasulullah s.a.w. Beliau mengingat-ingatkan kepada kita perihal syurga dan neraka, seolah-olah keduanya itu benar-benar dapat dilihat-tampak di mata. Tetapi setelah kita keluar dari sisi Rasulullah s.a.w., kita masih juga bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak dan mengurus berbagai harta - untuk kehidupan kita di dunia ini, sehingga dengan demikian, banyak yang kita lupakan - tentang hal syurga dan neraka tadi." Abu Bakar lalu berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kami sendiripun pernah mengalami seperti yang kau alami itu." Selanjutnya saya dan Abu Bakar berangkat bersama sampai masuk ke tempat Rasulullah s.a.w. lalu saya berkata: "Hanzhalah takut pada dirinya sendiri kalau sampai menjadi seorang munafik, ya Rasulullah." Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: "Mengapa demikian?" Saya menjawab: "Ya Rasulullah kita semula ada di sisi Tuan dan Tuan mengingat-ingatkan kepada kita perihal neraka dan syurga seolah-olah keduanya itu dapat dilihat oleh mata. Tetapi setelah kita keluar dari sisi Tuan, kitapun masih juga bermain-main dengan isteri-isteri, anak-anak serta mengurus pula berbagai harta, sehingga karena itu, banyak yang kita lupakan tentang keduanya tadi." Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada didalam genggaman kekuasaanNya, jikalau engkau semua tetap sebagaimana hal keadaanmu di sisiku dan juga senantiasa berzikir - ingat kepada Allah, niscayalah malaikat-malaikat itu menjabat tanganmu semua, baik ketika engkau ada di hamparanmu - sedang tidur, juga ketika ada di jalananmu - sedang berjalan-jalan. Tetapi, hai Hanzhalah, sesaat dan sesaat - maksudnya sesaat untuk melakukan peribadatan kepada Allah dan sesaat lagi untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya, mencari sandang pangan dan lain-lain." Ini disabdakan beliau s.a.w. tiga kali. (Riwayat Muslim).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Nabi s.a.w. berkhutbah, tiba-tiba ada seorang lelaki yang berdiri lalu beliau bertanya kepadanya - tentang nama dan perlunya berdiri. "Orang-orang - para sahabat - sama berkata: "Dia adalah Abu Israil bernazar hendak berdiri di terik matahari, tidak akan duduk-duduk, tidak akan bernaung, tidak akan berbicara dan tetap akan berpuasa." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Perintahkan padanya, supaya ia suka berbicara, bernaung, duduk-duduk dan juga supaya ia meneruskan puasanya." (Riwayat Bukhari).

Orang yang berbuat berlebih-lebihan disebut dengan ekstrim. Ekstrim yaitu berlebihan dalam agama. Ekstrim dalam bahasa Arab disebut dengan Tatharuf Diniy yaitu melampaui batas tengah agama, sedangkan islam mengajak kepada jalan tengah dalam segala hal, baik dalam ibadah, menuntut ilmu dan mencari harta, ”Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatanmu”[Al Baqarah 2;143].

            Umat pilihan yang adil yaitu umat yang pertengahan; tidak mementingkan kerohanian saja, tidak pula mementingkan kebendaan melulu, dia mementingkan dunia dan akherat, nabi bersabda, ”Hindarilah sikap melampaui batas dalam agama karena sesungguhnya orang-orang sebelum kamu telah binasa karenanya” [Ibnu Abbas].

Islam telah memberikan panduan ibadah kepada ummatnya, agar dilakukan sesuai dengan kemampuan atau berlaku sedang dalam ibadah, bila hal itu saja yang dilakukan sudah memasukkannya ke dalam syurga, Rasulullah suka kepada orang yang mengerjakan ibadah yang ringan tapi dilakukan secara terus menerus, hal itu dalam rangka untuk menjaga dan menstabilkan iman, daripada ibadahnya banyak tapi terputus di tengah jalan, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 28 Syawal 1434.H/04 September 2013].




Tidak ada komentar:

Posting Komentar