RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Perintah Memelihara Sunnah Dan Adab-adabnya
Oleh Drs. St. Mukhlis
Denros
Bagi
seorang muslim kualitas iman menentukan amal seseorang, keawaman agama seorang
muslim dia hanya mengerjakan kewajiban yang wajib-wajib saja, itupun sudah
bagus, sedangkan amalan sunnah memang tidak semua orang mau dan mampu
melakukannya, hal itu karena pengetahuan yang dangkal dan karena keimanan yang
lemah.
Rasulullah
mengajak ummatnya untuk mengamalkan ajaran Islam selain yang wajib juga
ditambah dengan yang sunnah-sunnah, yang sudah menjadi amalan beliau
sehari-hari sehingga ummat tinggal lagi mengikuti semuanya semampunya, tinggal
lagi memotivasi untuk menaikkan poltase iman dan mendongkrak amal, hal itu bisa
dilakukan dengan mempelajari ajaran Islam secara rutin dan lengkap.
Imam An
Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 16 dengan
judul “Perintah Memelihara Sunnah Dan
Adab-adabnya”
Allah
Ta'ala berfirman:
"Apa saja yang
diberikan oleh Rasul kepadamu semua, maka ambillah itu - yakni lakukanlah -
dan apa saja yang dilarang olehnya, maka hentikanlah itu." (al-Hasyr:
7)
Allah Ta'ala berfirman
lagi:
"Ia - yakni
Muhammad - itu tidaklah berkata-kata dengan kemauannya sendiri. Itu tiada lain
kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya." (an-Najm: 3-4)
Juga Allah Ta'ala
berfirman pula:
"Katakanlah-hai
Muhammad, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah
tentu mencintai engkau semua dan akan mengampuni dosa-dosamu." (ali-lmran: 31)
Allah Ta'ala berfirman
pula:
"Dan niscayalah di
dalam peribadi Rasulullah itu merupakan ikutan - teladan - yang baik bagimu semua, juga bagi
orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhir." (al-Ahzab: 21)
Allah Ta'ala berfirman
lagi
"Tetapi tidak, demi
Tuhanmu. Mereka belum beriman benar-benar sebeium mereka meminta keputusan kepadamu dalam
perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh
keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka
menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat." (an-Nisa': 65)
Juga Allah Ta'ala
berfirman:
"Jikalau engkau
semua memperselisihkan dalam sesuatu persoalan, maka kembalikanlah itu kepada
Aliah dan RasulNya, apabila engkau semua benar-benar beriman kepada Allah dan hari
akhir." (an-Nisa': 59)
Para alim-ulama
berkata: "Maksudnya itu ialah supaya dikembalikan sesuai dengan
al-Kitab - al-Quran - dan as-Sunnah - al-Hadis."
Allah Ta'ala berfirman
pula:
"Barangsiapa
mentaati Rasul ia telah benar-benar mentaati Allah." (an-Nisa')
Lagi Allah Ta'ala
berfirman:
"Dan sesungguhnya
engkau itu niscayalah memberikan petunjuk kejalan yang lurus yaitu jalan Allah.'' (asy-Syura:
52-53)
Allah Ta'ala berfirman:
"Hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu menjadi takut, supaya jangan
sampai tertimpa oleh kefitnahan atau tertimpa oleh siksa yang pedih." (an-Nur: 63)
Juga Allah Ta'ala
berfirman:
"Dan ingat-ingatlah
olehmu semua - kaum wanita - apa-apa yang dibaca dalam rumah-rumahmu dari
ayat-ayat Allah dan hikmat - ilmu pengetahuan." (al-Ahzab: 34)
.
Adapun Hadis-hadisnya
ialah:
Dari Abu Hurairah r.a.
dari Nabi s.a.w. bersabda: "Tinggalkanlah apa yang saya tinggalkan untukmu
semua -maksudnya: Jangan ditanyakan apa yang tidak saya terangkan kepadamu semua,
karena hanyasanya yang menyebabkan kerusakan orang-orang - ummat - yang
sebelumnya itu ialah sebab banyaknya mereka bertanya-tanya - yang tidak
berfaedah - lagi pula mereka suka menyalahi kepada Nabi-nabi mereka. Oleh sebab
itu jikalau saya melarang padamu akan sesuatu hal, maka jauhilah itu dan
jikalau saya memerintah padamu semua akan sesuatu perkara, maka lakukanlah itu
sekuat usahamu." (Muttafaq 'alaih)
Isi yang terkandung
dalam Hadis ini ialah:
Sesuatu yang merupakan
larangan, maka samasekali jangan dilakukan, tetapi kalau berupa perintah,
cobalah lakukan sedapat-dapatnya dan jangan putusasa untuk memperbaiki dan
menyempurnakannya. Misalnya shalat di waktu sakit: Tidak dapat dengan berdiri,
lakukan dengan duduk; tidak dapat dengan duduk, boleh dengan berbaring dan
pendek kata sedapat mungkin, asal jangan ditinggalkan sekalipun hanya dengan
isyarat memejamkan serta membuka mata dalam melakukan shalat itu.
Dari Abu Najih
al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah memberikan
wejangan kepada kita semua, yaitu suatu wejangan yang mengesankan sekali, hati
dapat menjadi takut karenanya, matapun dapat bercucuran. Kita lalu berkata:
"Ya Rasulullah,seolah-olah itu adalah wejangan seseorang yang hendak
bermohon diri. Oleh sebab itu, berilah wasiat kepada kita semua!" Beliau
s.a.w. bersabda:
"Saya berwasiat
kepadamu semua, hendaklah engkau semua bertaqwa kepada Allah, juga suka
mendengarkan dan mentaati -pemerintahan - sekalipun yang memerintah atasmu itu
seorang hambasahaya Habsyi. Karena sesungguhnya saja, barangsiapa yang masih hidup panjang di antara
engkau semua itu ia akan melihat berbagai perselisihan yang banyak sekali. Maka
dari itu hendaklah engkau semua menetapi sunnahku dan sunnah para Khalifah
Arrasyidun yang memperoleh petunjuk - Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali
radhiallahu 'annum; gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi taringmu -
yakni pegang teguhlah itu sekuat-kuatnya. Jauhilah olehmu semua dari melakukan
perkara-perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya segala sesuatu
kebid'ahan itu adalah sesat."Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Termidzi
dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Bid'ah yakni sesuatu
yang tidakada dalam agama lalu diada-adakan sehingga seolah-olah itu juga termasuk
dalam agama. Bid'ah yang
sedemikian inilah yang sesat dan setiap yang sesat pasti ke neraka sebagaimana
dalam Hadis lain disebutkan:"Maka sesungguhnya setiap sesuatu yang
diada-adakan, itu bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan
adalah di dalam neraka."
Tetapi kalau yang
diada-adakan itu baik (bid'ah hasanah), maka tentu saja tidak terlarang seperti
mendirikan sekolah-sekolah (madrasah), pondok-pondok, pesantren-pesantren
dengan cara yang serba modern. Semua tidak terlarang sekalipun dalam zaman
Rasulullah s.a.w. belum ada.
Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Semua ummatku itu dapat memasuki syurga,
melainkan orang yang enggan - tidak suka." Beliau
ditanya: "Siapakah orang yang enggan itu, ya Rasulullah?" Beliau
menjawab: "Barangsiapa yang taat
kepadaku, maka ia dapat memasuki syurga dan barangsiapa yang bermaksiat padaku
- menyalahi ajaranku, maka dialah orang yang benar-benar enggan." (Riwayat
Bukhari)
Dari Abu Muslim; ada
yang mengatakan, dari Abu lyas, yaitu Salamah bin 'Amr bin al-Akwa' r.a.,
bahwasanya ada seorang lelaki disisi Rasulullah s.a.w., makan dengan tangan
kirinya. Kemudian beliau s.a.w. bersabda padanya: "Makanlah dengan tangan
kananmu!" Orang itu berkata: "Aku tidak dapat." Beliau s.a.w.
bersabda: "Jadi engkau tidak dapat?" Sebenarnya ia berbuat demikian
itu hanyalah karena terdorong oleh kecongkaannya belaka. Akhirnya ia
benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya - untuk
selama-lamanya." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Abdillah yaitu an-Nu'man
bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Hendaklah
engkau semua benar-benar meratakan barisan-barisanmu - dalam shalat, atau kalau
tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajah-wajahmu
semua -maksudnya ialah bahwa Allah akan memasukkan rasa permusuhan, saling
benci-membenci dan perselisihan pendapat dalam hatimu semua." (Muttafaq
'alaih)
Dalam Hadis di atas
terdapat anjuran yang sangat keras agar di waktu shalat, barisan itu
benar-benar dilempangkan, diratakan dan diluruskan sekencang-kencangnya. Selain
itu terdapat keterangan pula perihal dibolehkannya berkata-kata dalam waktu
antara selesai-nya iqamah dengan akan dilakukannya shalat, tetapi kata-kata itu
hendaknya yang bermanfaat dan berguna.
Dari Abu Musa r.a.
katanya:"Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar mengenai
penghuni-penghuninya di waktu malam. Setelah hal mereka itu diberitahukan
kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya api itu adalah
musuhmu semua. Maka dari itu, jikalau engkau semua tidur, padamkan sajalah api
itu dari padamu." (Muttafaq 'alaih)
Dari Jabir r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaanku dan perumpamaan
engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, kemudian
banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu
mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini - yakni
Rasulullah s.a.w. - adalah seorang yang mengambil -memegang - pengikat celana
serta sarungmu semua agar tidak sampai engkau semua terjun dalam neraka, tetapi
engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku." (Riwayat Muslim)
Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka
baiklah diambil kembali, kemudian hendaklah disingkirkan kotoran yang melekat
di situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah itu dibiarkan -
ditinggalkan -untuk dimakan oleh syaitan. Jangan pula seseorang itu mengusap
tangannya dengan saputangan - sehabis makan itu - sehingga jari-jarinya
dijilat-jilatnya dulu, sebab seseorang itu tentulah tidak mengetahui di dalam
makanan yang mana letaknya keberkahan."
Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seseorang di antara engkau
semua di waktu ia melakukan segala sesuatu dari pekerjaannya, sampai-sampai
syaitan itupun mendatangi orang itu di waktu ia makan. Maka dari itu jikalau
suapan itu jatuh dari seseorang di antara engkau semua, maka hendaklah
menyingkirkan kotoran-kotoran yang melekat di situ, kemudian makanlah dan
jangan dibiarkan untuk dimakan oleh syaitan."
Dari'Abis bin Rabi'ah,
katanya: "Saya melihat Umar bin Alkhaththab r.a. mencium batu hitam -
hajar aswad -dan ia berkata: "Saya mengetahui bahwa engkau itu adalah
batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat
membahayakan. Andaikata saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. sendiri menciummu,
pastilah aku juga tidak suka menciummu." (Muttafaq 'alaih).
Sebagai muslim tentu kita
mengikuti sunnah Rasulullah, beliau menyatakan bahwa menghargai ummatnya yang
mau untuk menjaga sunnah sementara orang lain sudah meninggalkannya, semoga
kita mampu untuk menjaga sunnah-sunnah itu sebagai ujud keislaman dan kecintaan
kepada beliau. Betapa banyak dari ummat Islam ini yang melalaikan sunnah
Rasulullah, ironinya mereka melecehkan orang-orang yang melaksanakan sunnah.
Gelar teroris ditujukan kepada orang-orang yang memakai celana cingkrang dan
berjenggot, julukan fanatik kepada mereka yang mengenakan jilbab dan membaca Al
Qur’an, selama ummat ini masih melaksanakan sunnah Rasulullah maka insya Allah
amal-amalnya akan menjadi amal shaleh dalam kehidupannya, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 28 Syawal
1434.H/04 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar