PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
KEBAIKAN
MENGHAPUS KESALAHAN
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ
مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ "
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Terjemah hadits / ترجمة
الحديث :
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu
Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana
saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan
pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Riwayat Turmuzi, dia berkata
haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد
من الحديث :
1. Takwa kepada Allah
merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal
shalih.
2. Bersegera melakukan
ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus
keburukan.
3. Bersungguh-sungguh
menghias diri dengan akhlak mulia.
4. Menjaga pergaulan
yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan
akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.
Pembahasan;
Akhlak islam mengajarkan kepada umatnya
agar selalu berbuat baik kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Bahkan
Rasul mengajarkan agar umatnya setiap terbit matahari yaitu setiap hari pasti
sudah ada kebaikan yang dilakukan, apakah kebaikan itu berupa memberi sedekah,
menjenguk orang sakit atau melakukan shalat dhuha dua rakaat.
Dr.
Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw, menyatakan tentang akhlak berbuat baik;
Abu
Mas’ud al Anshari meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang pemuda datang kepada
Rasulullah Saw, seraya berkata,”Wahai Rasulullah Saw, saya adalah seorang yang
tidak berpunya. Oleh sebab itu, berilah saya kendaraan/ tunggangan.”
Rasulullah
Saw, menjawab, “Saya tidak punya tunggangan lain untuk membawamu. Akan tetapi, temuilah si Fulan,
mudah-mudahan ia bisa menyediaan kendaraan untukmu”, pemuda itu lalu menemui
orang yang dimaksud dan berhasil mendapatkan tunggangan. Ia kemudian kembali
kepada Rasulullah Saw dan memberitahukan hal tersebut. Rasulullah Saw lalu
bersabda,”Siapa yang menunjukkan orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala
seperti pahala yang didapatkan orang
yang melakukannya” [HR. Abu Dawud].
Pada
kesempatan lain beliau juga bersabda,”Siapa yang terhalang dari sikap lemah
lembut maka berarti dia telah terhalang dari kebaikan” [HR. Ibnu Majah].[Gema
Insani, 2007, hal 128].
Ketika Muadz bin Jabbal akan dilantik sebagai Gubernur di
Yaman, Rasulullah berwasiat kepadanya;"Perbaharuilah
perahumu, sebab lautan yang akan dilalui sangatlah dalamnya, perbanyaklah bekal
karena perjalanan yang engkau tempuh sangatlah jauh, kurangilah beban karena
perjalanan menakutkan, ikhlaskan niat karena pengintai lebih tegas dan tajam
pengamatannya".
Dari hadits diatas ada
empat hal yang perlu kita renungkan sebagai bekal mengisi restan umur yang
masih kita miliki yaitu;
1.Perbaharuilah perahu, sebab lautan yang akan dilalui sangatlah dalamnya.
Hidup bagaikan lautan yang
penuh dengan gelombang susah dan senang, bahagia dan derita, sakit dan sehat.
Untuk mengaruhi lautan yang maha dahsyat ini perlu adanya perahu yang mampu
membawa penumpang ke pulau tujuan, perahu harus selalu dalam keadaan
diperbaharui, hal-hal yang dapat membahayakan perjalanan karena ombak, badai
dan cuaca yang kurang baik sudah diantisipasi sebelum berangkat. Sahabat
bertanya kepada Nabi Muhammad, apa yang dimaksud dengan perahu yang selalu
diperbaharui, beliau mengatakan yaitu
hati atau jiwa.
Setiap waktu
seorang mukmin dituntut untuk melakukan tazkiyatunnafs yaitu pembersihan hati
dan jiwa, tazkiatunnafs dapat terujud bila seorang mukmin siap menerima Al
Qur’an selain sebagai Al Kitab juga sebagai undang-undang yang wajib
ditegakkan. Jiwa akan bersih bila kita sebagai hamba Allah selalu memprogram
diri untuk membaca, menghafal, mentadabburi, memahami, tetap berdiri pada
makna-maknanya dan mengambil i’tibar dari kisah-kisahnhya. Orang yang
melecehkan Al Qur’an dengan cara tidak mau membaca, enggan mengkaji dan ogah
mengamalkannya maka jiwanya gersang,”Berkatalah
Rasul ,”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang
tidak diacuhkan” [Al Furqan 25;30].
Ibnu Taimiyah menyatakan,”Barangsiapa yang tidak membaca Al Qur’an
berarti dia telah mencampakkannya, siapa yang membaca tapi tidak mengkaji
isinya berarti dia mencampakkannya, dan siapa yang membaca, mengkaji serta
tidak mengamalkannya berarti mencampakkannya”.
2.Perbanyaklah
bekal, karena perjalanan yang engkau tempuh sangatlah jauh.
Dalam melakukan perjalanan
apalagi perjalanan itu sangat jauh maka perlu adanya bekal yang maksimal baik
dalam perjalanan ataupun selama berada di tempat tujuan, bekal yang dimaksud
adalah amal shaleh melalui ibadah kepada Allah SWT.
Seorang
hamba Allah yang telah rela mengangkat saksi, ”Tidak ada Ilah selain dari Allah dan Muhammad utusan Allah”, maka
dipundaknya terpikul kewajiban untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah, baik
secara umum maupun secara khusus, Allah berfirman,”Tidak Kami ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku’’ [Adz
Dzariyat;56].
Ada beberapa
hal yang berkaitan dengan ibadah yaitu;
a.
Ibadah dalam arti
khusus seperti shalat, zakat, puasa dan haji, sedangkan secara umum ialah seluruh
aktivitas seseorang hamba yang dilakukan tidak bertentangan dengan aturan
Allah.
b.
Ibnu Taimiyah mengatakan, ibadah ialah semua
kebaikan yang disengangi Allah.
Sebagai hamba punya kewajiban pengabdian kepada Khaliqnya
sebagai penguasa, raja dan pencipta. Hak mutlak Allah ialah tempat pengabdian
bagi seorang hamba, bukan berarti bila manusia tidak menyembah kepada-Nya lalu
wibawa dan kekuasaan Allah luntur atau hilang.
Dalam Hadits
Qudsi dinyatakan, ”Andai seluruh isi
langit dan bumi serta apa yang ada disekitarnya tunduk dan patuh merendah
kepada Allah, tidaklah akan meninggikan nama Allah”, demikian pula sebaliknya,
”Walaupun seluruh isi langit dan bumi kafir, ingkar dan durhaka kepada Allah,
maka tidak akan menghilangkan ketinggian Allah”.
3.Kurangilah beban, karena perjalanan menakutkan
Ketika melakukan
perjalanan banyak hal-hal yang tidak disukai seperti lelah, lapar, kesal dan
perasaan-perasaan lain yang tidak menyenangkan, kalaulah beban yang dibawa
banyak tentu akan menyusahkan yang membawa penderitaan dalam perjalanan, yang
dimaksud dengan beban adalah dosa dan kemaksiatan.
Secara umum perbuatan dosa terbagi
menjadi dua, yang pertama adalah dosa besar. Rasulullah dalam beberapa haditsnya secara ekspisit menjelaskan sejumlah
dosa yang termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti syirik, sihir, memakan harta riba, durhaka kepada orangtua, saksi
palsu dan sebagainya. Dosa seperti ini, bila sipelaku
tidak sempat bertaubat, akan mendatangkan balasan yang berat dan pedih dari
Allah SWT. Artinya, taubat dari dosa besar, masih mungkin dilakukan selama yang
bersangkutan sungguh-sungguh meninggalkan perkara dosa tersebut.
Disamping
dosa besar, ada pula dosa kecil. Umumnya sedikit orang yang memperhatikan dosa
kecil ini sebagai suatu kemaksiatan.
Padahal ampunan Allah terhadap hamba-Nya yang melakukan dosa, selama tidak
dilakukan berulang, lebih besar kemungkinan terkabulnya dibandingkan ampunan
terhadap dosa kecil yang dilakukan kembali secara berulang-ulang.
Cara
mengurangi beban dosa dan maksiat adalah melakukan taubat kepada Allah. Kata
taubat berasal dari kata ”Tawaba” berarti kembali. Seseorang dikatakan kembali atau taubat apabila ia menjauhi semua perbuatan
dosa. Maka arti taubat ialah kembali kepada Allah SWT dengan melepaskan seluruh
ketekaitan hati dan dosa, kemudian kembali mengerjakan kewajibannya kepada
Allah SWT.
Menurut
syariat, taubat artinya meninggalkan seluruh perbuatan dosa dan menyesali semua
kemaksiatan yang telah dikerjakannya karena Allah SWT, kemudian berusaha untuk
tidak mengulanginya kapan dan dimana saja walaupun dia mampu dan tahu akan
kemungkinan untuk mengulanginya."....dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung"[An
Nur 24;31].
4.Ikhlaskan niat, karena pengintai lebih tegas dan tajam
pengamatannya".
Dalam perjalanan yang
dilakukan seseorang kadangkala terjadi langkah-langkah yang tidak pasti bahkan
penyelewengan mungkin saja terjadi apalagi tidak ada yang mengawasi, untuk
itulah Rasul menyarankan agar berhati-hati dalam melakukan perjalanan karena
pengintai sangat tajam pengamatannya, untuk itulah niat yang ikhlas harus
dimiliki.
Ikhlas
adalah syarat utama diterimanya amal seseorang muslim di hadapan Allah, tanpa
ikhlas maka amal akan ditolah dan sia-sia. Seorang lelaki datang kepada
Rasulullah dan berkata, ”Bagaimana
pendapat tuan akan seorang laki-laki yang tampil ke medan laga untuk berperang
mencari harta rampasan dan karena popularitasnya ? Rasulullah menjawab, ”Ia
tidak memperoleh apa-apa” laki-laki itupun penasaran dan bertanya sampai tiga
kali, Rasul tetap menjawab, ”Ia tidak memperoleh apa-apa” kemudian beliau
bersabda, ”Allah tidak menerima suatu amal kecuali apabila dilaksanakan dengan
ikhlas demi mencari keridhaan-Nya semata’ [HR. Abu Daud].
Ikhlas itu salah satu syarat seseorang untuk terjauh dari
godaan syaitan, surat Al Hijr 15;39-40 Allah berfirman,;”Iblis berkata, ”Ya Rabbku, sebab Engkau telah memutuskan aku sesat,
pasti aku akan jadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat dimuka bumi, dan
pasti aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba Engkau yang
Mukhlis [ikhlas] diantara mereka”.
Hidup yang
diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya agar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah;"Barangsiapa
keadaan hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, maka dialah yang beruntung,
barangsiapa keadaannya hari ini sama
seperti kemarin, dialah yang tertipu, barangsiapa keadaan hari ini lebih buruk
daripada kemarin maka dia dilaknat".
Dalam kesempatan lain Rasulullah menyampaikan pesannya;"Manusia yang paling baik ialah yang
panjang umurnya dan baik amalnya, manusia yang paling jahat ialah yang panjang
umurnya dan jahat amalnya".
Yang dihitung di dunia ini bukanlah berapa lama hidup
seseorang tapi apa yang diperbuat oleh seseorang ketika dia hidup, Buya Hamka
mengatakan,"Sehari Harimau di hutan sama dengan setahun bagi seekor
kijang". Bahkan dalam beramalpun seseorang tidak dituntut apakah amal itu
dapat dia nikmati atau tidak, Rasulullah mengatakan;."Meskipun saat kiamat akan tiba dan di tangan seseorang diantara
kamu ada bibit tanaman, kalau dia ada waktu dan sanggup sebelum kiamat datang
maka tanamlah bibit itu, dengan demikian dia akan mendapatkan pahala"
Allah
mengajak orang-orang beriman untuk punya cita-cita dalam hidup, punya harapan
yang akan dituju dan punya program untuk melangkah dalam rangka mengisi restan
dan kesempatan hidup yang ada, firman Allah dalam surat Al Hasyr 59;18"Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan".
Seorang yang
bernama Hariet Martineau berkata,"Berfikirlah dan bertindaklah yang
terbaik hari ini untuk persiapan besok dan besok-besoknya lagi". Searah
dengan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi;
Rasulullah bersabda"Beramallah kamu
untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan beramallah untuk
akheratmu seolah-olah kamu mati besok".
Semua orang dapat berbuat baik sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing dan itu berguna bagi dirinya dan orang lain, petuah di
Minangkabau menyatakan, orang lumpuh untuk menghalau ayam, orang pekak untuk
membunyikan meriam, orang buta dapat berguna untuk meniup lesung, intinya
berbuat baik semampunya walaupun dalam keadaan cacat atau ibarat sebuah dialok
di bawah ini dapat kita ambil sebagai perumpamaan.
Pada suatu hari tempayan retak berkata
kepada tuannya, “Wahai tuan, diriku sudah tidak layak lagi dipakai untuk
mengangkut air, lihatlah air selalu menetes dari retakan yang ada pada diriku,
aku malu pada temanku yang disebelah tuan”, tuannya menjawab,”Wahai tempayan
retak, jangan kau bersedih, lihatlah bunga-bunga yang tumbuh subur di sepanjang
jalan yang kita lalui itu karena air yang menetes dari tubuhmu, sementara bunga
yang tumbuh di sebelah kiri jalan kita gersang, layu karena tidak setitik
airpun yang menetes dari temanmu..jadi retak yang ada pada dirimu telah
menjadikan bunga tumbuh subur dna berbunga indah. Bunga inilah selalu menghiasi
meja dan ruang tamu tuan kita”. Akhirnya tempayan retakpun merasa berguna dan
tidak kecil hati.[Sumber sms dari sahabatku Devi Herizon, 2011].
Bentuk kebaikan yang dapat dilakukan
manusia sangatlah luasnya, bukan hanya dalam bentuk bantuan finansial atau
materi saja, senyum yang ikhlas kepada saudara kita itu juga bentuk kebaikan
bahkan kata-kata yang diucapkanpun dapat menjadikan sebuah kebaikan sebagaimana
yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya,” Sungguh, seorang hamba yang berbicara dengan sepatah kata yang
bermanfaat. Maka kelak ia akan dijauhkan dari api neraka dengan jarak yang
lebih jauh dari jarak antara ujung timur dan ujung barat”[HR. Bukhari].
Kalau kita mengerti bahwa berbuat
baik itu tuntutan fitrah manusia dan anjuran agama islam maka banyak sekali
peluang yang dikedepankan kepada kita, sejak dari infaq dan sedekah, kurban dan
zakat, memberikan santunan kepada fakir miskin, menyerahkan dana untuk bea
siswa pelajar yang sangat membutuhkan hingga membuang duri dijalanpun sebuah
kebaikan yang tidak disia-siakan, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 03 Januari 2012.M/09 Syafar
1433.H].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar