Kamis, 21 November 2013

36. Membantu Sesama Muslim



PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

MEMBANTU SESAMA MUSLIM
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ      فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
(رواه مسلم) 
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa  yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.(Riwayat Muslim) 
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث  :
1.     Siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan dia dapatkan pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan kesulitannya di hari yang sangat sulit tersebut.
2.     Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis perbuatannya.
3.     Berbuat baik kepada makhluk merupakan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah Ta’ala.
4.     Membenarkan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya agar tidak menggugurkan pahala sehingga amalnya dan kesungguhannya sia-sia.
5.     Memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan tidak akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih sayang-Nya.
6.     Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan mengamalkannya.
7.     Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji ilmu.
Pembahasan:
Ketika kita hidup dalam masyarakat maka diharapkan terjadi interaksi yang dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dalam bentuk pertolongan yang dibutuhkan, kebaikan itu berupa infaq, shadaqah atau santunan apalagi kita mempunyai sesuai yang lebih dari mereka.

Sudah menjadi tabiat manusia dan memang fithrah dunia, ada orang yang berada di  atas dengan segala kesenangan dan ada yang dibawah bersama segala penderitaannya. Ada manusia yang memiliki nilai lebih serta ada yang selalu berada dalam kekurangan. Nilai lebih manusia tadi dapat berupa harta, ilmu dan kedudukan. Bila si pemilik nilai lebih hanya memperbesar perut dan kesenangannya saja berarti dia telah mengabaikan seruan Allah dan Rasul-Nya. Islam tidak menginginkan harta kekayaan hanya beredar pada satu kaum atau golongan saja, akan tetapi islam memberikan jalan keluarnya yang layak diikuti bagi orang-orang yang telah meyakinkan kebenaran Risalah-Nya.

            Jalan keluar tersebut dapat disebut dengan zakat, infaq, wakaf ataupun sedekah, yaitu pemberian yang harus dikeluarkan kepada yang berhak menerimanya. Harta yang dimiliki seseorang bukanlah mutlak semuanya menjadi hak miliknya, dibalik tu terdapat harta anak yatim, harta fakir miskin, serta untuk keperluan kaum muslimin lainnya.

            Dua ayat dibawah ini merupakan pijakan  untuk mengeluarkan nilai lebih yang kita miliki yaitu;
1.Surat Al Baqarah 2;261
      ”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka pada jalan Allah, adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. dan Allah melipatgandakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah itu luas pemberian-Nya dan Dia amat Mengetahui”.

2.Surat Ali Imran 3;92  
      ”Kamu belum lagi mencapai kebajikan  sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu sukai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan [dermakan] itu Allah Mengetahui”.

            Harta yang dikeluarkan di jalan Allah seperti membantu kelancaran suatu pendidikan, membebaskan fakir miskin dari kesengsaraan, membantu anak yatim, maka itu bukanlah pengeluaran yang sia-sia, akan tetapi Allah akan menghitung dan memperhitungkan pahalanya yang sangat banyak, yang diibaratkan sebutir biji yang menghasilkan tujuh ratus kebaikan. Allah sendiri mengatakan bukanlah atau belum mencapai suatu kebajikan seandainya orang yang beriman  belum menafkahkan dari sebagian harta yang paling dicintainya dan masih disukainya.

            Sifat manusia yang tidak terpuji yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain barang yang tidak lagi disukainya, buah-buahan yang sudah layu, makanan yang sudah basi, pakaian bekas yang sudah compang camping, yang jelas tidak disukainya  lagi baru diberikan kepada orang lain.

            Sehubungan dengan firman Allah pada ayat 92 surat Ali Imran diatas, ada sebuah ilustras yang sangat menarik sebagai peringatan bagi para da’i, mubaligh dan ummat islam umumnya, ilustrasi ini terjadi di daerah antah berantah, seorang kiyai mengupas ayat diatas dengan berapi-api dalam sebuah pengajian, dengan mengatakan bahwa tidaklah beriman kamu sebelum memberikan harta yang dicintainya. Diantara peserta pengajian terdapat seorang ibu yang kebetulan isteri pak kyai tersebut, serta merta ibu tadi meninggalkan majlis pengajian menuju rumahnya. Sesampai di rumah, segala barang yang berharga bagi keluarganya diserahkan kepada orang lain, termasuk jas suaminya yang sangat disayangi dan kebetulan memang satu-satunya.

            Ketika sang kiyai sampai di halaman rumahnya, dia heran karena banyak orang berkumpul di rumah, dan kejadian ini tidak biasanya. Dia semakin heran, setiap orang yang keluar dari rumah tersebut membawa barang minimal gelas satu buah. Sang isteri ditanya dengan menahan emosi, tak tahu apa yang harus dilakukannya, melihat kesibukan isteri memindahkan barang-barang. Pak kiyai bertambah kaget ketika dilihat jas kesayangannya juga telah terbang ke tetangga sebelah. Dihampirinya sang isteri tercinta dengan pertanyaan yang sangat hati-hati, ada apa gerangan ? Isteri memberi jawaban polosnya, ”Pak, saya hanya menjalankan perintah bapak di  pengajian tadi, ”Tidaklah atau belumlah dikatakan beriman atau mencapai suatu kebajikan sebelum menafkahkan harta yang paling  disukai”, dengan perasaan yang bermacam-macam dan senyum dikulum pak kiyai menjelaskan, ”Buk, ayat yang saya sampaikan pada pengajian tadi bukan untuk kita, ayat itu untuk orang lain”.

            Itu hanya sebuah ilustrasi yang tidak akan terjadi terutama bagi pada da’i. Mulailah dari diri, keluarga baru kepada orang lain.
            Roda kehidupan terus berputar, kadang di atas kadang juga di bawah. Kemudahan dan kesulitan datang silih berganti. Bila keadaan lapang itu berubah menjadi sempit, siapa pun akan butuh pertolongan orang lain. Ia berharap ada orang yang peduli dan mau menolong dirinya.

Tapi bagaimana orang- orang di sekitarnya memperlakukan seorang yang bakhil itu? Bisa jadi masih ada yang berfikir, “Ah, untuk apa menolong orang yang bakhil seperti dia. Bukankah saat berlebih ia hanya memikirkan diri sendiri? Biarin saja agar tau rasa.” Si Bakhil akhirnya benar- benar merasakan kesulitan. Pintu- pintu tertutup. Ia terbelenggu oleh kebakhilannya sendiri.

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. (Ali Imran [3]: 180)

            Saat dikaruniai Allah kekayaan lebih, sesungguhnya merupakan kesempatan seorang untuk berbagi dengan sesama. Itulah saat yang tepat menanam kebaikan. Tetapi hawa nafsu dan syaitan membisikkan manusia untuk lebih mementingkan diri sendiri dan cinta dunia. Mereka tidak peduli terhadap kesulitan hidup fakir miskin, yatim piatu, dan dhuafa. Mereka menganggap sikap bakhilnya itu akan membuatnya lebih baik. Padahal pada kenyataanya itu hanya akan menyempitkan jiwanya sendiri saja dan berakibat buruk baginya. Ia telah diperbudak oleh hartanya dan dikucilkan masyarakatnya.
  
          Lepaskan jiwa dari belenggu dunia. Ingatlah sesungguhnya harta dan dunia ini adalah amanah- Nya agar kita berbagi dengan sesama. Janganlah kita menyumbat aliran rahmat- Nya dengan sikap tak mau berbagi. Bakhil hanya akan membelenggu diri. Apalagi saat roda kehidupan terhenti alias maut menjemput, harta yang telah menjerat jiwanya di dunia itu juga akan menjerat pula di akhirat. Naudzubillah.

    Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran [3]: 180)[Ust. Hanif Hanan,
,BMH, Friday, 19 June 2009 16:21].

            Dalam kehidupan bermasyarakat kita dianjurkan untuk membantu orang lain yang membutuhkan karena sunnah Allah menyertai kehidupan ini, ada yang mampu dan tidak sedikit yang tidak mampu, ada yang usaha ekonominya lancar dengan keberhasilan dan keberuntungan dan tidak sedikit usahanya hancur, gulung tikar dan bangkrut, disinilah peran seorang muslim untuk turut serta membantu saudaranya, Rasulullah bersabda," Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau)."(Mutafaq'alaih)

             Apalagi hidup bertetangga, sangat diharapkan ada kehidupan saling tolong menolong sehingga Rasul menyatakan tentang kriteria tetangga itu dengan harapan tanpa alasan kita tidak membantunya; tetangga itu memiliki tiga tingkatan haknya yaitu; tetangga yang ada hubungan kerabat dan semuslim maka tiga haknya, hak sebagai tetangga, hak sebagai kerabat dan hak sebagai muslim, tetangga semuslim saja maka memiliki dua hak, hak sebagai tetangga dan hak sebagai muslim, tetangga dengan non muslim maka haknya hanya satu yaitu hak sebagai tetangga.

            Kita tidak bisa hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain sebagai teman yang dapat memberikan berbagai bantuan dalam kesehariannya selain itu kitapun dianjurkan untuk memberikan bantuan kepada orang lain, ibarat simbiosis mutualisme yaitu saling ketergantungan satu sama lainnya, Rasulullah bersabda,"Kaum muslimin ibarat satu tangan terhadap orang-orang yang di luar mereka'' (HR. Asysyihaab)

Asfek ibadah seorang muslim sangat luas sekali, salah satunya tolong menolong dengan  harta benda sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya surat Al Baqarah 2;195 ”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

            Dalam sebuah peperangan, sebelumnya Rasulullah menyampaikan taujih [pengarahan] kepada para sahabat bahwa biaya jihad itu sangat besar sekali, maka  beliau menawarkan kepada muhsinin di zaman beliau, maka tampillah ketika itu Umar bin Khattab dengan ucapannya,”Ya Rasulullah akan aku serahkan separuh hartaku untuk berjihad besok”, dalam hati Umar menyangka bahwa dialah yang paling besar infaqnya, setelah itu tampil pula Abu Bakar dengan wibawa menyatakan.”Wahai Rasul, aku serahkan seluruh hartaku untuk jihad besok”, Rasull bertanya,”Apa yang kau sisakan untuk keluargamu ?”, Abu Bakar menjawab ”Yang tersisa adalah Allah dan Rasul-Nya.” Dalam hati Umar bergumam,”Memang Abu Bakar tidak bisa disaingi dalam kebaikan ini”.

            Demikian semangatnya para sahabat dalam menanamkan kebaikan bagi kepentingan ummat dan da’wah, tidak boleh kita menghentikan kebaikan karena intres-intres pribadi, sebagaimana yang terjadi pula pada diri Abu Bakar, ketika itu telah ditemukan siapa orang yang menyebarkan  isu tentang terjadinya dugaan penyelewengan Aisyah dengan Shafwan, isu itu berkembang sehingga merusak keutuhan rumah tangga Rasulullah. Rupanya salah seorang yang menyebarkan  isu itu adalah pembantunya sendiri, maka langsung Abu Bakar menyatakan,”Saya tidak akan lagi memberimu makan dan memutuskan agar engkau keluar dari rumah ini”, mengetahui sikap Abu Bakar demikian maka Rasul melarangnya, bahwa tidak boleh memutuskan kebaikan kepada orang yang biasa kita beri kebaikan apalagi keluarga sendiri, Abu Bakarpun mencabut sumpahnya tadi.
           
            Jangankan muslim, sedang manusia kafirpun hati nuraninya menuntut untuk berbuat kebaikan. Tersebutlah dizaman Rasul ketika beliau diboikot penduduk Quraisy di lembah Si’ib atau dikenal dengan nama lembah Abu Thalib, tidak boleh berdagang dan membeli dagangan dari non muslim, sehingga Rasul ketika itu dengan para sahabatnya menderita tanpa bahan makanan, ada seorang sahabat yang ketika malam hari saat buang air kecil dia merasakan ada sebuah benda keas yang teraba olehnya, dia bawa pulang, rupanya selembar kulit kambing yang sudah mengeras, itulah yang dia bersihkan lalu dimasak dan dimakan, demikian sengsaranya ummat islam diperlakukan oleh Abu Jahal dan kawan-kawan.

            Dalam kondisi demikian, tegeraklah hati seorang kafir Quraisy untuk memberikan bantuan, dia ambi seekor kuda, lalu diisi dengan bahan makanan di seluruh  pundaknya, sarat dengan bekal itulah, dia arahkan sang kuda ke lembah Si’ib, kemudian dia pukul pinggul kuda itu dengan kuatnya sehingga larilah sang kuda ke arah ummat islam yang sedang menunggu bantuan dari siapapun.

            Profil muhsinin adalah pribadi yang siap untuk mencapai derajat taqwa dengan jalan berbuat baik dimana saja dan kapan saja, baik dalam kondisi lapang ataupun sempit, dalam kondisi kaya atau miskin; “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”[Ali Imran 3;134].

            Kebaikan apapun dan sebesar apapun tidak boleh kita remehkan sebab nabi pernah mengabarkan bahwa dengan kebaikan yang kecil itu siapa tahu kita ditetapkan sebagai penduduk syurga selama-lamanya. Peran keluarga sangat baik dalam mendidik anak untuk berbuat baik seperti memberikan infaq dan sedekah kepada fakir miskin yang datang ke rumah kita.  

Dari sekian derma yang dikeluarkan di jalan Allah, maka tidaklah seluruhnya akan mudah diterima Allah, karena bila berderma bukan karena mengharapkan ridha Allah, berniat bukan karena  Allah, maka batallah seluruh pemberian tadi.

Manusia hanya mendistribuskan harta tersebut kepada yang lain, apakah kepada fakir miskin, anak yatim, santunan untuk kegiatan social atau kebutuhan ummat islam lainnya, sedangkan harta yang kita distribukan itu secara mutlak merupakan rezeki dari Allah. Rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya juga tidak lepas dari ikhtiyar artinya bekerja dengan optimal kemudian bertawakkal kepada-Nya;“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”[Ath Thalaq 65;3].

Sedangkan kalau kita mengamati hadits Rasulullah Saw. Maka kita akan menemukan keterkaitan antara tawakkal dan rezki ini, sebagaimana sabda Rasulullah,”Seandainya engkau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberimu rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung”
Karena keterkaitan antara tawakkal dan rezki ini sangat erat, maka ada sebagian ulama yang  mengatakan, bahwa tawakkal merupakan penyebab datangnya rezki. Dan perkataan ini bukanlah perkataan yang tidak beralasan sama sekali. Sebab, kalau kita lihat fase-fase datangnya rezeki, maka kita akan dapat menemukan tiga fase penting yang dapat menghantarkan manusia kepada sebuah kesuksesan.

Pertama, adalah tawakkal terhadap Allah swt, setelah bertawakkal maka dia memasuki fase yang kedua, yaitu usaha. Dan setelah usaha dilakukan dengan sebaik mungkin, maka  dia akan memasuki fase ketiga, yaitu menemukan keberhasilan dari apa yang diusahakan. Dan keberhasilan ini identik dengan rezeki.

Kalau kita perhatikan definisi rezeki, maka jelaslah bagi kita kesalahan yang tersebar, bahwa usaha itu adalah penyebab datangnya rezeki, adalah asumsi yang salah sekali. Karena kita masih banyak yang menyaksikan orang yang dengan gigih berusaha untuk mendapatkan rezeki yang ia inginkan, namun rezeki itu tidak kunjung datang. Dan kita juga masih banyak melihat orang yang tidak berusaha untuk mendapatkan rezeki, namun rezeki itu datang kepadanya dengan tanpa disangka-sangka.

Jadi rezeki merupakan cakupan keagungan Allah Swt, yang didalamnya terdapat hikmah yang sempurna, namun kita masih belum memahaminya. Kita lihat, bahwa rezeki itu tidak datang dengan adanya usaha kita, dan dia juga tidak hilang dengan keinginan kita. Di dalam sebuah kesempatan kita dapat melihat beberapa kasus tentang nilai sebuah usaha terhadap eksistensi rezeki. Beberapa kasus yang dapat kita lihat tersebut, dapat memberikan pelajaran kepada kita, bahwa di balik usaha kita terdapat sebuah kekuatan yang dapat mengatur perjalanan dan eksistensi rezeki itu  sendiri. Dan kekuatan itu dapat diketahui melalui perasaan, dan eksistensinya dapat diketahui dengan adanya tanda-tanda yang ditimbulkannya; “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.”[Adz Dzariyat 51;22-23].

Apa yang dapat kita banggakan kepada Allah dan rasul-Nya bila kita punya kelebihan berupa harta namun tidak mau membantu kesulitan masyarakat yang membutuhkan pertolongan pada berbagai asfek apakah untuk pendidikan, kesehatan, perubahan lebih-lebih untuk kebutuhan harian, selain zakat dan infaq maka kebaikan lainnya dapat kita salurkan kepada masyarakat kita, apakah tidak malu kita kepada masyarakat, sementara kita hidup dengan kemewahan, kesenangan dan kelebihan sedangkan tetangga, saudara dan masyarakat kita hidup dalam kesengsaraan, kita tidur dalam keadaan perut kenyang, apakah kita tega sementara masyarakat kita tidur dalam keadaan perut dalam keadaan lapar, Wallahu A’lam [Cubadak Solok, 13 Zulqaidah 1432.H/ 11 Oktober 2011.M].



1 komentar:

  1. Assalamualaikum wrb salam persaudaraan,perkenalkan saya Sri Wulandari asal jambi,maaf sebelumnya saya hanya mau berbagi pengalaman kepada saudara(i) yang sedang dalam masalah apapun,sebelumnya saya mau bercerita sedikit tentang masalah saya,dulu saya hanya penjual campuran yang bermodalkan hutang di Bank BRI,saya seorang janda dua anak penghasilan hanya bisa dipakai untuk makan anak saya putus sekolah dikarenakan tidk ada biaya,saya sempat stres dan putus asa menjalani hidup tapi tiap kali saya lihat anak saya,saya selalu semangat.saya tidak lupa berdoa dan minta petunjuk kepada yang maha kuasa,tampa sengaja saya buka internet dan tidak sengaja saya mendapat nomor tlpon Aki Sulaiman,awalnya saya Cuma iseng2 menghubungi Aki saya dikasi solusi tapi awalnya saya sangat ragu tapi saya coba jalani apa yang beliau katakan dengan bermodalkan bismillah saya ikut saran Aki Sulaiman saya di ritualkan dana gaib selama 3 malam ritual,setelah rituialnya selesai,subahanallah dana sebesar 2M ada di dalam rekening saya.alhamdulillah sekarang saya bersyukur hutang di Bank lunas dan saya punya toko elektronik yang bisa dibilang besar dan anak saya juga lanjut sekolah,sumpah demi Allah ini nyata tampa karangan apapun,bagi teman2 yang mau berhubungan dengan Aki Sulaiman silahkan hub 085216479327 insya Allah beliau akan berikan solusi apapun masalah anda mudah2han pengalaman saya bisa menginspirasi kalian semua,Assalamualaikum wrb.JIKA BERMINAT SILAHKAN HUB AKI SULAIMAN 085-216-479-327,TAMPA TUMBAL,TIDAK ADA RESIKO APAPUN(AMAN) .

    BalasHapus