RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Memikirkan
Keagungan
Makhluk-makhluk
Allah
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Allah
memerintahkan kepada manusia agar mereka menggunakan fikiran dan mengerti
peristiwa yang terjadi untuk diambil maknanya. Di angkasa raya dengan kebesaran
penciptanya berjuta-juta bintang bertaburan memberi warna indahnya langit,
pergantian musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan, sungai yang
mengaliri air, ”Sesungguhnya Kami telah
menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan bintang-bintang” [Ash
Shaffat;6].
Jangankan kita menyaksikan alam raya ini keluar dari
orbit bumi, sedangkan di bumi saja dikala malam langit cerah, bintang-bintang
bertebaran dihiasi bulan dengan cahayanya memantul ke bumi, hati orang mukmin
jadi tunduk, merendah menerima kebesaran Ilahi. Ketika hujan lebat di tengah
malam yang pekat disertai badai yang kuat, dingin pula, gelegar kilat yang
menyambar tak terlintaskan di dalam hati manusia sedikit saja rasa takut, mohon
perlindungan kepada-Nya ? ”Dialah Tuhan
yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan
Dia mengadakan awan mendung, dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah,
demikian pula para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan
halilinar lalu mengenai siapa saja yang
dikehendaki-Nya” [Ar Ra’ad; 12-13].
Imam An
Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 9 dengan judul Memikir-mikirkan
Keagungan Makhluk-makhluk Allah Ta'ala Dan Rusaknya Dunia Dan
Kesukaran-kesukaran Di Akhirat Dan Perkara Yang Lain-lain DiDunia Dan
Akhirat Serta Keteledoran Jiwa, Juga Mendidiknya Dan Mengajaknya Untuk
Bersikap Istiqamah menyebutkan beberapa sandaran dari Al Qur’an dan Hadits
Rasulullah Saw.
Allah Ta'ala berfirman:"Katakanlah: Hanyasanya aku hendak
menasihati kepadamu sekalian perkara satu saja, yaitu supaya engkau sekalian
berdiri di hadapan Allah berdua-duaan atau sendiri-sendiri, kemudian engkau
sekalian memikirkan bahwa bukanlah kawanmu itu terkena penyakit gila. Tidaklah
kawanmu itu melainkan seorang yang memberikan peringatan kepadamu sekalian
sebetum datangnya siksa yang amat sangat." (Saba': 46).
Allah Ta'ala berfirman pula:"Sesungguhnya dalam kejadian
langit dan bumi serta bersilih, gantinya malam dengan siang itu adalah
tanda-tanda - kekuasaan Allah - bagi orang-orang yang suka berfikir.
"Mereka itu ialah orang-orang yang selalu berzikir kepada
Allah ketika berdiri, duduk ataupun berbaring sambil memikirkan kejadian langit
dan bumi. Mereka berkata: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya
tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
lindungilah kami dari siksa api neraka." Sampai ayat-ayat seterusnya.
(ali-lmran: 190-191)
Allah Ta'ala berfirman lagi:"Apakah mereka tidak melihat -
memperhatikan - pada unta, bagaimana ia diciptakan?"Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan?"Dan gunung-gunung, bagaimana ia
ditegakkan?"Dan juga bumi, bagaimana ia dikembangkan?"Maka dari itu
berikanlah peringatan, karena engkau itu hanyalah seorang yang bertugas memberi
peringatan." (al-Ghasyiyah: 17-21).
Allah Ta'ala juga berfirman:"Apakah mereka tidak hendak
berjalan di muka bumi, lalu melihat - memperhatikan - bagaimana akibat
orang-orang yang belum mereka? Allah telah membinasakan mereka itu dan keadaan yang
seperti itu pula untuk orang-orang kafir?" (Muhammad: 10).
Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi s.a.w.,
sabdanya:"Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan
keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan
orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan
mengharap-harapkan kemurahan atas Allah - yakni mengharap-harapkan kebahagiaan
dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih."Diriwayatkan oleh Imam
Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Kebesaran Allah tak ditemui
tandingannya dan hal ini diakui dengan kerendahan hati oleh orang-orang yang
beriman yang mau mengetuk hatinya untuk membacakan segala peristiwa dari alam
ini, sejak dari biji yang tak berdaya,
tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan
kekuasaan-Nya, ”Sesungguhnya Allah
menumbuhkan butir-butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup” [Al
An’am;95]
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari ciptaan Allah,
lautan dengan segala kekayaannya, binatang serangga dengan berbagai jenisnya,
tumbuh-tumbuhan dengan corak warnanya sampai kepada diri manusia iu sendiri, ”Dari pada penciptaan kamu dan pada
binatang-binatang yang melata yang bertebaran di muka bumi, terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah untuk kaum yang meyakini”[Al Jatsiyah; 4].
Bagaimana awal mula diciptakan manusia yang berasal dari
air mani dengan segala proses kejadiannya, ”Allah
yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai pencitaan
manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina [air mani]” [As Sajadah; 7-8].
" Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak
ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”[As Sajadah 32;4]
Penciptaan
alam semesta ini diakui oleh orang-orang kafir di masa jahiliyyah walaupun
ketika mereka dituntut untuk menyembah Allah mereka menolak, artinya kafir
Quraiys ketika itu mengakui Allah dengan
keimanan secara Rububiyyah yaitu keimanan sebatas pengakuan tentang Maha
Penciptanya Allah.
Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba
menyebut dan menulis nama-Mu yang Maha Mulia. Sungguh betapa agung nama-Mu,
yang telah menciptakan segala. Rasanya, dengan hati dan perasaan malu, kami
membisikkan nama-Mu. Karena Engkau telah menciptakan segala, tapi kami tak jenuh-jenuh
berbuat dosa.
Janganlah Engkau kunci hati kami. Jangan
pula Engkau tutup jiwa kami. Dari kebenaran-Mu. Dari kebesaran-Mu. Sungguh,
kami tak ingin Engkau butakan. Sungguh, kami tak hendak Engkau campakkan.
Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba menyebut
dan menulis nama-Mu dengan segenap jiwa yang penuh alpa. Tidak saja karena
takut, tapi juga penuh rasa malu. Betapa sayangnya Engkau pada kami, tapi
betapa durhakanya kami atas semua nikmat yang Engkau beri.
Kami terlalu sibuk memikirkan tentang apa
yang kami bisa dan apa yang kami mampu. Padahal, dibanding izin-Mu, sungguh
malu jika kami merasa bisa dan mampu. Engkau hamparkan bumi. Engkau turunkan
hujan. Engkau tumbuhkan tanaman. Engkau jadikan kehidupan. Dan kami masih terus
menerus durhaka, dengan berbuat dosa.
Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba
menyebut dan menulis nama-Mu dengan segenap ruh yang mudah luluh. Ampuni kami
Gusti, yang seolah lupa betapa luasnya langit, betapa bergeloranya samudera.
Dan semua itu, hanya Engkau yang menciptakannya.
Rasul-Mu saja, betapa takut dan malu
menatap langit yang begitu luas. Takut karena merasa sangat kecilnya manusia.
Malu karena, betapa lemahnya manusia.
Tapi
Engkau Maha Menepati janji, wahai Sang Pencipta. Yang lemah akan menjadi kuat,
dengan menyebut nama-Mu. Yang takut menjadi berani, dengan menyebut nama-Mu.
[Cyber Sabili, Rabu, 16 Juni 2010 04:41 Herry nurdi].
Makna lain
dari kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, tidak ada Tuhan selain Allah adalah “Laa
Khaliq Illallah” artinya “Tidak ada Pencipta kecuali Allah”. Karena
memang di dunia ini selain Allah adalah makhluk artinya yang diciptakan,
termasuk di dalamnya adalah manusia,
tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.
Allah juga
menciptakan makhluk lainnya seperti jin dan malaikat dengan kejadian yang
berbeda dan watak yang tidak sama pula, sehingga beragamlah makhluk Allah
tersebut.
Dengan
mempehatikan kejadian seluruh makhluk membuat kita semakin yakin bila Allah itu
Maha Perkasa, wajar bila seorang sufi mengatakan,”Barangsiapa yang mengenal asal kejadiannya maka dia akan mengetahui
siapa Tuhannya”
Allah
Swt Maha Kuasa, Ia menciptakan alam
semesta semuanya tidak menggunakan alat atau perkakas. Bila akan menjadikan
sesuatu, cukuplah dengan kalimat “Kun” jadilah, lalu terjadilah seperti firman
Allah dalam surat Yasin surat ke 36 ayat 82 “Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya:
"Jadilah!" Maka terjadilah ia”
Firman Allah
dalam hadits qudsi ;”Aku adalah gudang
yang tersembunyi, maka Aku suka agar Aku dikenal, lalu Aku ciptakan makhluk
supaya ia mengenalku Aku”.
Dalam surat
Yunus 10;3 Allah menyatakan firman-Nya;“Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?”
Jadi
jelaslah yang mengatur semua kejadian alam, makhluk, manusia, binatang,
matahari, bulan dan bintang, hidup dan mati adalah Allah Swt [Al Baqarah 2;255] ”Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah
tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.”
Tidak semua
orang mengakui kalau Allah adalah Pencipta karena dihalangi oleh beberapa
faktor diantaranya tidak mempunyai akal serta tidak diberdayakan akalnya ke
arah itu. Dalam
mengenal Allah mempunyai dua cara;
- Dengan menggunakan akal fikiran dan memeriksa secara teliti apa saja yang telah diciptakan Allah, yang berupa benda-benda yang beraneka ragam.
- Dengan mengetahui nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya. Dengan menggunakan akal dari satu sudut dan dengan mema’rifati nama-nama dan sifat-sifat-Na dari sudut lain, akan dapat seseorang berma’rifah kepada Allah dan dia akan memperleh petunjuk ke arah itu.
Karenanya
islam menganjurkan kepada manusia agar memikirkan hal-hal yang diciptakan
Allah. Apa-apa yang di langit dan di
bumi. Dalam diri sendiri dan dalam masyarakat. Tidak sebuah pemikiranpun yang
dilarang, melainkan memikirkan zat Allah, sebab soal yang satu ini pasti berada di luar kekuatan akal
fikiran manusia, Rasulullah bersabda,”Berfikirlah perihal makhluk Allah. Dan
janganlah kamu berfikir tentang zat Allah. Sebab sesungguhnya kamu tentu tidak
dapat mencapai keadaan hakekat zat Allah”[HR.Abu Nu’aim]
Al Qur’an
banyak menunjukkan dengan beratus-ratus tanda bukti yang mengajak ummat manusia
untuk merenungkan keadaan alam yang terbuka lebar dan luas di hadapan mereka,
itu makanya hal yang dapat menghilangkan akal manusia harus disingkirkan; “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar
dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".
dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang
lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir,’[Al Baqarah
2;219]
Yang
diciptakan Allah bukanlah sebatas isi langit dan bumi tapi seluruh jagad raya
yang maha luas, hal ini digambarkan oleh seorang ilmuan yang bernama Albert
Einstein, ketika dia meneropong
bintang yang paling dekat dengan bumi,dia menemukan jarak satu juta tahun perjalanan cahaya, artinya bila kita
menyorotkan senter ke bintang tersebut maka akan sampai cahaya senter tersebut
setelah satu juta tahun lamanya. Dan ketika dia menyorotkan teropongnya pada
bintang yang paling jauh maka dia menemukan jarak yang luar biasa yaitu 20
nonya dibelakang, sehingga kekagumannya tadi terucap dengan pendapat,”Ilmu
tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta”.
Berfikir
sejenak atas peristiwa alam yang terjadi
sehari-hari akan membangkitkan kesadaran yang tinggi, bagaimana langit dan bumi
diciptakan serta rintik hujan sampai ke tanah yang dapat menyuburkan tanaman.
Di angkasa raya dengan kebesaran
penciptaNya berjuta-juta bintang berhamburan memberi warna indahnya di langit,
pergantian musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan dan sungai yang mengaliri air [Ash Shaffat 37;6]
Keagungan Allah tidak
dapat ditandingi oleh siapapun, hal itu sudah dibuktikan sejak zaman jahiliyyah
dahulu, bahkan keagungan Allah pernah pula terjadi dizaman nabi Musa, nabi
Ibrahim dan nabi-nabi lainnya dengan mukjizat yang diberikan Allah kepada
mereka.
Ketika Musa terdesak diantara pasukan Fir’aun yang sedang
mengejarnya dan lautan luas berada didepannya, sehingga para pengikut Musa
merasa takut dan menyuruh Musa akan mohon pertolongan dari Allah, Musa yakin pertolongan
akan datang tapi tidak tahu dalam bentuk apa pertolongan itu. Allah s.w.t
mewahyukan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya kepada lautan. Pemukulan
tongkat terhadap lautan hanya sekadar sebab yang kemudian diikuti dengan
terbelahnya lautan. Belum sampai Nabi Musa mengangkat tongkatnya sehingga
malaikat Jibril turun ke bumi lalu Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke lautan.
Tiba-tiba laut itu terbelah menjadi dua bahagian: satu bahagian menjadi kering
kontang di mana di sebelah kanannya terdapat ombak dan di sebelah kirinya juga
terdapat ombak. Nabi Musa bersama kaumnya berjalan sehingga mereka dapat
melewati lautan. Ini adalah mukjizat yang sangat besar. Ombak bergelombang:
meninggi dan menurun sehingga tampak ada tangan tersembunyi yang mencegahnya
agar jangan sampai menenggelamkan Nabi Musa atau bahkan membasahinya sekalipun.
Demikianlah Nabi Musa dan kaumnya
berhasil melewati lautan. Sementara itu, Fir'aun sampai ke lautan. Ia
menyaksikan mukjizat ini. Ia melihat lautan terdapat jalan kering yang terbelah
menjadi dua. Fir'aun saat itu merasakan ketakutan tetapi lagi-lagi keras
kepalanya dan pembangkangnya tetap menyalakan api peperangan sehingga ia
menyuruh pasukannya untuk maju. Ketika Musa selesai menyeberangi lautan, ia
menoleh ke lautan dan ia ingin memukulkan dengan tongkatnya sehingga kembali
sebagaimana mestinya, tetapi Allah s.w.t mewahyukan kepadanya agar ia
membiarkan lautan seperti semula. Seandainya ia memukulkan tongkatnya kepada
lautan dan laut itu kembali seperti semula nescaya Nabi Musa akan selamat dan
Fir'aun pun akan selamat, sedangkan Allah s.w.t telah berkehendak untuk
menenggelamkan Fir'aun. Oleh kerana itu, Musa diperintahkan untuk membiarkan
lautan seperti semula. Allah s.w.t mewahyukan kepadanya:"Dan biarlah laut itu
tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentera yang akan
ditenggelamkan." (QS.
ad-Dukhan 44: 24)
Fir'aun bersama tenteranya sampai di
tengah lautan. Ia sudah melewati separuhnya dan ia akan sampai ke tepi yang
lain. Kemudian Allah s.w.t memerintahkan kepada Jibril. Lalu Jibril
menggerakkan ombak sehingga ombak itu menerpa Fir'aun dan menenggelamkannya
beserta tenteranya. Fir'aun dan tenteranya tenggelam. Pembangkang telah
tenggelam sedangkan keimanan kepada Allah s.w.t telah selamat. [Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi
Allah,2007]
Jangankan perihal kecil tentang kejadian
di dunia ini, sedangkan kejadian diantara langit dan bumi berada dalam
genggaman-Nya, Dari Abdullah ra. dia
berkata : "Datanglah salah seorang
pendeta kepada Rasulullah saw. pendeta itu berkata : "Wahai Muhammad,
sesungguhnya kami dapati bahwa Allah menjadikan langit atas satu jari dan
bumi-bumi atas satu jari, pohon atas satu jari dan semua makhluk atas satu
jari, dan Allah berfirman : "Akulah Raja". Nabi saw tertawa sehingga tampak gigi taring beliau, membenarkan
kata-kata pendeta itu, kemudian Rasulullah saw. membaca : "Dan mereka
tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya, Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Ke-Agungan Allah selain di
alam raya ini, maka dapat dilihat dalam firman-firman-Nya yang membuat
orang-orang kafir tidak mampu untuk menandingi kehebatan firman itu sehingga
mereka memusuhi Muhammad sebagai nabi yang menyampaikan risalah, selain itu
ke-Agungan Allah juga dinampakkan pada i’jaz atau mu’jizat yang diberikan
kepada para nabi dan rasul. Wallahu
a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 28 Syawal 1434.H/04 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar