Kamis, 21 November 2013

45.3 Sabar



                                    RIYADUSH SHALIHIN
                      [ DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]



Sabar
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros


Kesabaran inilah yang akan menjadikan manusia sempurna dalam kehidupannya. Kesabaran inilah yang akan mengantarkan manusia mendapatkan ridha Allah Azza Wa Jalla. Kesabaran inilah yang akan menyebabkan manusia mendapatkan kemuliaan disisi-Nya.

Bersabar atas nikmat iman yang telah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada kita. Bersabar atas nikmat Islam yang telah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada kita. Sabar dengan iman yang kita miliki ini, kita akan menjadi kekasih-Nya yang kekal. Tak akan nista hidup kita. Selamanya.

Dengan nikmat Islam, dan bersabar dengannya, kita akan menjadi manusia yang hidup dengan lurus, mendapatkan ‘shirat’ (jalan lurus), tak akan pernah tersesat selama-lamanya. Menjadikan petunjuk Rabbaniyah itu, bagi kehidupan kita, maka akan mendapatkan kebahagian dan kedamaian. Tak ada cara lain, dan methode lain, yang dapat mengantarkan kehidupan yang membawa kepada kehidupan yang damai dan tenteram, kecuali Islam.

Allah Ta’ala berfirman :“Maka bersabarlah seperti para rasul yang memiliki keteguhan itu telah bersabar.”(QS. al-Ahqaf [46] : 35)
Mereka yang memiliki kesabaran dan keteguhan adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam.
Mereka hamba-hamba-Nya yang memiliki kesabaran dan keteguhan dalam memegang keimanan, keislaman mereka. Mereka sangat teguh. Tidak mudah berubah oleh pengaruh lingkungan, kondisi, dan faktor-faktor keduniawian.

Mereka benar-benar berpegang teguh dengan apa yang telah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla. Tidak ada yang dapat menggoyahkan sikap mereka sedikitpun. Termasuk bagaimana ketika mereka menghadapi tekanan dan bujukan, mereka tetap sabar. Mereka hanya memilih janji-Nya dan ridha-Nya.

Pribadi yang benar-benar menjadi uswah,dan kita harus beritiba’ kepada Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, karena sifat-sifatnya yang memberikan pelajaran yang sangat luar biasa bagi kehidupan seluruh umat manusia.
Bagaimana Beliau yang telah menggenggam kekuasaan. Beliau telah memiliki segalanya. Segala yang diinginkan manusia. Berupa kehidupan dunia. Tetapi Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, tak pernah tersentuh hatinya dengan semua yang artifisial duniawi. Beliau tetap bergeming dengan dakwahnya. Inilah teladan manusia yang sabar di muka bumi.
Abu Sofyan pernah menawarkan pernik-pernik kehidupan. Kekuasan, harta, dan perempuan cantik, diantara perempuan Qurays, tetapi Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, menolaknya. Tidak ada kemuliaan dengan kehidupan yang artifisial berupa dunia. Kekuasaan, harta, dan perempuan, semua itu memiliki limitasi, tak pernah kekal.
Semuanya akan berakhir dengan ketentuan-Nya. Rasulullah memilih yang kekal, yang sempurna, dan kenikmatan yang panjang, tanpa akhir, yaitu kehidupan akhirat. Janji-Nya diyakini tak akan pernah selisih, karena bukan janji manusia. [Mashadi, Bersabarlah Atas Nikmatnya, Selasa, eramuslim.com. 23/11/2010 13:02 WIB],

 Allah Ta'ala berfirman:"Hai sekalian orang yang beriman, bersabarlah dan cukupkanlah kesabaran itu." (ali-lmran: 200).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Niscayalah Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan, ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikaniah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 155).

Lagi Allah Ta'ala berfirman:"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya - kerana amat banyaknya." (az-Zumar: 10).

Juga Allah Ta'ala berfirman:"Orang yang bersabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang demikian itu niscayalah termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang teguh." (as-Syura: 43).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Mintalah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 153)

Lagi Allah Ta'ala berfirman:"Dan sesungguhnya Kami hendak menguji kepadamu semua, sehingga Kami dapat mengetahui siapa di antara engkau semua itu yang benar-benar berjihad dan siapa pula orang-orang yang bersabar." (Muhammad: 31)
Ayat-ayat yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang menerangkan keutamaan sabar itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.

Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi imbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada di antara langit-langit dan bumi. Shalat adalah pahaya, sedekah adalah sebagai tanda - keimanan bagi yang memberikannya - sabar adalah merupakan cahaya pula, al-Quran adalah merupakan hujjah untuk kebahagiaanmu - jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya - dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu - jikalau tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya. Setiap orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual dirinya - kepada Allah - berarti ia memerdekakan dirinya sendiri - dari siksa Allah Ta'ala itu - dan ada yang merusakkan dirinya sendiri pula - kerana tidak menginginkan keridhaan Allah Ta'ala."    (Riwayat Muslim).

 Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda: "Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada karunia kesabaran itu." (Muttafaq 'alaih)

 Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur-|ah, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)

Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena mushibah  sebagaimana  yang  mengenai  diriku  dan  Tuan  tidak mengetahui mushibah apa itu." Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak bicara tadi adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenai Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Hanyasanya bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasululiah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Tidak ada balasan bagi seseorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku mengambil - mematikan - kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga." (Riwayat Bukhari)

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia bertanya kepada Rasululiah s.a.w. perihal penyakit taun, lalu beliau memberi-tahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala kepada kaum mu'minin. Maka tidak seorang hambapun yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan mengenainya kecuali kerana telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid." (Riwayat Bukhari)
                                                       
Dari Anas r.a., katanya: "Saya mendengar Rasululiah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman"Jikalau Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya - yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga kerana kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu." (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Tidak suatupun yang mengenai seseorang muslim - sebagai mushibah - baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti - yakni sesuatu yang tidak mencocoki kehendak hatinya, ataupun kesedihan - segala macam dan segala waktunya, sampaipun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya-yakni sesuai dengan mushibah yang diperolehnya- itu." (Muttafaq 'alaih).

Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Saya memasuki tempat Nabi s.a.w. dan beliau sedang dihinggapi penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan dihinggapi penyakit panas yang amat sangat." Beliau kemudian bersabda: "Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau semua yang menjadi satu." Saya berkata lagi: "Kalau demikian Tuan  tentulah  mendapatkan  dua  kali  pahala." Beliau bersabda: "Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslimpun yang terkena oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab mushibah yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah pohon menurunkan daunnya - dan ini jikalau disertai kesabaran."

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa oleh Allah dikehendaki akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan memberikan mushibah padanya-baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa yang menjadi kekasihnya."  (Riwayat Bukhari).

Dan Nabi s.a.w. bersabda - juga riwayat Anas r.a.: "Sesungguhnya besarnya balasan - pahala - itu menilik besarnya bala' yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela - menerima bala' tadi, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula."

 Dari Sulaiman bin Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi s.a.w. dan di situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saja niscayalah mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: "A'udzu billahi minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu. Orang-orang lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang direjam." (Muttafaq 'alaih)

Tidak ada jalan lain bagi para da’i kecuali harus berpegang teguh dengan keyakinan serta bersenjatakan kesabaran dalam menghadapi kekuatan dan kekuasaan tiran.
Sabar di sini seperti dikatakan Imam Ali ra, merupakan pedang yang tak pernah tumpul dan cahaya yang tak bisa redup. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan hadist shahih,
“Sabar adalah cahaya”.

Inilah rahasia dikaitkannya antara tawashibish-shabri dan tawashi bil haqqi dalam surat al-Ashr “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-Ashr [103] : 1-3)

Sebab, kebenaran tidak dapat dipertahankan kecuali dengan sabar. Juga merupakan rahasia dikaitkannya kesabaran dengan amar ma’ruf dan nahi munkar di dalam wasiat Lukman Hakim kepada anaknya, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah manusia dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukman [31] : 17)

Seolah-olah dia berpesan, selama engkau menyeru kepada manusia kepada kebaikan, memerintah mereka melakukan yang ma’ruf dan mencegah mereka dari yang mungkar, maka persiapkanlah dirimu yang memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran. [Sheikh Yusuf Qardawi, Bersabarlah Atas Beban Dakwah, Eramuslim, Senin, 04/04/2011 09:48 WIB].


                Siapapun juga orangnya pasti menyukai sifat sabar walaupun dia tidak mampu untuk berlaku sabar karena sifat ini memang hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah melatih dirinya untuk berlaku sabar, menahan diri untuk tidak kesal dan marah atau menerima segala keputusan Allah dengan tawakal. Sabar itu merupakan akhlak mulia yang harus dimiliki oleh  seorang muslim sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sabar itu mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk diujudkan kecuali bagi orang-orang yang memang sudah punya tekad untuk memberikan porsi sabar dalam kehidupannya, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 27 Syawal 1434.H/03 September 2013].
  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar