RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Ketaqwaan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Orang yang bertaqwa adalah orang yang
menyampaikan kebenaran kepada siapapun walaupun pahit akibatnya kelak.
Kebenaran itu adalah apa adanya tidak dapat ditutup tutupi, hingga sampai
ketika kita bercandapun oleh Rasulullah tidak boleh dengan kebohongan, harus
dengan kebenaran. Karena sekali saja kita berbohong maka selamanya orang tidak
akan percaya lagi, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar" [Al Ahzab 33;70]
Imam An Nawawi dalam bukunya
Riyadush Shalihin Bab 6 dengan judulKetaqwaan, berdasarkan ayat-ayat Allah dan hadits nabi Muhammad Saw,
beliau mengungkapkan tentang taqwa,
yaitu;
Allah Ta'ala berfirman:"Hai
sekalian orang yang beriman, bertaqwalah engkau semua kepada Allah dengan
sebenar-benarnya ketaqwaan." (ali-lmran: 102).
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Maka bertaqwalah engkau
semua kepada Allah
sekuat-kuatmu." (at-Taghabun: 16).
Ayat ini menjelaskan apa
yang dimaksudkan dari ayat yang pertama.
Lagi Allah Ta'ala berfirman:"Hai sekalian
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan
kata-kata yang betul - sesuai dengan apa yang sesungguhnya." (al-Ahzab:
70).
Ayat-ayat yang
berhubungan dengan perintah bertaqwa itu banyak sekali dan dapat dimaklumi.
Allah Ta'ala berfirman
lagi:"Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan
membuat untuknya jalan keluar - dari segala macam kesulitan - dan
memberinya rezeki dari jalan yang tidak dikira-kirakan." (at-Thalaq:
2-3).
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Jikalau engkau semua bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan
menjadikan untukmu semua pembedaan - antara kebenaran dan kesalahan,
juga menutupi kesalahan-kesalahanmu serta mengampuni dosamu dan Allah itu
memiliki keutamaan yang agung." (al-Anfal: 29).
Ayat-ayat dalam bab ini
banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya ialah:
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah, siapakah orang
yang semulia-mulianya?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu orang yang bertaqwa di
antara engkau semua.
Orang-orang berkata:
"Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w, menjawab: "Kalau
begitu ialah Nabi Yusuf, ia adalah Nabiullah, putera Nabiullah dan inipun
putera Nabiullah pula dan ini adalah putera khalilullah - kekasih Allah yakni
bahwa Nabi Yusuf itu adalah putera Nabi Ya'qub putera Nabi Ishaq putera Nabi
Ibrahim yaitu Khalilullah."
Orang-orang berkata
lagi: "Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w. menjawab pula:
"Jadi tentang orang-orang yang merupakan pelikan-pelikan -
pembesar-pembesar - dari bangsa Arab yang engkau semua tanyakan padaku?
Orang-orang yang merupakan pilihan di antara bangsa Arab itu di zaman Jahiliyah,
itu pulalah yang merupakan orang-orang pilihan di zaman Islam, jikalau mereka
mengerti hukum-hukum agama." (Muttafaq 'alaih).
Dari Abu Said al-Khudri
r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:"Sesungguhnya dunia ini manis dan menghijau
- yakni lazat dan nyaman - dan sesungguhnya Allah itu menjadikan engkau semua
sebagai pengganti di bumi itu, maka itu Dia akan melihat apa-apa yang engkau
lakukan. Oleh karenanya, maka takutilah harta dunia dan takutilah pula tipudaya
kaum wanita. Sebab sesungguhnya pertama-tama fitnah yang bercokol di kalangan
kaum Bani Israil adalah dalam persoalan kaum wanita." (Riwayat Muslim)
Dari Ibnu Mas'ud r.a.
bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan
padaMu akan petunjuk, ketaqwaan, menahan diri dari apa-apa yang tidak diperkenankan
serta kekayaan hati." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Tharif, yaitu
'Adi bin Hatim Aththa'i r.a., katanya; "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda:"Barangsiapa yang bersumpah atas sesuatu persumpahan, kemudian ia
mengetahui hal yang keadaannya lebih menjurus kepada ketaqwaan terhadap Allah
daripada persumpahan yang dilakukannya tadi, maka hendaklah mendatangi -
memilih -ketaqwaan itu saja." (Riwayat Muslim).
Dari Abu Umamah yaitu
Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah
s.a.w. berkhutbah dalam haji wada' - haji terakhir bagi beliau s.a.w. sebagai
mohon diri, kemudian beliau s.a.w. bersabda:"Bertaqwalah kepada Allah,
kerjakanlah shalat lima waktumu, lakukanlah Puasa dalam bulanmu - Ramadhan,
tunaikanlah zakat harta-hartamu dan taatilah pemegang-pemegang pemerintahanmu,
maka engkau semua akan dapat memasuki syurga Tuhanmu." Diriwayatkan oleh
Imam Termidzi dalam akhir kitab bab shalat dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan shahih.
Banyak
lagi persi taqwa yang dapat dikemukakan sebagaimana
yang disampaikan oleh Ali bin Ab Thalib yang menerangkan kriteria taqwa yaitu;
1.Istiqamah/Teguh
Makna taqwa itu ialah
berpegang teguh atau istiqamah dalam kehidupan, kokoh dan kuat seperti karang
karena memang hidup ini penuh dengan tempaan dan gemblengan untuk menjadikankan
ummat ini tetap istiqamah; "Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu"[Fushilat 41;30]
Untuk sebuah
pengakuan keimanan maka banyak orang yang bisa tapi untuk menjaga iman agar
tetap kokoh dan bersih dari nilai-nilai yang mencemarkan ketauhidan tidak
banyak orang yang sanggup. Orang yang istiqomah harus jauh dari sifat syirik,
karena syirik itu dapat merusak iman dan merupakan kesesatan ; "Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah
tersesat sejauh-jauhnya" [An Nisa' 4;116]
Bagaimanapun
kondisi yang dialami, sakit atau senang, bahagia atau sengsara bahkan dikala
diuji dengan segala yang melenakan hidupnya agar berpaling dari islam maka
semakin kokoh keimanannya hingga ajal menjemputnya kelak. Kekonsistenannya
terhadap islam nampak dalam kehidupan sehari-hari melalui pribadi, keluarga dan
bermasyarakat; " Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang
menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada
yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka
tidak merobah (janjinya)" [Al Ahzab 33;23]
2.Keseimbangan Hidup/ Tawazun
Orang
yang bertaqwa adalah orang yang hidupnya tawazun yaitu seimbang dengan
memperhatikan berbagai asfek pada diri manusia
yaitu jasmani, makanannya berupa materi seperti makan dan minum. Bila jasmani
tidak diberi makan maka finalnya adalah kematian. Akal, makanannya ilmu pengetahuan. Yang harus
diberi bahan ilmu pengetahuan, bila akal tidak dipasok dengan makanannya maka
akhirnya yang punya akal ini menjadi orang bodoh yang tidak begitu penting
kehadirannya di dunia ini. Rohani,
makanannya berupa non materi, diantaranya adalah beribadah kepada Allah. Rohani yang tidak diberi
makanan lezat yang berupa ibadah dan kedekatan kepada Allah maka rohani ini
akan gersang bahkan cendrung melakukan pemberontakan rohani.
Dalam hal ilmupun seorang
taqwa memperhatikan asfek menuntut ilmu selain mengajarkan ilmu itu kepada
orang lain, hidup yang hanya memikirkan mengajarkan ilmu tapi melalaikan
menuntut ilmu pasti mengalami keganjilan, ibarat accu yang selalu dicas tapi
tidak ada aut putnya maka accu itu akan soak, sebagaimana firman Allah dalam
surat Ali Imran 3;179 "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya".
Keseimbangan
dalam hidupnya tergambar pada kepentingan dunia dan kepentingan akherat,
kedua-duanya harus diupayakan untuk keselamatan hidup pribadi, keluarga dan
masyarakat; "Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka"[Al Baqarah 2;201].
3.Zikrullah/Ingat kepada Allah
Orang
yang bertaqwa adalah orang yang selalu zikrullah yaitu ingat kepada Allah dalam
kondisi bagaimanapun; "Maka apabila kamu Telah menyelesaikan
shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. Kemudian
apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman"[An
Nisa' 4;103]
Zikir bukan hanya melalui lisan saja
tapi zikir itu mempunyai tiga dimensi yaitu;
a.Zikir dalam hati; selalu ingat Allah
disetiap detak jantung hatinya.
b.Zikir pada lisan; banyak menyebut dan
membesarkan nama Allah.
c.Zikir dengan amal; selalu melakukan
amaliyah ibadah.
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal" [Al Anfal 8;2]
4.Menyerahkan Diri Kepada Allah
Orang yang
bertaqwa itu adalah orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah secara total
yang disebut dengan muslim. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat
49;14 "Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah
beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami
Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala
amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Di dunia ini
hanya ada dua yaitu jalan Allah dan jalan syaitan, kafir atau muslim, islam
atau selain islam. Seorang muslim dan muslimah bila telah menyatakan wala’
yaitu hanya loyalitas dan patuh hanya kepada Allah maka wajib untuk bara’ yaitu
menolak, membenci, memusuhi, membatasi diri dan menjauhkan segala tuhan selain
Allah; “Dan bahwa (yang kami perintahkan
ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu
dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” [Al
An’am 6;153]
Bahkan keimanan orang yang
bertaqwa itu ditunjukkan dalam kehidupan yang total dalam pangkuan islam dengan
menyingkirkan segala hal yang dapat menyesatkannya, firman Allah dalam surat Al
Baqarah 2;208 dinyatakan; " Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu".
Taqwa adalah level yang tinggi setelah
seseorang melewati fase sebagai muslim yaitu mengakui islama sebagai agamanya,
ketika meningkat kualitas muslim menuju tingkat kedua yaitu mukmin, yaitu
tingkatan orang yang sudah baik kepribadiannya, imannya sudah menghunjam ke
dada, amalnyapun semakin bagus. Mukmin meningkatkan mutunya dengan segala
kesungguhan menuju kesana sampailah kepada level Muhsin, yaitu karakter muslim
yang berupaya selalu berbuat baik sebanyak mungkin, amal wajibnya ditambah
dengan yang sunnah-sunnah, bila dia mampu meningkatkan kualitas iman dan
amalnya maka mendekatlah kepada level Mukhlis artinya orang yang ikhlas dalam
menapaki kehidupan ini, segala yang diberikan dan dilakukan hanya mencari ridha
Allah, maka barulah masuk ke tahaf Muttaqin yaitu orang yang bertaqwa.
Allah tidak memandang manusia karena
suku, bangsa dan kelahirannya tapi kemuliaan itu disematkan Allah kepada hamba
yang mampu mencapai derajat taqwa, sebagaimana firman-Nya dibawah ini; "Hai manusia, Sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal" [Al Hujurat 49;13]
Rupanya
iman dan taqwa tidak hanya diucapkan saja apalagi hanya dipendam saja di hati,
tapi taqwa itu harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk
pribadi, keluarga hingga masyarakat luas, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 27 Syawal 1434.H/03
September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar