RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Banyaknya
Jalan-jalan Kebaikan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Hidup yang
diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya agar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah;"Barangsiapa keadaan hari ini
lebih baik dari pada hari kemarin, maka dialah yang beruntung, barangsiapa
keadaannya hari ini sama seperti
kemarin, dialah yang tertipu, barangsiapa keadaan hari ini lebih buruk daripada
kemarin maka dia dilaknat".
Dalam kesempatan lain Rasulullah menyampaikan pesannya;"Manusia
yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya, manusia yang
paling jahat ialah yang panjang umurnya dan jahat amalnya".
Allah
mengajak orang-orang beriman untuk punya cita-cita dalam hidup, punya harapan
yang akan dituju dan punya program untuk melangkah dalam rangka mengisi restan
dan kesempatan hidup yang ada, firman Allah dalam surat Al Hasyr 59;18 "Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan".
Seorang yang
bernama Hariet Martineau berkata,"Berfikirlah dan bertindaklah yang
terbaik hari ini untuk persiapan besok dan besok-besoknya lagi". Searah
dengan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi; "Beramallah kamu
untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan beramallah untuk
akheratmu seolah-olah kamu mati besok".
Imam An
Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 13 dengan
judul Menerangkan Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan;
Allah Ta'ala berfirman:"Dan
apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 215)
Allah Ta'ala berfirman
lagi, "Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, pasti
Allah Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 197)
Allah Ta'ala berfirman
pula:"Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan
debu, maka Ia akan mengetahuinya - di akhirat nanti memperoleh
balasannya." (az-Zalzalah: 7).
Juga Allah Ta'ala
berfirman: "Barangsiapa
yang melakukan amal shalih, maka perbuatannya Itu akan menguntungkan dirinya
sendiri." (al-Jatsiyah: 15)
Dari Abu Zar, yaitu
Jundub bin Junadah r.a., katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah, amalan
manakah yang lebih utama - banyak fadhilahnya?" Beliau s.a.w. menjawab:
"Yaitu beriman kepada Allah dan berjihad untuk membela agamaNya."
Saya bertanya lagi: "Hambasahaya manakah yang lebih utama?" Beliau
s.a.w. menjawab: "Yaitu yang dipandang terindah bagi pemiliknya serta yang
termahal harganya."
Saya bertanya pula:
"Jikalau saya tidak dapat mengerjakan itu -yakni berjihad fi-sabilillah
ataupun memerdekakan hambasahaya yang mahal harganya, maka apakah yang dapat
saya lakukan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Berilah pertolongan kepada
seseorang pekerja - shani' - atau engkau mengerjakan sesuatu kepada
seseorang yang kurang pandai bekerja - akhraq." Saya berkata pula:
"Ya Rasulullah, bukankah Tuan telah mengetahui, jikalau saya ini lemah
sekali dalam sebagian pekerjaan?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Tahanlah
keburukanmu, jangan sampai mengenai orang banyak, amalan sedemikian itupun
merupakan sedekah daripadamu untuk dirimu sendiri - yakni tidak mengganggu
orang lain." (Muttafaq 'alaih).
Dari Abu Zar r.a. juga
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Setiap ruas tulang dari seseorang
di antara engkau semua itu setiap paginya hendaklah memberikan sedekahnya, maka
tiap setasbihan - bacaan Subhanallah - adalah sedekah, tiap setahmidan
-bacaan Alhamdulillah - adalah sedekah, tiap setahlilan bacaan La
ilaha illallah - adalah sedekah, tiap setakbiran - bacaan AllahuAkbar - adalah
sedekah, memerintah pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah
sedekah dan yang sedemikian itu dapat dicukupi - diimbangi pahalanya - oleh dua
rakaat yang seseorang itu bersembahyang dengannya di waktu dhuha - antara
sedikit setelah terbitnya matahari sampai matahari di tengah-tengah atau
istiwa'." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Zar juga,
katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Ditunjukkanlah padaku amalan-amalan
ummatku, yang baik dan yang buruk. Maka saya mengetahuinya dalam golongan
amalan-amalan yang baik adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalan,
sedang dari golongan amalan-amalan yang buruk ialah dahak yang dilakukan di
dalam masjid dan tidak ditanam."(Riwayat Muslim)
Dari Abu Zar pula,
bahwasanya orang-orang sama berkata: "Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya
raya sama pergi dengan membawa pahala yang banyak - karena banyak pula
amalannya. Mereka itu bersembahyang sebagaimana kita juga bersembahyang, mereka
berpuasa sebagaimana kita juga berpuasa, tambahan lagi mereka dapat bersedekah
dengan kelebihan harta-harta mereka. Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bukankah Allah
telah menjadikan untukmu semua sesuatu yang dapat engkau semua gunakansebagai
sedekah. Sesungguhnya datam setiap tasbih adalah merupakan sedekah, setiap
takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil
merupakan sedekah, memerintahkan kebaikan juga sedekah, melarang kemungkaran
itupun sedekah pula dan bahkan dalam bersetubuhnya seseorang dari engkau semua
itupun sedekah."
Para sahabat berkata:
"Ya Rasulullah apakah seseorang dari kita yang mendatangi syahwatnya itu
juga memperoleh pahala?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Adakah engkau
semua mengerti, bagaimana jikalau syahwat itu diletakkannya dalam sesuatu yang
haram, adakah orang itu memperoleh dosa? Maka demikian itu pulalah jikalau ia
meletakkan syahwatnya itu dalam hal yang dihalalkan, iapun memperoleh
pahala." (Riwayat Muslim)
Yang menghadap Nabi
s.a.w. ini adalah dari golongan kaum Muhajirin (orang-orangyangsama berpindah
mengikuti Nabi s.a.w. dari Makkah ke Madinah) yang fakir-fakir. Jadi pokoknya
mereka mengadu karena merasa kurang pahalanya kalau dibanding dengan
orang-orang yang kaya-kaya itu, sebab merasa tidak dapat bersedekah karena
miskinnya.
Dari Abu Zar lagi,
katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: "Janganlah engkau
menghinakan sesuatu kebaikan sedikitpun, sekalipun hanya dengan jalan engkau
menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Setiap ruas tulang dari para manusia
itu harus memberikan sedekah setiap harinya yang di situ terbitlah matahari.
Berlaku adil antara dua orang itupun sedekah, ucapan yang baik itupun sedekah,
dengan setiap langkah yang dijalaninya untuk pergi shalat juga sedekah,
melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan itu juga sedekah." (Muttafaq
'alaih).
Imam Muslim meriwayatkan
juga dari riwayat Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:"Bahwasanya setiap manusia dari Bani Adam itu dijadikan atas
tigaratus enampuluh ruas tulang. Maka barangsiapa yang bertakbir kepada Allah,
bertahmid kepada Allah, bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, mohon
pengampunan kepada Allah, suka melemparkan batu dari jalan para manusia,
ataupun duri ataupun tulang dari jalan orang banyak, atau memerintahkan
kebaikan atau melarang kemungkaran, sebanyak tigaratus enampuluh kali
banyaknya, maka sesungguhnya orang itu bersore-sore pada hari itu dan ia telah
menjauhkan dirinya dari neraka."
Dari Abu Hurairah r.a.
dari Nabi s.a.w.,sabdanya:"Barangsiapa yang pergi ke masjid pagi atau sore
hari, maka Allah menyediakan untuknyasebuah jaminan - nuzul - dalam syurga
setiap ia pergi, pagi atau sore hari itu." (Muttafaq 'alaih).
Nuzul, maksudnya jaminan yang berupa makanan atau
rezeki dan apa saja yang dapat disediakan untuk tamu.
Dari Abu Hurairah r.a.
katanya: Rasulullah s.a.w.
bersabda:"Hai kaum muslimat - wanita Islam, janganlah seseorang tetangga
itu menghinakan tetangganya,sekalipun yang diberikan oleh tetangganya itu hanya
berupa kaki kambing." (Muttafaq 'alaih).
Hadis ini mengandung dua
macam pengertian yaitu:
Pertama: Orang yang diberi jangan sekali-kali
menghinakan tetangganya yang memberikan
sesuatu kepadanya, sekalipun berupa kaki kambing. Jadi yang
diberi hendaknya bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada pemberinya,
meskipun apa yang diberikan itu baginya tidak berarti.
Sebabnya orang yang
diberi itu dilarang menghinakan pemberian orang lain, sekalipun sedikit
nilainya, karena pada umumnya orang yang enggan berterima kasih pada pemberian
sedikit, ia enggan pula berterima kasih pada pemberian yang banyak.Dalam sebuah
Hadis lain di sebutkan:"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang
enggan bersyukur kepada sesama manusia."
Kedua: Dapat pula diberi penafsiran bahwa orang yang
memberi itu jangan sekali-kali menghinakan kecilnya pahala yang akan
diperolehnya dengan jalan memberikan sedekah atau hadiah yang disampaikan
kepada tetangganya, meskipun hanya berupa kaki kambing. Ini sebagai sindiran
karena yang diberikan itu amat sedikitnya, kurang berharga atau tidak berarti.
Jadi memberi itu
sekalipun sedikit adalah lebih baik daripada tidak memberi samasekali. Dalam
persoalan pahalanya.
Kedua pendapat di atas
itu sama-sama dapat dipakainya, yakni baik bagi pemberi atau yang diberi. Yang
memberi jangan menghina kecilnya pahala, sebab yang disedekahkan atau
dihadiahkan hanya sedikit sekali, sedang yang diberipun jangan menghina orang
yang memberi, sebab sedekah atau hadiah yang disampaikan kepadanya itu hanya
sedikit dan kurang berharga, yaitu kaki kambing atau lain-lain yang sifatnya
tidak bernilai tinggi atau tidak mahal harganya.
Dari Abu
Hurairah r.a. lagi
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Pada suatu ketika ada
seorang lelaki berjalan di suatu jalan, ia sangat merasa haus, lalu menemukan
sebuah sumur, kemudian turun di dalamnya terus minum. Setelah itu iapun
keluarlah. Tiba-tiba ada seekor anjing mengulur-ulurkan lidahnya sambil makan
tanah karena hausnya, Orang itu berkata - dalam hati; "Niscayalah anjing
ini telah sampai pada kehausan sebagaimana yang telah sampai padaku tadi."
lapun turun lagi ke dalam sumur lalu memenuhi sepatu khufnya dengan air,
kemudian memegang sepatu itu pada mulutnya, sehingga ia keluar dari sumur tadi,
terus memberi minum pada anjing tersebut. Allah berterima kasih pada orang tadi
dan memberikan pengampunan padanya."
Para sahabat bertanya:
"Ya Rasulullah, apakah sebenarnya kita juga memperoleh pahala dengan sebab
memberi - makan minum - pada golongan binatang?" Beliau s.a.w.
menjawab:"Dalam setiap hati yang basah - maksudnya setiap sesuatu yang
hidup yang diberi makan minum - ada pahalanya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat
dari Imam Bukhari disebutkan demikian: "Allah lalu berterima kasih pada
orang tersebut, kemudian memberikan pengampunan padanya, lalu memasukkannya ke dalam syurga."
Dalam riwayat lain dari
Bukhari dan Muslim disebutkan pula: "Pada suatu ketika ada seekor anjing
berputar-putar di sekitar sebuah sumur, hampir saja ia terbunuh oleh
kehausan,tiba-tiba ada seseorang pezina - perempuan - dari golongan kaum
pelacur Bani Israil melihatnya. Wanita itu lalu melepaskan sepatunya kemudian
mengambilkan air untuk anjing tadi dan meminumkan air itu padanya, maka dengan
perbuatannya itu diampunilah wanita tersebut.
Hadis di atas mengandung
suatu anjuran supaya kita semua berbuat baik terhadap segala macam binatang
yang muhtaram atau yang dimuliakan. Yang dimaksudkan binatang muhtaram ialah
binatang yang menurut agama Islam tidak boleh dibunuh.
Dari Abu Hurairah r.a.
lagi dari Nabi s.a.w. sabdanya:"Niscayalah saya telah melihat seseorang
yang bersuka-ria dalam syurga dengan sebab memotong sebuah pohon dari tengah
jalanan yang pohon itu membuat kesusahan bagi kaum Muslimin." (Riwayat
Muslim)
Dalam riwayat Muslim
yang lain disebutkan demikian: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki
berjalan melalui sebuah cabang pohon yang melintang di tengah jalanan, kemudian
ia berkata:"Demi Allah, niscayalah pohon ini hendak kulenyapkan dari
jalanan kaum Muslimin supaya ia tidak membuat kesukaran pada mereka itu."
Orang tersebut lalu dimasukkan dalam syurga.
Dalam riwayat Bukhari
dan Muslim pula disebutkan demikian: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki
yang berjalan di jalanan. Ia menemukan cabang dari sebuah pohon berduri pada
jalanan itu, kemudian cabang berduri itu disingkirkan olehnya. Allah lalu
berterima kasih kepada orang tadi dan memberikan pengampunan kepadanya."
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang berwudhu' lalu
memperbaguskan wudhu'nya kemudian mendatangi shalat Jum'at, lalu mendengarkan -
khutbah serta berdiam diri - tidak bercakap-cakap sedikitpun, maka diampunilah
untuk antara Jum'at itu dengan Jum'at yang berikutnya dan ditambah pula dengan
tiga hari lagi. Barangsiapa yang memegang - mempermain-mainkan - batu kerikil -
di waktu ada khutbah - maka ia telah berbuat kesalahan." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a.
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Jikalau seseorang hamba muslim
ataupun mu'min berwudhu', kemudian ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari
mukanya itu setiap kesalahan yang dilihat olehnya dengan menggunakan kedua
matanya bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir.
Selanjutnya apabila ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua
tangannya itu semua kesalahan yang diambil - dilakukan - oleh kedua tangannya
bersama dengan air atau bersama tetesan air yang terakhir. Kemudian apabila ia
membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalani oleh kedua
kakinya itu bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir,
sehingga keluarlah orang tersebut dalam keadaan bersih dari semua dosa."
(Riwayat Muslim)
Dari Jabir r.a. pula,
katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tiada seorang muslimpun yang menanam
suatu tanaman, melainkan apa saja yang dapat dimakan dari hasil tanamannya itu,
maka itu adalah sebagai sedekah baginya, dan apa saja yang tercuri daripadanya,
itupun sebagai sedekah baginya. Dan tidak pula dikurangi oleh seseorang lain,
melainkan itupun sebagai sedekah baginya." (Riwayat Muslim).
Dalam riwayat Imam
Muslim yang lain disebutkan: "Maka tidaklah seseorang muslim itu menanam
sesuatu tanaman, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia
ataupun binatang, ataupun burung, kecuali semuanya itu adalah sebagai sedekah
baginya sampai hari kiamat."
Dalam riwayat Imam
Muslim yang lain lagi disebutkan: "Tidaklah seseorang muslim itu menanam
sesuatu tanaman, tidak pula ia menanam sesuatu tumbuh-tumbuhan, kemudian dari
hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia, ataupun oleh binatang ataupun oleh
apa saja, melainkan
itu adalah sebagai
sedekah baginya." Imam Bukhari
dan Imam
Muslim meriwayatkan Hadis-hadis
semuanya itu dari riwayat Anas r.a.
136. Keduapuluh: Dari
Jabir r.a. lagi, katanya: "Bani Salimah - salah satu kabilah kaum Anshar
yang terkenal radhiallahu 'anhum - bermaksud hendak berpindah tempat di dekat
masjid. Berita itu sampai kepada Rasulullah s.a.w., kemudian beliau s.a.w.
bersabda kepada Bani Salimah itu: "Sesungguhnya saja telah sampai berita
kepadaku bahwa engkau semua ingin berpindah ketempat di dekat masjid?"
Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah, kita berkehendak sedemikian itu."
Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Wahai
Bani Salimah, tetaplah di
rumah-rumahmu itu saja,
akan dicatatlah langkah-langkahmu
itu - pahala melangkahkan kaki dari rumah ke masjid itu past dicatat sebanyak
yang dijalankan. Jadi tidak perlu berpindah ke dekat masjid. Tetaplah di
rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu." (Riwayat
Muslim).
Dari Abdulmundzir yaitu
Ubaybin Ka'ab r.a. katanya: "Ada seseorang yang saya tidak mengetahui ada
orang lain yang rumahnya lebih jauh lagi daripada orang itu untuk pergi ke
masjid. Orang tadi tidak pernah terluput oleh shalat - jamaah. Kemudian kepadanya
itu ditanyakan, atau saya sendiri bertanya kepadanya: Alangkah
baiknya jikalau engkau
membeli seekor keledai yang dapat
engkau naiki apabila malam gelap gulita ataupun di waktu siang yang panasnya
amat terik." Orang itu menjawab: "Saya tidak senang sekiranya rumahku
itu ada di dekat masjid. Sesungguhnya saya ingin sekali kalau perjalananku ke
masjid itu dicatat- sebagai pahala, demikian juga pulangku jikalau saya pulang
ketempatkeluargaku."Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Allah telah mengumpulkan
untukmu semua yang kau kehendaki itu - yakni keinginanmu untuk memperoleh
pahala banyak itu dikabulkan oleh Allah."
Dari Anas r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu niscaya meridhai
pada seseorang hamba, jikalau ia makan sesuatu makanan - pagi ataupun sore,
kemudian mengucapkan puji-pujian kepada Allah atas makanan yang dimakannya itu,
ataupun meminum sesuatu minuman, kemudian mengucapkan puji-pujian kepada Allah
atas minuman yang diminumnya itu." (Riwayat Muslim).
Dari Abu Musa r.a. dari
Nabi s.a.w., sabdanya: "Setiap orang Islam itu harus bersedekah." Abu
Musa bertanya: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak menemukan
sesuatu untuk disedekahkan?" Beliau menjawab: "Kalau tidak ada
hendaklah ia bekerja dengan kedua tangannya, kemudian ia dapat memberikan
kemanfaatan kepada dirinya sendiri, kemudian bersedekah." Ia bertanya
lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat
demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memberikan pertolongan kepada
orang yang menghajatkan bantuan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan,
bagaimanakah jikalau ia tidak dapat berbuat demikian?" Beliau menjawab:
"Hendaklah ia memerintah dengan kebaikan atau kebagusan." Ia bertanya
lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat
demikian." Beliau menjawab: "Hendaklah ia menahan diri dari berbuat
kejahatan, maka yang sedemikian itupun sebagai sedekah yang diberikan
olehnya." (Muttafaq 'alaih).
Yang dihitung di dunia ini
bukanlah berapa lama hidup seseorang tapi apa yang diperbuat oleh seseorang
ketika dia hidup, Buya Hamka mengatakan,"Sehari Harimau di hutan sama
dengan setahun bagi seekor kijang". Bahkan dalam beramalpun seseorang
tidak dituntut apakah amal itu dapat dia nikmati atau tidak, Rasulullah mengatakan;."Meskipun
saat kiamat akan tiba dan di tangan seseorang diantara kamu ada bibit tanaman,
kalau dia ada waktu dan sanggup sebelum kiamat datang maka tanamlah bibit itu,
dengan demikian dia akan mendapatkan pahala" Wallahu a’lam [Cubadak
Pianggu Solok, 28 Syawal 1434.H/04 September 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar