RIYADUSH
SHALIHIN
[ DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Sabar
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Kesabaran inilah yang akan menjadikan manusia sempurna dalam
kehidupannya. Kesabaran inilah yang akan mengantarkan manusia mendapatkan ridha
Allah Azza Wa Jalla. Kesabaran inilah yang akan menyebabkan manusia mendapatkan
kemuliaan disisi-Nya.
Bersabar atas nikmat iman yang telah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla
kepada kita. Bersabar atas nikmat Islam yang telah diberikan oleh Allah Azza Wa
Jalla kepada kita. Sabar dengan iman yang kita miliki ini, kita akan menjadi
kekasih-Nya yang kekal. Tak akan nista hidup kita. Selamanya.
Dengan nikmat Islam, dan bersabar dengannya, kita akan menjadi manusia
yang hidup dengan lurus, mendapatkan ‘shirat’ (jalan lurus), tak akan pernah
tersesat selama-lamanya. Menjadikan petunjuk Rabbaniyah itu, bagi kehidupan
kita, maka akan mendapatkan kebahagian dan kedamaian. Tak ada cara lain, dan
methode lain, yang dapat mengantarkan kehidupan yang membawa kepada kehidupan
yang damai dan tenteram, kecuali Islam.
Allah Ta’ala berfirman :“Maka
bersabarlah seperti para rasul yang memiliki keteguhan itu telah bersabar.”(QS.
al-Ahqaf [46] : 35)
Mereka yang memiliki kesabaran dan keteguhan adalah Nuh, Ibrahim, Musa,
Isa dan Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam.
Mereka hamba-hamba-Nya yang memiliki kesabaran dan keteguhan dalam
memegang keimanan, keislaman mereka. Mereka sangat teguh. Tidak mudah berubah
oleh pengaruh lingkungan, kondisi, dan faktor-faktor keduniawian.
Mereka benar-benar berpegang teguh dengan apa yang telah diberikan oleh
Allah Azza Wa Jalla. Tidak ada yang dapat menggoyahkan sikap mereka sedikitpun.
Termasuk bagaimana ketika mereka menghadapi tekanan dan bujukan, mereka tetap
sabar. Mereka hanya memilih janji-Nya dan ridha-Nya.
Pribadi yang benar-benar menjadi uswah,dan kita harus beritiba’ kepada
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, karena sifat-sifatnya yang memberikan
pelajaran yang sangat luar biasa bagi kehidupan seluruh umat manusia.
Bagaimana Beliau yang telah menggenggam kekuasaan. Beliau telah memiliki
segalanya. Segala yang diinginkan manusia. Berupa kehidupan dunia. Tetapi
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, tak pernah tersentuh hatinya dengan semua
yang artifisial duniawi. Beliau tetap bergeming dengan dakwahnya. Inilah
teladan manusia yang sabar di muka bumi.
Abu Sofyan pernah menawarkan pernik-pernik kehidupan. Kekuasan, harta,
dan perempuan cantik, diantara perempuan Qurays, tetapi Rasulullah Shallahu
Alaihi Wa Sallam, menolaknya. Tidak ada kemuliaan dengan kehidupan yang
artifisial berupa dunia. Kekuasaan, harta, dan perempuan, semua itu memiliki
limitasi, tak pernah kekal.
Semuanya akan berakhir
dengan ketentuan-Nya. Rasulullah memilih yang kekal, yang sempurna, dan
kenikmatan yang panjang, tanpa akhir, yaitu kehidupan akhirat. Janji-Nya diyakini
tak akan pernah selisih, karena bukan janji manusia. [Mashadi, Bersabarlah Atas Nikmatnya, Selasa,
eramuslim.com. 23/11/2010 13:02 WIB],
Allah Ta'ala berfirman:"Hai sekalian orang
yang beriman, bersabarlah dan cukupkanlah kesabaran itu." (ali-lmran:
200).
Allah Ta'ala berfirman pula:"Niscayalah Kami akan
memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan, ketaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikaniah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 155).
Lagi Allah Ta'ala berfirman:"Sesungguhnya
orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada
hitungannya - kerana amat banyaknya." (az-Zumar: 10).
Juga Allah Ta'ala berfirman:"Orang yang bersabar dan
suka memaafkan, sesungguhnya hal yang demikian itu niscayalah termasuk
pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang teguh." (as-Syura: 43).
Allah Ta'ala berfirman pula:"Mintalah pertolongan
dengan sabar dan mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
sabar." (al-Baqarah: 153)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:"Dan sesungguhnya Kami
hendak menguji kepadamu semua, sehingga Kami dapat mengetahui siapa di antara
engkau semua itu yang benar-benar berjihad dan siapa pula orang-orang yang
bersabar." (Muhammad: 31)
Ayat-ayat yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang
menerangkan keutamaan sabar itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.
Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata:
Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah
itu memenuhi imbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau
mengisi penuh apa-apa yang ada di antara langit-langit dan bumi. Shalat adalah
pahaya, sedekah adalah sebagai tanda - keimanan bagi yang memberikannya - sabar
adalah merupakan cahaya pula, al-Quran adalah merupakan hujjah untuk
kebahagiaanmu - jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi
larangan-larangannya - dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu -
jikalau tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar
larangan-larangannya. Setiap orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual
dirinya - kepada Allah - berarti ia memerdekakan dirinya sendiri - dari siksa
Allah Ta'ala itu - dan ada yang merusakkan dirinya sendiri pula - kerana tidak
menginginkan keridhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim).
Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan
al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar
meminta - sedekah - kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu
pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula
sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis
membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda: "Apa
saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan
kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis,
maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari
meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan
barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah -
kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikarunia
kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang
lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada karunia kesabaran
itu." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Yahya, yaitu
Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Amat
mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu
adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan
ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu
apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur-|ah, maka hal itu
adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang
merupakan bencana - iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan
baginya." (Riwayat Muslim)
Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui
seorang wanita yang sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda:
"Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!" Wanita itu berkata:
"Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena mushibah sebagaimana
yang mengenai diriku
dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa itu."
Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak
bicara tadi adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w.
tetapi di mukanya itu tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu
berkata: "Saya memang tidak mengenai Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku
tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Hanyasanya bersabar - yang
sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan mushibah yang
pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasululiah s.a.w.
bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Tidak ada balasan bagi seseorang
hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku mengambil - mematikan - kekasihnya
dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu
akan mendapatkan syurga." (Riwayat Bukhari)
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia bertanya kepada
Rasululiah s.a.w. perihal penyakit taun, lalu beliau memberi-tahukannya bahwa
sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala
kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang
dijadikan oleh Allah Ta'ala kepada kaum mu'minin. Maka tidak seorang hambapun
yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan
mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan
mengenainya kecuali kerana telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia
akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid." (Riwayat Bukhari)
Dari Anas r.a., katanya: "Saya mendengar Rasululiah
s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman"Jikalau
Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya - yakni
menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga
kerana kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu." (Riwayat Bukhari)
Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Nabi
s.a.w., sabdanya:"Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim - sebagai
mushibah - baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa
kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang
berupa hal yang menyakiti - yakni sesuatu yang tidak mencocoki kehendak
hatinya, ataupun kesedihan - segala macam dan segala waktunya, sampaipun sebuah
duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi
kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya-yakni sesuai
dengan mushibah yang diperolehnya- itu." (Muttafaq 'alaih).
Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Saya memasuki tempat Nabi
s.a.w. dan beliau sedang dihinggapi penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya
Rasulullah, sesungguhnya Tuan dihinggapi penyakit panas yang amat sangat."
Beliau kemudian bersabda: "Benar, sesungguhnya saya terkena panas
sebagaimana panas dua orang dari engkau semua yang menjadi satu." Saya
berkata lagi: "Kalau demikian Tuan
tentulah mendapatkan dua
kali pahala." Beliau
bersabda: "Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslimpun
yang terkena oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang
lebih dari itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan
sebab mushibah yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana
sebuah pohon menurunkan daunnya - dan ini jikalau disertai kesabaran."
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:"Barangsiapa oleh Allah dikehendaki akan memperoleh kebaikan,
maka Allah akan memberikan mushibah padanya-baik yang mengenai tubuhnya,
hartanya ataupun apa-apa yang menjadi kekasihnya." (Riwayat Bukhari).
Dan Nabi s.a.w. bersabda - juga riwayat Anas r.a.:
"Sesungguhnya besarnya balasan - pahala - itu menilik besarnya bala' yang
menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka
itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela - menerima bala' tadi,
ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka
ia memperoleh kemurkaan Allah pula."
Dari Sulaiman bin
Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi s.a.w. dan di situ ada dua
orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah seorang
dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya,
kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saja niscayalah
mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa yang
ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: "A'udzu billahi
minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu.
Orang-orang lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi: "Sesungguhnya
Nabi s.a.w. bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan
yang direjam." (Muttafaq 'alaih)
Tidak ada jalan
lain bagi para da’i kecuali harus berpegang teguh dengan keyakinan serta
bersenjatakan kesabaran dalam menghadapi kekuatan dan kekuasaan tiran.
Sabar di sini seperti dikatakan Imam Ali ra, merupakan pedang yang tak pernah tumpul dan cahaya yang tak bisa redup. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan hadist shahih,“Sabar adalah cahaya”.
Sabar di sini seperti dikatakan Imam Ali ra, merupakan pedang yang tak pernah tumpul dan cahaya yang tak bisa redup. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan hadist shahih,“Sabar adalah cahaya”.
Inilah rahasia dikaitkannya
antara tawashibish-shabri dan tawashi bil haqqi
dalam surat al-Ashr “Demi masa, sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”.
(QS. Al-Ashr [103] : 1-3)
Sebab, kebenaran tidak dapat
dipertahankan kecuali dengan sabar. Juga merupakan rahasia dikaitkannya
kesabaran dengan amar ma’ruf dan nahi munkar di dalam wasiat Lukman Hakim
kepada anaknya, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah manusia dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS.
Lukman [31] : 17)
Seolah-olah dia berpesan, selama engkau menyeru kepada manusia kepada kebaikan, memerintah mereka melakukan yang ma’ruf dan mencegah mereka dari yang mungkar, maka persiapkanlah dirimu yang memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran. [Sheikh Yusuf Qardawi, Bersabarlah Atas Beban Dakwah, Eramuslim, Senin, 04/04/2011 09:48 WIB].
Siapapun juga
orangnya pasti menyukai sifat sabar walaupun dia tidak mampu untuk berlaku
sabar karena sifat ini memang hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah
melatih dirinya untuk berlaku sabar, menahan diri untuk tidak kesal dan marah
atau menerima segala keputusan Allah dengan tawakal. Sabar itu merupakan akhlak
mulia yang harus dimiliki oleh seorang
muslim sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sabar itu
mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk diujudkan kecuali bagi orang-orang yang
memang sudah punya tekad untuk memberikan porsi sabar dalam kehidupannya, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 27 Syawal 1434.H/03
September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar