Jumat, 22 November 2013

51.9 Memikirkan Keagungan Makhluk-makhluk Allah




RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]



Memikirkan Keagungan
Makhluk-makhluk Allah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Allah memerintahkan kepada manusia agar mereka menggunakan fikiran dan mengerti peristiwa yang terjadi untuk diambil maknanya. Di angkasa raya dengan kebesaran penciptanya berjuta-juta bintang bertaburan memberi warna indahnya langit, pergantian musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan, sungai yang mengaliri air, ”Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan bintang-bintang” [Ash Shaffat;6].

            Jangankan kita menyaksikan alam raya ini keluar dari orbit bumi, sedangkan di bumi saja dikala malam langit cerah, bintang-bintang bertebaran dihiasi bulan dengan cahayanya memantul ke bumi, hati orang mukmin jadi tunduk, merendah menerima kebesaran Ilahi. Ketika hujan lebat di tengah malam yang pekat disertai badai yang kuat, dingin pula, gelegar kilat yang menyambar tak terlintaskan di dalam hati manusia sedikit saja rasa takut, mohon perlindungan kepada-Nya ? ”Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung, dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, demikian pula para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilinar lalu mengenai  siapa saja yang dikehendaki-Nya” [Ar Ra’ad; 12-13].

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 9 dengan judul Memikir-mikirkan Keagungan Makhluk-makhluk Allah Ta'ala Dan Rusaknya Dunia Dan Kesukaran-kesukaran Di Akhirat Dan Perkara Yang Lain-lain DiDunia  Dan  Akhirat  Serta   Keteledoran Jiwa,  Juga Mendidiknya Dan Mengajaknya Untuk Bersikap Istiqamah menyebutkan beberapa sandaran dari Al Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw.

Allah Ta'ala berfirman:"Katakanlah: Hanyasanya aku hendak menasihati kepadamu sekalian perkara satu saja, yaitu supaya engkau sekalian berdiri di hadapan Allah berdua-duaan atau sendiri-sendiri, kemudian engkau sekalian memikirkan bahwa bukanlah kawanmu itu terkena penyakit gila. Tidaklah kawanmu itu melainkan seorang yang memberikan peringatan kepadamu sekalian sebetum datangnya siksa yang amat sangat." (Saba': 46).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi serta bersilih, gantinya malam dengan siang itu adalah tanda-tanda - kekuasaan Allah - bagi orang-orang yang suka berfikir.
"Mereka itu ialah orang-orang yang selalu berzikir kepada Allah ketika berdiri, duduk ataupun berbaring sambil memikirkan kejadian langit dan bumi. Mereka berkata: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa api neraka." Sampai ayat-ayat seterusnya. (ali-lmran: 190-191)

Allah Ta'ala berfirman lagi:"Apakah mereka tidak melihat - memperhatikan - pada unta, bagaimana ia diciptakan?"Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?"Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?"Dan juga bumi, bagaimana ia dikembangkan?"Maka dari itu berikanlah peringatan, karena engkau itu hanyalah seorang yang bertugas memberi peringatan." (al-Ghasyiyah: 17-21).

Allah Ta'ala juga berfirman:"Apakah mereka tidak hendak berjalan di muka bumi, lalu melihat - memperhatikan - bagaimana akibat orang-orang yang belum mereka? Allah telah membinasakan mereka itu dan keadaan yang seperti itu pula untuk orang-orang kafir?" (Muhammad: 10).

Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah - yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Kebesaran Allah tak ditemui tandingannya dan hal ini diakui dengan kerendahan hati oleh orang-orang yang beriman yang mau mengetuk hatinya untuk membacakan segala peristiwa dari alam ini, sejak dari biji yang  tak berdaya, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan kekuasaan-Nya, ”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir-butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup” [Al An’am;95]

            Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari ciptaan Allah, lautan dengan segala kekayaannya, binatang serangga dengan berbagai jenisnya, tumbuh-tumbuhan dengan corak warnanya sampai kepada diri manusia iu sendiri, ”Dari pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran di muka bumi, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk kaum yang meyakini”[Al Jatsiyah; 4].

            Bagaimana awal mula diciptakan manusia yang berasal dari air mani dengan segala proses kejadiannya, ”Allah yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai pencitaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina [air mani]” [As Sajadah; 7-8].

" Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”[As Sajadah 32;4]

Penciptaan alam semesta ini diakui oleh orang-orang kafir di masa jahiliyyah walaupun ketika mereka dituntut untuk menyembah Allah mereka menolak, artinya kafir Quraiys ketika itu mengakui Allah dengan  keimanan secara Rububiyyah yaitu keimanan sebatas pengakuan tentang Maha Penciptanya Allah.

Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu yang Maha Mulia. Sungguh betapa agung nama-Mu, yang telah menciptakan segala. Rasanya, dengan hati dan perasaan malu, kami membisikkan nama-Mu. Karena Engkau telah menciptakan segala, tapi kami tak jenuh-jenuh berbuat dosa.
           
Janganlah Engkau kunci hati kami. Jangan pula Engkau tutup jiwa kami. Dari kebenaran-Mu. Dari kebesaran-Mu. Sungguh, kami tak ingin Engkau butakan. Sungguh, kami tak hendak Engkau campakkan.

Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu dengan segenap jiwa yang penuh alpa. Tidak saja karena takut, tapi juga penuh rasa malu. Betapa sayangnya Engkau pada kami, tapi betapa durhakanya kami atas semua nikmat yang Engkau beri.

Kami terlalu sibuk memikirkan tentang apa yang kami bisa dan apa yang kami mampu. Padahal, dibanding izin-Mu, sungguh malu jika kami merasa bisa dan mampu. Engkau hamparkan bumi. Engkau turunkan hujan. Engkau tumbuhkan tanaman. Engkau jadikan kehidupan. Dan kami masih terus menerus durhaka, dengan berbuat dosa.

Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu dengan segenap ruh yang mudah luluh. Ampuni kami Gusti, yang seolah lupa betapa luasnya langit, betapa bergeloranya samudera. Dan semua itu, hanya Engkau yang menciptakannya.

Rasul-Mu saja, betapa takut dan malu menatap langit yang begitu luas. Takut karena merasa sangat kecilnya manusia. Malu karena, betapa lemahnya manusia.
Tapi Engkau Maha Menepati janji, wahai Sang Pencipta. Yang lemah akan menjadi kuat, dengan menyebut nama-Mu. Yang takut menjadi berani, dengan menyebut nama-Mu. [Cyber Sabili, Rabu, 16 Juni 2010 04:41 Herry nurdi].

Makna lain dari kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, tidak ada Tuhan selain Allah adalah “Laa Khaliq Illallah” artinya “Tidak ada Pencipta kecuali Allah”. Karena memang di dunia ini selain Allah adalah makhluk artinya yang diciptakan, termasuk di dalamnya adalah manusia,  tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.

Allah juga menciptakan makhluk lainnya seperti jin dan malaikat dengan kejadian yang berbeda dan watak yang tidak sama pula, sehingga beragamlah makhluk Allah tersebut.
Dengan mempehatikan kejadian seluruh makhluk membuat kita semakin yakin bila Allah itu Maha Perkasa, wajar bila seorang sufi mengatakan,”Barangsiapa yang mengenal asal kejadiannya maka dia akan mengetahui siapa Tuhannya”

Allah Swt  Maha Kuasa, Ia menciptakan alam semesta semuanya tidak menggunakan alat atau perkakas. Bila akan menjadikan sesuatu, cukuplah dengan kalimat “Kun” jadilah, lalu terjadilah seperti firman Allah dalam surat Yasin surat ke 36 ayat 82 “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia”

Firman Allah dalam hadits qudsi ;”Aku adalah gudang yang tersembunyi, maka Aku suka agar Aku dikenal, lalu Aku ciptakan makhluk supaya ia mengenalku Aku”.

Dalam surat Yunus 10;3 Allah menyatakan firman-Nya;“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”

Jadi jelaslah yang mengatur semua kejadian alam, makhluk, manusia, binatang, matahari, bulan dan bintang, hidup dan mati adalah Allah Swt  [Al Baqarah 2;255] ”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Tidak semua orang mengakui kalau Allah adalah Pencipta karena dihalangi oleh beberapa faktor diantaranya tidak mempunyai akal serta tidak diberdayakan akalnya ke arah itu. Dalam mengenal Allah mempunyai dua cara;

  1. Dengan menggunakan akal fikiran dan memeriksa secara teliti apa saja yang telah diciptakan Allah, yang berupa benda-benda yang beraneka ragam.

  1. Dengan mengetahui nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya. Dengan menggunakan akal dari satu sudut dan dengan mema’rifati nama-nama dan sifat-sifat-Na dari sudut lain, akan dapat seseorang berma’rifah kepada Allah dan dia akan memperleh petunjuk ke arah itu.

Karenanya islam menganjurkan kepada manusia agar memikirkan hal-hal yang diciptakan Allah. Apa-apa yang di langit dan  di bumi. Dalam diri sendiri dan dalam masyarakat. Tidak sebuah pemikiranpun yang dilarang, melainkan memikirkan zat Allah, sebab soal yang  satu ini pasti berada di luar kekuatan akal fikiran manusia, Rasulullah  bersabda,”Berfikirlah perihal makhluk Allah. Dan janganlah kamu berfikir tentang zat Allah. Sebab sesungguhnya kamu tentu tidak dapat mencapai keadaan hakekat zat Allah”[HR.Abu Nu’aim]
Al Qur’an banyak menunjukkan dengan beratus-ratus tanda bukti yang mengajak ummat manusia untuk merenungkan keadaan alam yang terbuka lebar dan luas di hadapan mereka, itu makanya hal yang dapat menghilangkan akal manusia harus disingkirkan; “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,’[Al Baqarah  2;219]

Yang diciptakan Allah bukanlah sebatas isi langit dan bumi tapi seluruh jagad raya yang maha luas, hal ini digambarkan oleh seorang ilmuan yang bernama Albert Einstein, ketika dia meneropong bintang yang paling dekat dengan bumi,dia menemukan jarak satu juta  tahun perjalanan cahaya, artinya bila kita menyorotkan senter ke bintang tersebut maka akan sampai cahaya senter tersebut setelah satu juta tahun lamanya. Dan ketika dia menyorotkan teropongnya pada bintang yang paling jauh maka dia menemukan jarak yang luar biasa yaitu 20 nonya dibelakang, sehingga kekagumannya tadi terucap dengan pendapat,”Ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta”.

Berfikir sejenak atas  peristiwa alam yang terjadi sehari-hari akan membangkitkan kesadaran yang tinggi, bagaimana langit dan bumi diciptakan serta rintik hujan sampai ke tanah yang dapat menyuburkan tanaman.

Di angkasa raya dengan kebesaran penciptaNya berjuta-juta bintang berhamburan memberi warna indahnya di langit, pergantian musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan dan  sungai yang mengaliri air [Ash Shaffat 37;6]

Keagungan Allah tidak dapat ditandingi oleh siapapun, hal itu sudah dibuktikan sejak zaman jahiliyyah dahulu, bahkan keagungan Allah pernah pula terjadi dizaman nabi Musa, nabi Ibrahim dan nabi-nabi lainnya dengan mukjizat yang diberikan Allah kepada mereka.

Ketika Musa terdesak diantara pasukan Fir’aun yang sedang mengejarnya dan lautan luas berada didepannya, sehingga para pengikut Musa merasa takut dan menyuruh Musa akan mohon pertolongan dari Allah, Musa yakin pertolongan akan datang tapi tidak tahu dalam bentuk apa pertolongan itu. Allah s.w.t mewahyukan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya kepada lautan. Pemukulan tongkat terhadap lautan hanya sekadar sebab yang kemudian diikuti dengan terbelahnya lautan. Belum sampai Nabi Musa mengangkat tongkatnya sehingga malaikat Jibril turun ke bumi lalu Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke lautan. Tiba-tiba laut itu terbelah menjadi dua bahagian: satu bahagian menjadi kering kontang di mana di sebelah kanannya terdapat ombak dan di sebelah kirinya juga terdapat ombak. Nabi Musa bersama kaumnya berjalan sehingga mereka dapat melewati lautan. Ini adalah mukjizat yang sangat besar. Ombak bergelombang: meninggi dan menurun sehingga tampak ada tangan tersembunyi yang mencegahnya agar jangan sampai menenggelamkan Nabi Musa atau bahkan membasahinya sekalipun.

Demikianlah Nabi Musa dan kaumnya berhasil melewati lautan. Sementara itu, Fir'aun sampai ke lautan. Ia menyaksikan mukjizat ini. Ia melihat lautan terdapat jalan kering yang terbelah menjadi dua. Fir'aun saat itu merasakan ketakutan tetapi lagi-lagi keras kepalanya dan pembangkangnya tetap menyalakan api peperangan sehingga ia menyuruh pasukannya untuk maju. Ketika Musa selesai menyeberangi lautan, ia menoleh ke lautan dan ia ingin memukulkan dengan tongkatnya sehingga kembali sebagaimana mestinya, tetapi Allah s.w.t mewahyukan kepadanya agar ia membiarkan lautan seperti semula. Seandainya ia memukulkan tongkatnya kepada lautan dan laut itu kembali seperti semula nescaya Nabi Musa akan selamat dan Fir'aun pun akan selamat, sedangkan Allah s.w.t telah berkehendak untuk menenggelamkan Fir'aun. Oleh kerana itu, Musa diperintahkan untuk membiarkan lautan seperti semula. Allah s.w.t mewahyukan kepadanya:"Dan biarlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentera yang akan ditenggelamkan." (QS. ad-Dukhan 44: 24)

Fir'aun bersama tenteranya sampai di tengah lautan. Ia sudah melewati separuhnya dan ia akan sampai ke tepi yang lain. Kemudian Allah s.w.t memerintahkan kepada Jibril. Lalu Jibril menggerakkan ombak sehingga ombak itu menerpa Fir'aun dan menenggelamkannya beserta tenteranya. Fir'aun dan tenteranya tenggelam. Pembangkang telah tenggelam sedangkan keimanan kepada Allah s.w.t telah selamat. [Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah,2007]

Jangankan perihal kecil tentang kejadian di dunia ini, sedangkan kejadian diantara langit dan bumi berada dalam genggaman-Nya, Dari Abdullah ra. dia berkata : "Datanglah salah seorang pendeta kepada Rasulullah saw. pendeta itu berkata : "Wahai Muhammad, sesungguhnya kami dapati bahwa Allah menjadikan langit atas satu jari dan bumi-bumi atas satu jari, pohon atas satu jari dan semua makhluk atas satu jari, dan Allah berfirman : "Akulah Raja". Nabi saw tertawa sehingga tampak gigi taring beliau, membenarkan kata-kata pendeta itu, kemudian Rasulullah saw. membaca : "Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya, Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Ke-Agungan Allah selain di alam raya ini, maka dapat dilihat dalam firman-firman-Nya yang membuat orang-orang kafir tidak mampu untuk menandingi kehebatan firman itu sehingga mereka memusuhi Muhammad sebagai nabi yang menyampaikan risalah, selain itu ke-Agungan Allah juga dinampakkan pada i’jaz atau mu’jizat yang diberikan kepada para nabi dan rasul. Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 28 Syawal 1434.H/04 September 2013].



Tidak ada komentar:

Posting Komentar