Rabu, 20 November 2013

18. Kebaikan Akan Menghapus Kesalahan



PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

KEBAIKAN MENGHAPUS KESALAHAN
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ "
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).
 Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.     Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shalih.
2.     Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3.     Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4.     Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.
Pembahasan;
Akhlak islam mengajarkan kepada umatnya agar selalu berbuat baik kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Bahkan Rasul mengajarkan agar umatnya setiap terbit matahari yaitu setiap hari pasti sudah ada kebaikan yang dilakukan, apakah kebaikan itu berupa memberi sedekah, menjenguk orang sakit atau melakukan shalat dhuha dua rakaat.

Dr. Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw,  menyatakan tentang akhlak berbuat baik;
Abu Mas’ud al Anshari meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang pemuda datang kepada Rasulullah Saw, seraya berkata,”Wahai Rasulullah Saw, saya adalah seorang yang tidak berpunya. Oleh sebab itu, berilah saya kendaraan/ tunggangan.”

Rasulullah Saw, menjawab, “Saya tidak punya tunggangan lain untuk  membawamu. Akan tetapi, temuilah si Fulan, mudah-mudahan ia bisa menyediaan kendaraan untukmu”, pemuda itu lalu menemui orang yang dimaksud dan berhasil mendapatkan tunggangan. Ia kemudian kembali kepada Rasulullah Saw dan memberitahukan hal tersebut. Rasulullah Saw lalu bersabda,”Siapa yang menunjukkan orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala yang  didapatkan orang yang melakukannya” [HR. Abu Dawud].
Pada kesempatan lain beliau juga bersabda,”Siapa yang terhalang dari sikap lemah lembut maka berarti dia telah terhalang dari kebaikan” [HR. Ibnu Majah].[Gema Insani, 2007, hal 128].

                Ketika Muadz bin Jabbal akan dilantik sebagai Gubernur di Yaman, Rasulullah berwasiat kepadanya;"Perbaharuilah perahumu, sebab lautan yang akan dilalui sangatlah dalamnya, perbanyaklah bekal karena perjalanan yang engkau tempuh sangatlah jauh, kurangilah beban karena perjalanan menakutkan, ikhlaskan niat karena pengintai lebih tegas dan tajam pengamatannya".

            Dari hadits diatas ada empat hal yang perlu kita renungkan sebagai bekal mengisi restan umur yang masih kita miliki yaitu;

1.Perbaharuilah perahu, sebab lautan yang akan dilalui sangatlah dalamnya.
            Hidup bagaikan lautan yang penuh dengan gelombang susah dan senang, bahagia dan derita, sakit dan sehat. Untuk mengaruhi lautan yang maha dahsyat ini perlu adanya perahu yang mampu membawa penumpang ke pulau tujuan, perahu harus selalu dalam keadaan diperbaharui, hal-hal yang dapat membahayakan perjalanan karena ombak, badai dan cuaca yang kurang baik sudah diantisipasi sebelum berangkat. Sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad, apa yang dimaksud dengan perahu yang selalu diperbaharui, beliau mengatakan  yaitu hati atau jiwa.

Setiap waktu seorang mukmin dituntut untuk melakukan tazkiyatunnafs yaitu pembersihan hati dan jiwa, tazkiatunnafs dapat terujud bila seorang mukmin siap menerima Al Qur’an selain sebagai Al Kitab juga sebagai undang-undang yang wajib ditegakkan. Jiwa akan bersih bila kita sebagai hamba Allah selalu memprogram diri untuk membaca, menghafal, mentadabburi, memahami, tetap berdiri pada makna-maknanya dan mengambil i’tibar dari kisah-kisahnhya. Orang yang melecehkan Al Qur’an dengan cara tidak mau membaca, enggan mengkaji dan ogah mengamalkannya maka jiwanya gersang,”Berkatalah Rasul ,”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan” [Al Furqan 25;30].

            Ibnu Taimiyah menyatakan,”Barangsiapa yang tidak membaca Al Qur’an berarti dia telah mencampakkannya, siapa yang membaca tapi tidak mengkaji isinya berarti dia mencampakkannya, dan siapa yang membaca, mengkaji serta tidak mengamalkannya berarti mencampakkannya”.

2.Perbanyaklah bekal, karena perjalanan yang engkau tempuh sangatlah jauh.
            Dalam melakukan perjalanan apalagi perjalanan itu sangat jauh maka perlu adanya bekal yang maksimal baik dalam perjalanan ataupun selama berada di tempat tujuan, bekal yang dimaksud adalah amal shaleh melalui ibadah kepada Allah SWT.
Seorang hamba Allah yang telah rela mengangkat saksi, ”Tidak ada Ilah selain dari Allah dan Muhammad utusan Allah”, maka dipundaknya terpikul kewajiban untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah, baik secara umum maupun secara khusus, Allah berfirman,”Tidak Kami ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku’’ [Adz Dzariyat;56].
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan ibadah yaitu;

a.       Ibadah dalam arti khusus seperti shalat, zakat, puasa dan haji, sedangkan secara umum ialah seluruh aktivitas seseorang hamba yang dilakukan tidak bertentangan dengan aturan Allah.

b.       Ibnu Taimiyah mengatakan, ibadah ialah semua kebaikan yang disengangi Allah.

            Sebagai hamba punya kewajiban pengabdian kepada Khaliqnya sebagai penguasa, raja dan pencipta. Hak mutlak Allah ialah tempat pengabdian bagi seorang hamba, bukan berarti bila manusia tidak menyembah kepada-Nya lalu wibawa dan kekuasaan Allah luntur atau hilang.

Dalam Hadits Qudsi dinyatakan, ”Andai seluruh isi langit dan bumi serta apa yang ada disekitarnya tunduk dan patuh merendah kepada Allah, tidaklah akan meninggikan nama Allah”, demikian pula sebaliknya, ”Walaupun seluruh isi langit dan bumi kafir, ingkar dan durhaka kepada Allah, maka tidak akan menghilangkan ketinggian Allah”.

3.Kurangilah beban, karena perjalanan menakutkan
            Ketika melakukan perjalanan banyak hal-hal yang tidak disukai seperti lelah, lapar, kesal dan perasaan-perasaan lain yang tidak menyenangkan, kalaulah beban yang dibawa banyak tentu akan menyusahkan yang membawa penderitaan dalam perjalanan, yang dimaksud dengan beban adalah dosa dan kemaksiatan.

Secara umum perbuatan dosa terbagi menjadi dua, yang pertama adalah dosa besar. Rasulullah dalam beberapa haditsnya secara ekspisit menjelaskan sejumlah dosa yang termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti syirik, sihir, memakan harta riba, durhaka kepada orangtua, saksi palsu dan sebagainya. Dosa seperti ini, bila sipelaku tidak sempat bertaubat, akan mendatangkan balasan yang berat dan pedih dari Allah SWT. Artinya, taubat dari dosa besar, masih mungkin dilakukan selama yang bersangkutan sungguh-sungguh meninggalkan perkara dosa tersebut.

Disamping dosa besar, ada pula dosa kecil. Umumnya sedikit orang yang memperhatikan dosa kecil ini sebagai  suatu kemaksiatan. Padahal ampunan Allah terhadap hamba-Nya yang melakukan dosa, selama tidak dilakukan berulang, lebih besar kemungkinan terkabulnya dibandingkan ampunan terhadap dosa kecil yang dilakukan kembali secara berulang-ulang.

Cara mengurangi beban dosa dan maksiat adalah melakukan taubat kepada Allah. Kata taubat berasal dari kata ”Tawaba” berarti kembali. Seseorang dikatakan kembali atau taubat apabila ia menjauhi semua perbuatan dosa. Maka arti taubat ialah kembali kepada Allah SWT dengan melepaskan seluruh ketekaitan hati dan dosa, kemudian kembali mengerjakan kewajibannya kepada Allah SWT.

Menurut syariat, taubat artinya meninggalkan seluruh perbuatan dosa dan menyesali semua kemaksiatan yang telah dikerjakannya karena Allah SWT, kemudian berusaha untuk tidak mengulanginya kapan dan dimana saja walaupun dia mampu dan tahu akan kemungkinan untuk mengulanginya."....dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung"[An Nur 24;31].

4.Ikhlaskan niat, karena pengintai lebih tegas dan tajam pengamatannya".
            Dalam perjalanan yang dilakukan seseorang kadangkala terjadi langkah-langkah yang tidak pasti bahkan penyelewengan mungkin saja terjadi apalagi tidak ada yang mengawasi, untuk itulah Rasul menyarankan agar berhati-hati dalam melakukan perjalanan karena pengintai sangat tajam pengamatannya, untuk itulah niat yang ikhlas harus dimiliki.

Ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal seseorang muslim di hadapan Allah, tanpa ikhlas maka amal akan ditolah dan sia-sia. Seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan berkata, ”Bagaimana pendapat tuan akan seorang laki-laki yang tampil ke medan laga untuk berperang mencari harta rampasan dan karena popularitasnya ? Rasulullah menjawab, ”Ia tidak memperoleh apa-apa” laki-laki itupun penasaran dan bertanya sampai tiga kali, Rasul tetap menjawab, ”Ia tidak memperoleh apa-apa” kemudian beliau bersabda, ”Allah tidak menerima suatu amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas demi mencari keridhaan-Nya semata’ [HR. Abu Daud].

            Ikhlas itu salah satu syarat seseorang untuk terjauh dari godaan syaitan, surat Al Hijr 15;39-40 Allah berfirman,;”Iblis berkata, ”Ya Rabbku, sebab Engkau telah memutuskan aku sesat, pasti aku akan jadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba Engkau yang Mukhlis [ikhlas] diantara mereka”.
Hidup yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya agar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah;"Barangsiapa keadaan hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, maka dialah yang beruntung, barangsiapa keadaannya hari ini  sama seperti kemarin, dialah yang tertipu, barangsiapa keadaan hari ini lebih buruk daripada kemarin maka dia dilaknat".

            Dalam kesempatan lain Rasulullah menyampaikan pesannya;"Manusia yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya, manusia yang paling jahat ialah yang panjang umurnya dan jahat amalnya".

            Yang dihitung di dunia ini bukanlah berapa lama hidup seseorang tapi apa yang diperbuat oleh seseorang ketika dia hidup, Buya Hamka mengatakan,"Sehari Harimau di hutan sama dengan setahun bagi seekor kijang". Bahkan dalam beramalpun seseorang tidak dituntut apakah amal itu dapat dia nikmati atau tidak, Rasulullah mengatakan;."Meskipun saat kiamat akan tiba dan di tangan seseorang diantara kamu ada bibit tanaman, kalau dia ada waktu dan sanggup sebelum kiamat datang maka tanamlah bibit itu, dengan demikian dia akan mendapatkan pahala"

Allah mengajak orang-orang beriman untuk punya cita-cita dalam hidup, punya harapan yang akan dituju dan punya program untuk melangkah dalam rangka mengisi restan dan kesempatan hidup  yang ada,  firman Allah dalam surat Al Hasyr 59;18"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Seorang yang bernama Hariet Martineau berkata,"Berfikirlah dan bertindaklah yang terbaik hari ini untuk persiapan besok dan besok-besoknya lagi". Searah dengan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi;

            Rasulullah bersabda"Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan beramallah untuk akheratmu seolah-olah kamu mati besok".

            Semua orang dapat berbuat baik sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dan itu berguna bagi dirinya dan orang lain, petuah di Minangkabau menyatakan, orang lumpuh untuk menghalau ayam, orang pekak untuk membunyikan meriam, orang buta dapat berguna untuk meniup lesung, intinya berbuat baik semampunya walaupun dalam keadaan cacat atau ibarat sebuah dialok di bawah ini dapat kita ambil sebagai perumpamaan.

Pada suatu hari tempayan retak berkata kepada tuannya, “Wahai tuan, diriku sudah tidak layak lagi dipakai untuk mengangkut air, lihatlah air selalu menetes dari retakan yang ada pada diriku, aku malu pada temanku yang disebelah tuan”, tuannya menjawab,”Wahai tempayan retak, jangan kau bersedih, lihatlah bunga-bunga yang tumbuh subur di sepanjang jalan yang kita lalui itu karena air yang menetes dari tubuhmu, sementara bunga yang tumbuh di sebelah kiri jalan kita gersang, layu karena tidak setitik airpun yang menetes dari temanmu..jadi retak yang ada pada dirimu telah menjadikan bunga tumbuh subur dna berbunga indah. Bunga inilah selalu menghiasi meja dan ruang tamu tuan kita”. Akhirnya tempayan retakpun merasa berguna dan tidak kecil hati.[Sumber sms dari sahabatku Devi Herizon, 2011].

Bentuk kebaikan yang dapat dilakukan manusia sangatlah luasnya, bukan hanya dalam bentuk bantuan finansial atau materi saja, senyum yang ikhlas kepada saudara kita itu juga bentuk kebaikan bahkan kata-kata yang diucapkanpun dapat menjadikan sebuah kebaikan sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya,” Sungguh, seorang hamba yang berbicara dengan sepatah kata yang bermanfaat. Maka kelak ia akan dijauhkan dari api neraka dengan jarak yang lebih jauh dari jarak antara ujung timur dan ujung barat”[HR. Bukhari].

           Kalau kita mengerti bahwa berbuat baik itu tuntutan fitrah manusia dan anjuran agama islam maka banyak sekali peluang yang dikedepankan kepada kita, sejak dari infaq dan sedekah, kurban dan zakat, memberikan santunan kepada fakir miskin, menyerahkan dana untuk bea siswa pelajar yang sangat membutuhkan hingga membuang duri dijalanpun sebuah kebaikan yang tidak disia-siakan, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 03 Januari 2012.M/09 Syafar 1433.H].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar