Jumat, 22 November 2013

48.6 Ketaqwaan



RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]


Ketaqwaan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Orang yang bertaqwa adalah orang yang menyampaikan kebenaran kepada siapapun walaupun pahit akibatnya kelak. Kebenaran itu adalah apa adanya tidak dapat ditutup tutupi, hingga sampai ketika kita bercandapun oleh Rasulullah tidak boleh dengan kebohongan, harus dengan kebenaran. Karena sekali saja kita berbohong maka selamanya orang tidak akan percaya lagi, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar" [Al Ahzab 33;70]

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 6 dengan judulKetaqwaan, berdasarkan ayat-ayat Allah dan hadits nabi Muhammad Saw, beliau mengungkapkan tentang  taqwa, yaitu;

Allah Ta'ala berfirman:"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah engkau semua kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaqwaan." (ali-lmran: 102).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Maka   bertaqwalah   engkau  semua   kepada   Allah  sekuat-kuatmu." (at-Taghabun: 16).

Ayat ini menjelaskan apa yang dimaksudkan dari ayat yang pertama. Lagi Allah Ta'ala berfirman:"Hai sekalian orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan kata-kata yang betul - sesuai dengan apa yang sesungguhnya." (al-Ahzab: 70).

Ayat-ayat yang berhubungan dengan perintah bertaqwa itu banyak sekali dan dapat dimaklumi.

Allah Ta'ala berfirman lagi:"Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan membuat untuknya jalan keluar - dari segala macam kesulitan - dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak dikira-kirakan." (at-Thalaq: 2-3).

Allah Ta'ala berfirman pula:"Jikalau engkau semua bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan untukmu semua pembedaan - antara kebenaran dan kesalahan, juga menutupi kesalahan-kesalahanmu serta mengampuni dosamu dan Allah itu memiliki keutamaan yang agung." (al-Anfal: 29).

Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya ialah:

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang semulia-mulianya?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu orang yang bertaqwa di antara engkau semua. 
Orang-orang berkata: "Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w, menjawab: "Kalau begitu ialah Nabi Yusuf, ia adalah Nabiullah, putera Nabiullah dan inipun putera Nabiullah pula dan ini adalah putera khalilullah - kekasih Allah yakni bahwa Nabi Yusuf itu adalah putera Nabi Ya'qub putera Nabi Ishaq putera Nabi Ibrahim yaitu Khalilullah."
Orang-orang berkata lagi: "Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w. menjawab pula: "Jadi tentang orang-orang yang merupakan pelikan-pelikan - pembesar-pembesar - dari bangsa Arab yang engkau semua tanyakan padaku? Orang-orang yang merupakan pilihan di antara bangsa Arab itu di zaman Jahiliyah, itu pulalah yang merupakan orang-orang pilihan di zaman Islam, jikalau mereka mengerti hukum-hukum agama." (Muttafaq 'alaih).

Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:"Sesungguhnya dunia ini manis dan menghijau - yakni lazat dan nyaman - dan sesungguhnya Allah itu menjadikan engkau semua sebagai pengganti di bumi itu, maka itu Dia akan melihat apa-apa yang engkau lakukan. Oleh karenanya, maka takutilah harta dunia dan takutilah pula tipudaya kaum wanita. Sebab sesungguhnya pertama-tama fitnah yang bercokol di kalangan kaum Bani Israil adalah dalam persoalan kaum wanita." (Riwayat Muslim)

Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan padaMu akan petunjuk, ketaqwaan, menahan diri dari apa-apa yang tidak diperkenankan serta kekayaan hati." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Tharif, yaitu 'Adi bin Hatim Aththa'i r.a., katanya; "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang bersumpah atas sesuatu persumpahan, kemudian ia mengetahui hal yang keadaannya lebih menjurus kepada ketaqwaan terhadap Allah daripada persumpahan yang dilakukannya tadi, maka hendaklah mendatangi - memilih -ketaqwaan itu saja." (Riwayat Muslim).

Dari Abu Umamah yaitu Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. berkhutbah dalam haji wada' - haji terakhir bagi beliau s.a.w. sebagai mohon diri, kemudian beliau s.a.w. bersabda:"Bertaqwalah kepada Allah, kerjakanlah shalat lima waktumu, lakukanlah Puasa dalam bulanmu - Ramadhan, tunaikanlah zakat harta-hartamu dan taatilah pemegang-pemegang pemerintahanmu, maka engkau semua akan dapat memasuki syurga Tuhanmu." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dalam akhir kitab bab shalat dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Banyak lagi persi taqwa yang dapat dikemukakan sebagaimana yang disampaikan oleh Ali bin Ab Thalib yang menerangkan kriteria taqwa yaitu;

1.Istiqamah/Teguh
            Makna taqwa itu ialah berpegang teguh atau istiqamah dalam kehidupan, kokoh dan kuat seperti karang karena memang hidup ini penuh dengan tempaan dan gemblengan untuk menjadikankan ummat ini tetap istiqamah; "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu"[Fushilat 41;30]

Untuk sebuah pengakuan keimanan maka banyak orang yang bisa tapi untuk menjaga iman agar tetap kokoh dan bersih dari nilai-nilai yang mencemarkan ketauhidan tidak banyak orang yang sanggup. Orang yang istiqomah harus jauh dari sifat syirik, karena syirik itu dapat merusak iman dan merupakan kesesatan ; "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya" [An Nisa' 4;116]

Bagaimanapun kondisi yang dialami, sakit atau senang, bahagia atau sengsara bahkan dikala diuji dengan segala yang melenakan hidupnya agar berpaling dari islam maka semakin kokoh keimanannya hingga ajal menjemputnya kelak. Kekonsistenannya terhadap islam nampak dalam kehidupan sehari-hari melalui pribadi, keluarga dan bermasyarakat; " Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)" [Al Ahzab 33;23]

2.Keseimbangan Hidup/ Tawazun
            Orang yang bertaqwa adalah orang yang hidupnya tawazun yaitu seimbang dengan memperhatikan berbagai asfek pada diri manusia yaitu jasmani, makanannya berupa materi seperti makan dan minum. Bila jasmani tidak diberi makan maka finalnya adalah kematian.  Akal, makanannya ilmu pengetahuan. Yang harus diberi bahan ilmu pengetahuan, bila akal tidak dipasok dengan makanannya maka akhirnya yang punya akal ini menjadi orang bodoh yang tidak begitu penting kehadirannya di dunia ini.  Rohani, makanannya berupa non materi, diantaranya adalah  beribadah kepada Allah. Rohani yang tidak diberi makanan lezat yang berupa ibadah dan kedekatan kepada Allah maka rohani ini akan gersang bahkan cendrung melakukan pemberontakan rohani.

            Dalam hal ilmupun seorang taqwa memperhatikan asfek menuntut ilmu selain mengajarkan ilmu itu kepada orang lain, hidup yang hanya memikirkan mengajarkan ilmu tapi melalaikan menuntut ilmu pasti mengalami keganjilan, ibarat accu yang selalu dicas tapi tidak ada aut putnya maka accu itu akan soak, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran 3;179 "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya".

Keseimbangan dalam hidupnya tergambar pada kepentingan dunia dan kepentingan akherat, kedua-duanya harus diupayakan untuk keselamatan hidup pribadi, keluarga dan masyarakat; "Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"[Al Baqarah 2;201].

3.Zikrullah/Ingat kepada Allah
            Orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu zikrullah yaitu ingat kepada Allah dalam kondisi bagaimanapun; "Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman"[An Nisa' 4;103]

Zikir bukan hanya melalui lisan saja tapi zikir itu mempunyai tiga dimensi yaitu;
a.Zikir dalam hati; selalu ingat Allah disetiap detak jantung hatinya.
b.Zikir pada lisan; banyak menyebut dan membesarkan nama Allah.
c.Zikir dengan amal; selalu melakukan amaliyah ibadah.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal" [Al Anfal 8;2]

4.Menyerahkan Diri Kepada Allah
Orang yang bertaqwa itu adalah orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah secara total yang disebut dengan muslim. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat 49;14 "Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Di dunia ini hanya ada dua yaitu jalan Allah dan jalan syaitan, kafir atau muslim, islam atau selain islam. Seorang muslim dan muslimah bila telah menyatakan wala’ yaitu hanya loyalitas dan patuh hanya kepada Allah maka wajib untuk bara’ yaitu menolak, membenci, memusuhi, membatasi diri dan menjauhkan segala tuhan selain Allah; “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” [Al An’am 6;153]

            Bahkan keimanan orang yang bertaqwa itu ditunjukkan dalam kehidupan yang total dalam pangkuan islam dengan menyingkirkan segala hal yang dapat menyesatkannya, firman Allah dalam surat Al Baqarah 2;208 dinyatakan; " Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".
Taqwa adalah level yang tinggi setelah seseorang melewati fase sebagai muslim yaitu mengakui islama sebagai agamanya, ketika meningkat kualitas muslim menuju tingkat kedua yaitu mukmin, yaitu tingkatan orang yang sudah baik kepribadiannya, imannya sudah menghunjam ke dada, amalnyapun semakin bagus. Mukmin meningkatkan mutunya dengan segala kesungguhan menuju kesana sampailah kepada level Muhsin, yaitu karakter muslim yang berupaya selalu berbuat baik sebanyak mungkin, amal wajibnya ditambah dengan yang sunnah-sunnah, bila dia mampu meningkatkan kualitas iman dan amalnya maka mendekatlah kepada level Mukhlis artinya orang yang ikhlas dalam menapaki kehidupan ini, segala yang diberikan dan dilakukan hanya mencari ridha Allah, maka barulah masuk ke tahaf Muttaqin yaitu orang yang bertaqwa.

            Allah tidak memandang manusia karena suku, bangsa dan kelahirannya tapi kemuliaan itu disematkan Allah kepada hamba yang mampu mencapai derajat taqwa, sebagaimana firman-Nya dibawah ini;  "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal" [Al Hujurat 49;13]
           
Rupanya iman dan taqwa tidak hanya diucapkan saja apalagi hanya dipendam saja di hati, tapi taqwa itu harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga hingga masyarakat luas, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 27 Syawal 1434.H/03 September 2013].
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar