Jumat, 22 November 2013

63.21 Tolong-menolong Dalam Kebaikan Dan Ketaqwaan




RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]


Tolong-menolong Dalam Kebaikan
Dan Ketaqwaan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros 
 
Dalam kehidupan bermasyarakat kita dianjurkan untuk membantu orang lain yang membutuhkan karena sunnah Allah menyertai kehidupan ini, ada yang mampu dan tidak sedikit yang tidak mampu, ada yang usaha ekonominya lancar dengan keberhasilan dan keberuntungan dan tidak sedikit usahanya hancur, gulung tikar dan bangkrut, disinilah peran seorang muslim untuk turut serta membantu saudaranya, Rasulullah bersabda," Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau)."(Mutafaq'alaih)

          Apalagi hidup bertetangga, sangat diharapkan ada kehidupan saling tolong menolong sehingga Rasul menyatakan tentang kriteria tetangga itu dengan harapan tanpa alasan kita tidak membantunya; tetangga itu memiliki tiga tingkatan haknya yaitu; tetangga yang ada hubungan kerabat dan semuslim maka tiga haknya, hak sebagai tetangga, hak sebagai kerabat dan hak sebagai muslim, tetangga semuslim saja maka memiliki dua hak, hak sebagai tetangga dan hak sebagai muslim, tetangga dengan non muslim maka haknya hanya satu yaitu hak sebagai tetangga.

            Kita tidak bisa hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain sebagai teman yang dapat memberikan berbagai bantuan dalam kesehariannya selain itu kitapun dianjurkan untuk memberikan bantuan kepada orang lain, ibarat simbiosis mutualisme yaitu saling ketergantungan satu sama lainnya, Rasulullah bersabda,"Kaum muslimin ibarat satu tangan terhadap orang-orang yang di luar mereka'' (HR. Asysyihaab)

Asfek ibadah seorang muslim sangat luas sekali, salah satunya tolong menolong dengan  harta benda sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya surat Al Baqarah 2;195 ”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

            Dalam sebuah peperangan, sebelumnya Rasulullah menyampaikan taujih [pengarahan] kepada para sahabat bahwa biaya jihad itu sangat besar sekali, maka  beliau menawarkan kepada muhsinin di zaman beliau, maka tampillah ketika itu Umar bin Khattab dengan ucapannya,”Ya Rasulullah akan aku serahkan separuh hartaku untuk berjihad besok”, dalam hati Umar menyangka bahwa dialah yang paling besar infaqnya, setelah itu tampil pula Abu Bakar dengan wibawa menyatakan.”Wahai Rasul, aku serahkan seluruh hartaku untuk jihad besok”, Rasull bertanya,”Apa yang kau sisakan untuk keluargamu ?”, Abu Bakar menjawab ”Yang tersisa adalah Allah dan Rasul-Nya.” Dalam hati Umar bergumam,”Memang Abu Bakar tidak bisa disaingi dalam kebaikan ini”.

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 21 dengan judulTolong-menolong Dalam Kebaikan Dan Ketaqwaan”

Allah Ta'ala berfirman:"Dan   tolong-menolong  engkau  semua   atas   kebaikan   dan ketaqwaan." (al-Maidah: 2).

Allah Ta'ala juga berfirman:"Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amatan shalih, juga suka sating pesan-memesan dengan kebenaran serta saling pesan-memesan dengan saling kesabaran." [1][13] (al-'Ashr: 1-3).

Imam as-Syafi'i rahimahullah mengucapkan suatu uraian yang maksudnya ialah bahwasanya seluruh manusia atau sebagian besar dari mereka itu terlalai untuk memikir-mikirkan isi kandungan surat ini.

Dari Abdur Rahman bin Zaid bin Khalid al-Juhani r.a., katanya: "Nabiullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memberikan persiapan - bekal - untuk seseorang yang berperang fi-sabilillah, maka dianggaplah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang - yakni sama pahalanya dengan orang yang ikut berperang itu. Dan barangsiapa yang meninggalkan kepada keluarga orang yang berperang - fi-sabilillah - berupa suatu kebaikan - apa-apa yang dibutuhkan untuk kehidupan keluarganya itu, maka dianggap pulalah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan suatu pasukan sebagai utusan untuk memerangi Bani Lihyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda: "Hendaklah dari setiap dua orang berangkat salah seorang saja dari keduanya itu -maksudnya setiap golongan supaya mengirim jumlah separuhnya, sedang separuhnya yang tidak ikut berangkat adalah yang menjamin kehidupan keluarga dari orang yang ikut berangkat berperang itu, dan pahalanya adalah antara keduanya - artinya pahalanya sama antara yang berangkat dengan yang menjamin keluarga yang Derangkat tadi." (Riwayat Muslim)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bertemu dengan sekelompok orang yang berkendaraan di Rawha' - sebuah tempat di dekat Madinah, lalu beliau bertanya "Siapakah kaum ini?" Mereka menjawab: "Kita kaum Muslimin." Kemudian mereka bertanya: "Siapakah Tuan?" Beliau menjawab: "Saya Rasulullah." Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil di hadapan beliau lalu bertanya: "Adakah anak ini perlu beribadat haji?" Beliau menjawab: "Ya dan untukmu - wanita itu - juga ada pahalanya." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau s.a.w. bersabda: "Juru simpan yang Muslim dan dapat dipercaya yang dapat melangsungkan apa yang diperintahkan padanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya dengan lengkap dan cukup, juga memberikannya itu dengan hati yang baik - tidak kesal atau iri hati pada orang yang diberi, selanjutnya menyampaikan harta itu kepada apa yang diperintah padanya, maka dicatatlah ia - juru simpan tersebut - sebagai salah seorang dari dua orang yang bersedekah - juru simpan dan pemiliknya." (Muttafaq 'alaih).
Jangankan muslim, sedang manusia kafirpun hati nuraninya menuntut untuk berbuat kebaikan. Tersebutlah dizaman Rasul ketika beliau diboikot penduduk Quraisy di lembah Si’ib atau dikenal dengan nama lembah Abu Thalib, tidak boleh berdagang dan membeli dagangan dari non muslim, sehingga Rasul ketika itu dengan para sahabatnya menderita tanpa bahan makanan, ada seorang sahabat yang ketika malam hari saat buang air kecil dia merasakan ada sebuah benda keas yang teraba olehnya, dia bawa pulang, rupanya selembar kulit kambing yang sudah mengeras, itulah yang dia bersihkan lalu dimasak dan dimakan, demikian sengsaranya ummat islam diperlakukan oleh Abu Jahal dan kawan-kawan.

            Dalam kondisi demikian, tegeraklah hati seorang kafir Quraisy untuk memberikan bantuan, dia ambi seekor kuda, lalu diisi dengan bahan makanan di seluruh  pundaknya, sarat dengan bekal itulah, dia arahkan sang kuda ke lembah Si’ib, kemudian dia pukul pinggul kuda itu dengan kuatnya sehingga larilah sang kuda ke arah ummat islam yang sedang menunggu bantuan dari siapapun.

            Profil muhsinin adalah pribadi yang siap untuk mencapai derajat taqwa dengan jalan berbuat baik dimana saja dan kapan saja, baik dalam kondisi lapang ataupun sempit, dalam kondisi kaya atau miskin; “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”[Ali Imran 3;134].

            Kebaikan apapun dan sebesar apapun tidak boleh kita remehkan sebab nabi pernah mengabarkan bahwa dengan kebaikan yang kecil itu siapa tahu kita ditetapkan sebagai penduduk syurga selama-lamanya. Peran keluarga sangat baik dalam mendidik anak untuk berbuat baik seperti memberikan infaq dan sedekah kepada fakir miskin yang datang ke rumah kita.  

              Untuk mencapai derajat taqwa seseorang harus melewati fase muhsin ini sehingga dia diberi prediket orang yang selalu berbuat baik. Dengan kebaikan ini pulalah akan membuat simpati orang kepada kita sehingga rasul menyatakan kalau ummatnya ini seperti lebah yang selalu mengeluarkan hal-hal yang baik seperti madu dan bila lebah hinggap pada ranting yang rapuh  sekalipun maka ranting itu tidak akan patah, demikian indahnya hidup dalam sebuah komunitas dengan nilai-nilai islam, Rasulullah bersabda,"Kekuatan disertakan kepada jama'ah. Barangsiapa menyimpang (serong dan memisahkan diri) maka dia menyimpang menuju neraka" (HR. Tirmidzi).


              Kebaikan yang diberikan kepada orang lain bukan hanya menerima pahala saja dari Allah tapi dia merupakan sebab untuk diterimanya bantuan dan rezeki yang lebih banyak darimanapun, "Tiadalah kamu mendapat pertolongan (bantuan) dan rezeki kecuali karena orang-orang yang lemah dari kalangan kamu"(HR. Bukhari) "Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim)" (HR. Ahmad)

            Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Alloh akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Alloh akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Alloh akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Alloh akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Alloh untuk membaca Kitabulloh dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Alloh akan menyelimuti mereka, dan Alloh memuji mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.” (Hadits dengan redaksi seperti ini diriwayatkan oleh Muslim).

            Prinsip tolong menolong itu hanya untuk kebaikan dan taqwa, kita tidak boleh tolong menolong dalam hal dosa dan kejahatan, bila hal itu terjadi maka bukan mendapatkan pahala dari Allah tapi akan dibalas dengan dosa  dan azab-Nya. Tolong menolong dalam ketaqwaa akan mengantarkan seseorang kepada kehidupan yang baik yaitu level iman yang tertinggi. Banyak ayat-ayat Allah yang tercantum dalam Al Qur'an yang menganjurkan agar ummat yang beriman meningkatkan kualitas imannya hingga ke jenjang taqwa diantaranya;

a.Al Hasyr 59;18-19" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik".
           
            b.Ali Imran 3;102 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam".

            c.Al Hujurat 49;13 "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal".

            d.Az Zumar 39;73 "Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya Telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".

Ubay bin Ka'ab bertanya kepada Umar bin Khattab tentang taqwa, Umar menjawab,"Apakah anda pernah melewati jalan berduri?", Ubay menjawab,"Ya pernah", Umar bertanya,"Apakah yang anda lakukan?". Kata Ubay,"Saya kesampingkan duri itu dan berusaha maju ke depan dan berhati-hati", kata Umar, "Itulah taqwa". Rasulullah menyatakan bahwa taqwa itu ada di hati bukan diucapan, sedangkan orang yang bertaqwa juga dikatakan adalah orang yang mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

 Imam Al Gazali menempatkan taqwa dengan tawakkal, qona'ah, wara',  dan yakin.

T; Tawakal yaitu menyerahkan hasil usaha kepada Allah setelah maksimal berusaha,  Q; Qona’ah artinya sikap hidup yang tidak boros dan berangan-angan tinggi. Dia terima dengan rasa syukur apa yang diperoleh hari ini, tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk masa depan, W; Wara’ artinya berhati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang bertaqwa ditinggalkannya yang syubhat ini, Y ; Yakin artinya kepercayaan yang semakin dalam kepada Allah, Rasul dan Syari’at-Nya. 

Orang yang bertaqwa adalah orang yang menyampaikan kebenaran kepada siapapun walaupun pahit akibatnya kelak. Kebenaran itu adalah apa adanya tidak dapat ditutup tutupi, hingga sampai ketika kita bercandapun oleh Rasulullah tidak boleh dengan kebohongan, harus dengan kebenaran. Karena sekali saja kita berbohong maka selamanya orang tidak akan percaya lagi;  "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar" [Al Ahzab 33;70]

            Taqwa adalah level yang tinggi setelah seseorang melewati fase sebagai muslim yaitu mengakui islama sebagai agamanya, ketika meningkat kualitas muslim menuju tingkat kedua yaitu mukmin, yaitu tingkatan orang yang sudah baik kepribadiannya, imannya sudah menghunjam ke dada, amalnyapun semakin bagus. Mukmin meningkatkan mutunya dengan segala kesungguhan menuju kesana sampailah kepada level Muhsin, yaitu karakter muslim yang berupaya selalu berbuat baik sebanyak mungkin, amal wajibnya ditambah dengan yang sunnah-sunnah, bila dia mampu meningkatkan kualitas iman dan amalnya maka mendekatlah kepada level Mukhlis artinya orang yang ikhlas dalam menapaki kehidupan ini, segala yang diberikan dan dilakukan hanya mencari ridha Allah, maka barulah masuk ke tahaf Muttaqin yaitu orang yang bertaqwa.  Allah tidak memandang manusia karena suku, bangsa dan kelahirannya tapi kemuliaan itu disematkan Allah kepada hamba yang mampu mencapai derajat taqwa.
           
Rupanya iman dan taqwa tidak hanya diucapkan saja apalagi hanya dipendam saja di hati, tapi taqwa itu harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga hingga masyarakat luas, sampai Nabi Ibrahim mohon kepada Allah agar nanti anak keturunannya menjadi pemimpin orang yang bertaqwa artinya menjadi orang yang bertaqwa saja sungguh mulia apalagi memimpin orang yang bertaqwa tentu kualitasnya lebih taqwa dari yang dipimpinnya.

Taqwa tidak bisa dibiarkan saja karena dia merupakan level iman yang mengalami fluktuasi yaitu ibarat gelombang, kadangkala naik dan kadangkala turun, taqwa harus dijaga dengan sebaik-baiknya hingga pada akhir kehidupan kita tetap dalam posisi masih bertaqwa. Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 29 Syawal 1434.H/05 September 2013].






2 komentar:

  1. maaf pak,kalau bisadiberi ayatnya biar sebagai pendukung arti :D

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum wrb salam persaudaraan,perkenalkan saya Sri Wulandari asal jambi,maaf sebelumnya saya hanya mau berbagi pengalaman kepada saudara(i) yang sedang dalam masalah apapun,sebelumnya saya mau bercerita sedikit tentang masalah saya,dulu saya hanya penjual campuran yang bermodalkan hutang di Bank BRI,saya seorang janda dua anak penghasilan hanya bisa dipakai untuk makan anak saya putus sekolah dikarenakan tidk ada biaya,saya sempat stres dan putus asa menjalani hidup tapi tiap kali saya lihat anak saya,saya selalu semangat.saya tidak lupa berdoa dan minta petunjuk kepada yang maha kuasa,tampa sengaja saya buka internet dan tidak sengaja saya mendapat nomor tlpon Aki Sulaiman,awalnya saya Cuma iseng2 menghubungi Aki saya dikasi solusi tapi awalnya saya sangat ragu tapi saya coba jalani apa yang beliau katakan dengan bermodalkan bismillah saya ikut saran Aki Sulaiman saya di ritualkan dana gaib selama 3 malam ritual,setelah rituialnya selesai,subahanallah dana sebesar 2M ada di dalam rekening saya.alhamdulillah sekarang saya bersyukur hutang di Bank lunas dan saya punya toko elektronik yang bisa dibilang besar dan anak saya juga lanjut sekolah,sumpah demi Allah ini nyata tampa karangan apapun,bagi teman2 yang mau berhubungan dengan Aki Sulaiman silahkan hub 085216479327 insya Allah beliau akan berikan solusi apapun masalah anda mudah2han pengalaman saya bisa menginspirasi kalian semua,Assalamualaikum wrb.JIKA BERMINAT SILAHKAN HUB AKI SULAIMAN 085-216-479-327,TAMPA TUMBAL,TIDAK ADA RESIKO APAPUN(AMAN) .

    BalasHapus