Jumat, 22 November 2013

61.19 Orang Yang Memulai Membuat Sunnah


RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]



Orang Yang Memulai Membuat Sunnah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Sebagai hamba punya kewajiban pengabdian kepada Khaliqnya sebagai penguasa, raja dan pencipta. Hak mutlak Allah ialah tempat pengabdian bagi seorang hamba, bukan berarti bila manusia tidak menyembah kepada-Nya lalu wibawa dan kekuasaan Allah luntur atau hilang.

Dalam Hadits Qudsi dinyatakan, ”Andai seluruh isi langit dan bumi serta apa yang ada disekitarnya tunduk dan patuh merendah kepada Allah, tidaklah akan meninggikan nama Allah”, demikian pula sebaliknya, ”Walaupun seluruh isi langit dan bumi kafir, ingkar dan durhaka kepada Allah, maka tidak akan menghilangkan ketinggian Allah”.

            Keimanan seorang hamba hanya untuk keselamatannya, demikian pula keingkarannya akan tetap kembali kepadanya, namun Allah mengeluarkan ultimatum, bila manusia tidak beriman dan menyembah kepadanya; ”....Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih” [An Nisa’ ;173].

Sebuah amal akan dinilai sebagai ibadah kepada Allah dan mendapat pahala dari-Nya bila memenuhi tiga hal yaitu niatnya yang ikhlas, tujuannya mencari ridha Allah dan caranya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Bila amal tidak memenuhi salah satu syarat saja atau tidak ada ketiganya maka hal itu disebut dengan bid’ah, perbuatan bid’ah itu sesat, orang yang sesat akan dimasukkan ke dalam neraka, maka celakalah orang yang membuat-buat sunnah atau amalan yang tidak ada sandarannya dari Allah dan Rasul-Nya.

 Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 19 dengan judulOrang Yang Memulai Membuat Sunnah Yang Baik Atau Buruk”, semuanya bahasan ini berangkat dari Al Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw.

Allah Ta'ala berfirman:"Orang-orang yang beriman itu berkata: "Ya Tuhan kita, karuniakanlah kepada kita, isteri-isteri dan keturunan kita menjadi cahaya mata - menggembirakan hati – dan jadikanlah kita pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa." (al-Furqan: 74).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Kami menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk - ummat manusia - dengan perintah Kami." (al-Anbiya': 73)

Dari Abu 'Amr yaitu Jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Kita pernah berada di sisi Rasulullah s.a.w. pada tengah siang hari. Kemudian datanglah kepada beliau itu suatu kaum yang telanjang, mengenakan pakaian bulu harimau - bergaris-garis lurik-lurik-atau mengenakan baju kurung, sambil menyandang pedang, umumnya mereka itu dari suku Mudhar, atau memang semuanya dari Mudhar, maka berubahlah wajah Rasulullah s.a.w. karena melihat mereka yang dalam keadaan miskin itu. Kemudian beliau masuk - rumahnya, lalu keluar lagi, terus menyuruh Bilal untuk berazan. Selanjutnya Bilal berazan dan beriqamat lalu bersembahyang, kemudian beliau berkhutbah. Beliau s.a.w. mengucapkan ayat - yang artinya: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah engkau semua kepada Tuhanmu yang menjadikan engkau semua dari satu diri - Adam," sampai ke akhir ayat yaitu - yang artinya: "Sesungguhnya Allah itu Maha Penjaga bagimu semua." (an-Nisa': 1). Beliau membacakan pula ayat yang dalam surat al-Hasyr - yang artinya: "Hai sekalian orang-orang yang beriman, bertaqwalah engkau semua kepada Allah dan hendaklah seseorang itu memeriksa apa yang akan dikirimkannya untuk hari esoknya."

Disaat itu ada orang yang bersedekah dengan dinarnya, dengan dirhamnya, dengan bajunya, dengan sha' gandumnya, juga dengan sha' kurmanya, sampai-sampai beliau bersabda: "Sekalipun hanya dengan potongan kurma - juga baik." Selanjutnya ada pula orang dari kaum Anshar yang datang dengan suatu wadah yang tapak tangannya hampir-hampir tidak kuasa mengangkatnya, bahkan sudah tidak kuat. Selanjutnya beruntun-runtunlah para manusia itu memberikan sedekahnya masing-masing, sehingga saya dapat melihat ada dua tumpukan dari makanan dan pakaian, sampai-sampai saya melihat pula wajah Rasulullah s.a.w. berseri-seri, seolah-olah wajah beliau itu bercahaya bersih sekali. Kemudian beliau bersabda:

"Barangsiapa yang memulai membuat sunnah dalam Islam berupa amalan yang baik, maka ia memperoleh pahalanya diri sendiri dan juga pahala orang yang mengerjakan itu sesudah -sepeninggalnya - tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu. Dan barangsiapa yang memulai membuat sunnah dalam Islam berupa amalan yang buruk, maka ia memperoleh dosanya diri sendiri dan juga dosa orang yang mengerjakan itu sesudahnya - sepeninggalnya - tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya itu." (Riwayat Muslim).

Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Tiada seseorangpun yang dibunuh secara penganiayaan, melainkan atas anak Adam - manusia yang pertama melakukannya itu -mempunyai tanggungan dari darahnya-semua jiwa yang terbunuh secara penganiayaan, sebab sesungguhnya ia adalah pertama-tama orang yang memulai membuat sunnah membunuh - yang dimaksudkan ialah Qabil putera Nabiullah Adam a.s. yang membunuh saudaranya yakni Habil." (Muttafaq 'alaih).

Kesempurnaan tauhid dalam agama Islam adalah terlepas dari  syirik, siapa saja yang memulai, memelihara dan melakukan syirik itu maka dosanya juga mengena kepada orang yang  mengajarkan dan mencontohkan meskipun dia disebut sebagai  seorang ulama, ustadz ataupun mubaligh. Banyak hal yang dilakukan manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, namun karena kurangnya ilmu, taqlid buta sehingga aktivitas yang nampaknya ibadah menjadikan iman tauhidnya tercemar, yang nampaknya abadat tapi sebenarnya adat, dikira sunnah padahal bid’ah.

            Konsekwensi iman seorang mukmin adalah menjadikan Allah satu-satunya yang disembah [An Najm 53;62]; ”Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).”
Menjadikan Allah yang ditaati segala aturan yang telah diwahyukan-Nya kepada hamba Allah yang mulia yaitu Muhammad saw [Ali Imran 3;32]; ”Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

 Dan hanya mencintai Allah semata [At Taubah 9;24]. ”Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Bila tiga hal tersebut tidak sesuai dengan yang dikehendaki maka perlu adanya perbaikan iman, inilah yang disebut dengan tajdiidul iman, pembaharuan iman. Bila iman tauhid tercemar oleh syirik, ringan apalagi syirik yang  tinggi yaitu mencari Tuhan lain selain Allah hingga riya’ dalam beribadah akan mendatangkan bahaya besar bagi ummat ini.

Syirik yang tergores dihati ummat berarti telah merusak keimanannya kepada Allah, kemurnian iman dan ibadahnya tidak dapat dipertanggungjawabkan, bahkan perbuatan ini tidak berampun, walaupun Allah mengampuni segala perbuatan dosa manusia dengan izinnya bila bertaubat, dan ini merupakan hak preogratifnya, selain itu syirik juga merupakan dosa besar; “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”[An Nisa ‘ 4;48]

Syirik yang dilakukan seorang hamba juga berarti telah menyeretnya kepada kesesatan yang jauh, lebih primitif dari pada orang-orang jahiliyah, seseorang bila tidak berada dalam lingkungan dan lingkaran tauhid b erarti dia  hadir dalam lingkaran syirik, dari sekian kesesatan maka syirik merupakan kesesatan yang sangat jauh, sulit untuk diberikan kesadaran , firman Allah dalams urat An Nisa’ 4;60 “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya Telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka Telah diperintah mengingkari thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.”

Selain syirik, praktek ibadah yang mengandung  bid’ah merupakan praktek ibadah yang diada-adakan oleh para ulama yang tidak mencontoh teladan dari Rasulullah, mereka adalah ulama su’ [jahat] yang menghidupsuburkan praktek bid’ah ini di tengah masyarakat.

Ujud ketaatan kepada Allah juga harus diiringi dengan ketaatan kepada Rasul, apa yang diperintahkan oleh Rasulullah kemudian dilaksanakan maka samalah artinya taat kepada Allah dan sebaliknya. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka" (HR. Muslim)

Praktek ibadah yang diada-adakan inilah yang disebut dengan bid'ah, yaitu melakukan ibadah tapi tidak mengikuti  contoh dari Rasulullah, cendrung mengikuti ibadah yang tidak jelas sumbernya, diada-adakan oleh orang-orang terdahulu dengan sadar atau tidak, maka perbuatan ini tidak diperhitungkan pahalanya bahkan dianggap sesat, sikap yang baik ialah berhati-hati dan membuat jarak dengan ahli bid'ah ini selain menjaga diri sendiri juga untuk menyelamatkan orang lain, Rasulullah memberikan pengertian kepada kita, "Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bid'ah sesudah aku (Rasulullah Saw) tiada maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan kata tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid'ah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu di akhirat." (HR. Ath-Thahawi)

Selain ibadah yang dilakukan ahli ibadah itu tertolak karena tidak sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasulullah, mereka juga menyesatkan orang lain, ini saja sudah satu bencana yang akan diterima kelak di akherat, belum lagi musibah dan bencana yang diturunkan oleh ke negeri kita ini karena walaupun mayoritas ummatnya beragama islam tapi kualitas ibadah sangatlah rendah bahkan rusak semuanya lantaran ibadah yang berbumbu bi'dah. Bid'ah hidup subur di tengah-tengah ummat ini karena ada yang melestarikannya yaitu bodohnya ummat dan lemahnya ulama. Ulamalah yang berperan lansung mengajak ummat ini untuk mengamalkan ibadah bid'ah.
 
            Inilah ulama yang merusak ummat, dia memberikan fatwa dengan memutarbalikkan ajaran islam tanpa sandaran yang benar, perintah wajib dikatakan sunnah, perbuatan halal  diharamkan dan barang haram dihalalkan. Fatwanya keluar didorong oleh hawa nafsu dengan menafsirkan Al Qur’an sendiri, disamping fanatik kepada guru tanpa pertimbangan rasional dan ilmu yang benar, karena banyak program acara memakai sponsor maka fatwanyapun sesuai dengan pesan, hanya sekedar menyenangkan satu pihak yang memberi fasilitas kepadanya atau sekedar mengharapkan tepukan tangan dan julukan ”wah”

Bid'ah juga hidup dilingkungan ulama yang pembangun fanatisme buta, pengertian fanatik sering dipakai orang dalam bidang agama dengan arti berpedoman atau berpegang teguh kepada keyakinan, bagaimanapun cobaan datang bahkan nyawanyapun terancam maka dia tetap tidak melepaskan keyakinannya, sangat cinta kepada agama sebagai pandangan hidup yang harus dijaga, biarlah hidup terkungkung dalam penjara tapi kecintaannya kepada islam tidak akan luntur, bisa saja ketika mulutnya  membenci islam karena penderitaan yang dirasakan tapi hatinya tetap mencintai islam. Sifat ini sangat diperlukan dalam beragama, orang yang tidak fanatik kepada agama yang dianutnya maka diragukan keagamaannya, orang yang tidak fanatik kepada islam sangat diragukan eksistensinya.

            Lain halnya dengan fanatisme yaitu fanatik buta kepada agama, dia hanya cinta kepada fahamnya saja sehingga tidak mau mendengar apalagi menerima pendapat orang lain. Faham ini cendrung membentuk ajaran dan faham baru yang menjadi sempalan dalam islam yang menganggap orang lain yang berada diluar golongannya sesat. Ulama yang membentuk faham fanatisme ini bukan saja sesat tapi menyesatkan orang lain, tentu saja ajarannya diluar Al Qur’an dan Sunnah, walaupun mereka selalu berkoar-koar bahwa semua ibadah yang dia lakukan mengikuti Al Qur'an dan sunnah.

Cobalah kita lihat ibadah sejak dari bersuci, adzan, shalat, puasa dan amalan lainnya  yang dilakukan ummat islam baik di kota apalagi di desa, banyak yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah, nampaknya ibadah tapi sebenarnya adat, sepertinya sunnah tapi sebenarnya bid'ah, sehingga betapa besar kerugian yang dibuatnya, hanya menghabiskan waktu, tenaga dan dana mungkin dalam melaksanakan ibadah tapi hasilnya malah sesat dan menyesatkan, bila sesat dan menyesatkan maka Rasul menyatakan pastinya masuk neraka, ironi jadinya, dengan ibadah tapi malah mengantarkan ke neraka tidak ke syurga, hanya karena amalan itu berbumbu bid'ah, Rasulullah bersabda,  "Barangsiapa menipu umatku maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Ditanyakan, "Ya Rasulullah, apakah pengertian tipuan umatmu itu?" Beliau menjawab, "Mengada-adakan amalan bid'ah, lalu melibatkan orang-orang kepadanya." (HR. Daruquthin dari Anas).

Segala sunnah atau amalan hidup yang baik diajarkan atau dicontohkan oleh siapapun, lalu diikuti oleh orang  lain, selama orang itu mengamalkannya maka selama itu pula akan mengalir pahala kepadanya, begitu juga sebaliknya, semua amalan hidup atau sunnah yang tidak baik yang diajarkan atau dicontohkan oleh siapapun, lalu sunnah itu diikuti oleh orang lain, maka selama orang itu mengamalkannya maka selama itu pula akan mengalir dosa kepadanya. Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 29 Syawal 1434.H/05 September 2013].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar