Jumat, 22 November 2013

55.13 Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan




RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]



Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Hidup yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya agar dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah;"Barangsiapa keadaan hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, maka dialah yang beruntung, barangsiapa keadaannya hari ini  sama seperti kemarin, dialah yang tertipu, barangsiapa keadaan hari ini lebih buruk daripada kemarin maka dia dilaknat".

            Dalam kesempatan lain Rasulullah menyampaikan pesannya;"Manusia yang paling baik ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya, manusia yang paling jahat ialah yang panjang umurnya dan jahat amalnya".

Allah mengajak orang-orang beriman untuk punya cita-cita dalam hidup, punya harapan yang akan dituju dan punya program untuk melangkah dalam rangka mengisi restan dan kesempatan hidup  yang ada,  firman Allah dalam surat Al Hasyr 59;18 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Seorang yang bernama Hariet Martineau berkata,"Berfikirlah dan bertindaklah yang terbaik hari ini untuk persiapan besok dan besok-besoknya lagi". Searah dengan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi; "Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan beramallah untuk akheratmu seolah-olah kamu mati besok".

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 13 dengan judul  Menerangkan Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan;

Allah Ta'ala berfirman:"Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 215)
Allah Ta'ala berfirman lagi, "Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, pasti Allah Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 197)
Allah Ta'ala berfirman pula:"Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, maka Ia akan mengetahuinya - di akhirat nanti memperoleh balasannya." (az-Zalzalah: 7).

Juga Allah Ta'ala berfirman: "Barangsiapa yang melakukan amal shalih, maka perbuatannya Itu akan menguntungkan dirinya sendiri." (al-Jatsiyah: 15)

Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah r.a., katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah, amalan manakah yang lebih utama - banyak fadhilahnya?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu beriman kepada Allah dan berjihad untuk membela agamaNya." Saya bertanya lagi: "Hambasahaya manakah yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu yang dipandang terindah bagi pemiliknya serta yang termahal harganya."
Saya bertanya pula: "Jikalau saya tidak dapat mengerjakan itu -yakni berjihad fi-sabilillah ataupun memerdekakan hambasahaya yang mahal harganya, maka apakah yang dapat saya lakukan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Berilah pertolongan kepada seseorang pekerja - shani' - atau engkau mengerjakan sesuatu kepada seseorang yang kurang pandai bekerja - akhraq." Saya berkata pula: "Ya Rasulullah, bukankah Tuan telah mengetahui, jikalau saya ini lemah sekali dalam sebagian pekerjaan?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Tahanlah keburukanmu, jangan sampai mengenai orang banyak, amalan sedemikian itupun merupakan sedekah daripadamu untuk dirimu sendiri - yakni tidak mengganggu orang lain." (Muttafaq 'alaih).

Dari Abu Zar r.a. juga bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Setiap ruas tulang dari seseorang di antara engkau semua itu setiap paginya hendaklah memberikan sedekahnya, maka tiap setasbihan - bacaan Subhanallah - adalah sedekah, tiap setahmidan -bacaan Alhamdulillah - adalah sedekah, tiap setahlilan bacaan La ilaha illallah - adalah sedekah, tiap setakbiran - bacaan AllahuAkbar - adalah sedekah, memerintah pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah dan yang sedemikian itu dapat dicukupi - diimbangi pahalanya - oleh dua rakaat yang seseorang itu bersembahyang dengannya di waktu dhuha - antara sedikit setelah terbitnya matahari sampai matahari di tengah-tengah atau istiwa'."  (Riwayat Muslim)

Dari Abu Zar juga, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Ditunjukkanlah padaku amalan-amalan ummatku, yang baik dan yang buruk. Maka saya mengetahuinya dalam golongan amalan-amalan yang baik adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalan, sedang dari golongan amalan-amalan yang buruk ialah dahak yang dilakukan di dalam masjid dan tidak ditanam."(Riwayat Muslim)

Dari Abu Zar pula, bahwasanya orang-orang sama berkata: "Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya raya sama pergi dengan membawa pahala yang banyak - karena banyak pula amalannya. Mereka itu bersembahyang sebagaimana kita juga bersembahyang, mereka berpuasa sebagaimana kita juga berpuasa, tambahan lagi mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta-harta mereka. Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bukankah Allah telah menjadikan untukmu semua sesuatu yang dapat engkau semua gunakansebagai sedekah. Sesungguhnya datam setiap tasbih adalah merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, memerintahkan kebaikan juga sedekah, melarang kemungkaran itupun sedekah pula dan bahkan dalam bersetubuhnya seseorang dari engkau semua itupun sedekah."
Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah apakah seseorang dari kita yang mendatangi syahwatnya itu juga memperoleh pahala?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Adakah engkau semua mengerti, bagaimana jikalau syahwat itu diletakkannya dalam sesuatu yang haram, adakah orang itu memperoleh dosa? Maka demikian itu pulalah jikalau ia meletakkan syahwatnya itu dalam hal yang dihalalkan, iapun memperoleh pahala." (Riwayat Muslim)
Yang menghadap Nabi s.a.w. ini adalah dari golongan kaum Muhajirin (orang-orangyangsama berpindah mengikuti Nabi s.a.w. dari Makkah ke Madinah) yang fakir-fakir. Jadi pokoknya mereka mengadu karena merasa kurang pahalanya kalau dibanding dengan orang-orang yang kaya-kaya itu, sebab merasa tidak dapat bersedekah karena miskinnya.

Dari Abu Zar lagi, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepadaku: "Janganlah engkau menghinakan sesuatu kebaikan sedikitpun, sekalipun hanya dengan jalan engkau menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Setiap ruas tulang dari para manusia itu harus memberikan sedekah setiap harinya yang di situ terbitlah matahari. Berlaku adil antara dua orang itupun sedekah, ucapan yang baik itupun sedekah, dengan setiap langkah yang dijalaninya untuk pergi shalat juga sedekah, melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan itu juga sedekah." (Muttafaq 'alaih).

Imam Muslim meriwayatkan juga dari riwayat Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bahwasanya setiap manusia dari Bani Adam itu dijadikan atas tigaratus enampuluh ruas tulang. Maka barangsiapa yang bertakbir kepada Allah, bertahmid kepada Allah, bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, mohon pengampunan kepada Allah, suka melemparkan batu dari jalan para manusia, ataupun duri ataupun tulang dari jalan orang banyak, atau memerintahkan kebaikan atau melarang kemungkaran, sebanyak tigaratus enampuluh kali banyaknya, maka sesungguhnya orang itu bersore-sore pada hari itu dan ia telah menjauhkan dirinya dari neraka."
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w.,sabdanya:"Barangsiapa yang pergi ke masjid pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan untuknyasebuah jaminan - nuzul - dalam syurga setiap ia pergi, pagi atau sore hari itu." (Muttafaq 'alaih).

Nuzul, maksudnya jaminan yang berupa makanan atau rezeki dan apa saja yang dapat disediakan untuk tamu.

Dari Abu Hurairah r.a. katanya:  Rasulullah s.a.w. bersabda:"Hai kaum muslimat - wanita Islam, janganlah seseorang tetangga itu menghinakan tetangganya,sekalipun yang diberikan oleh tetangganya itu hanya berupa kaki kambing." (Muttafaq 'alaih).

Hadis ini mengandung dua macam pengertian yaitu:
Pertama: Orang yang diberi jangan sekali-kali menghinakan tetangganya   yang   memberikan   sesuatu   kepadanya,   sekalipun berupa kaki kambing. Jadi yang diberi hendaknya bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada pemberinya, meskipun apa yang diberikan itu baginya tidak berarti.
Sebabnya orang yang diberi itu dilarang menghinakan pemberian orang lain, sekalipun sedikit nilainya, karena pada umumnya orang yang enggan berterima kasih pada pemberian sedikit, ia enggan pula berterima kasih pada pemberian yang banyak.Dalam sebuah Hadis lain di sebutkan:"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang enggan bersyukur kepada sesama manusia."

Kedua: Dapat pula diberi penafsiran bahwa orang yang memberi itu jangan sekali-kali menghinakan kecilnya pahala yang akan diperolehnya dengan jalan memberikan sedekah atau hadiah yang disampaikan kepada tetangganya, meskipun hanya berupa kaki kambing. Ini sebagai sindiran karena yang diberikan itu amat sedikitnya, kurang berharga atau tidak berarti.
Jadi memberi itu sekalipun sedikit adalah lebih baik daripada tidak memberi samasekali. Dalam persoalan pahalanya.
Kedua pendapat di atas itu sama-sama dapat dipakainya, yakni baik bagi pemberi atau yang diberi. Yang memberi jangan menghina kecilnya pahala, sebab yang disedekahkan atau dihadiahkan hanya sedikit sekali, sedang yang diberipun jangan menghina orang yang memberi, sebab sedekah atau hadiah yang disampaikan kepadanya itu hanya sedikit dan kurang berharga, yaitu kaki kambing atau lain-lain yang sifatnya tidak bernilai tinggi atau tidak mahal harganya.

Dari   Abu   Hurairah   r.a.   lagi   bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan di suatu jalan, ia sangat merasa haus, lalu menemukan sebuah sumur, kemudian turun di dalamnya terus minum. Setelah itu iapun keluarlah. Tiba-tiba ada seekor anjing mengulur-ulurkan lidahnya sambil makan tanah karena hausnya, Orang itu berkata - dalam hati; "Niscayalah anjing ini telah sampai pada kehausan sebagaimana yang telah sampai padaku tadi." lapun turun lagi ke dalam sumur lalu memenuhi sepatu khufnya dengan air, kemudian memegang sepatu itu pada mulutnya, sehingga ia keluar dari sumur tadi, terus memberi minum pada anjing tersebut. Allah berterima kasih pada orang tadi dan memberikan pengampunan padanya."
Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah sebenarnya kita juga memperoleh pahala dengan sebab memberi - makan minum - pada golongan binatang?" Beliau s.a.w. menjawab:"Dalam setiap hati yang basah - maksudnya setiap sesuatu yang hidup yang diberi makan minum - ada pahalanya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat dari Imam Bukhari disebutkan demikian: "Allah lalu berterima kasih pada orang tersebut, kemudian memberikan pengampunan padanya, lalu  memasukkannya ke dalam syurga."
Dalam riwayat lain dari Bukhari dan Muslim disebutkan pula: "Pada suatu ketika ada seekor anjing berputar-putar di sekitar sebuah sumur, hampir saja ia terbunuh oleh kehausan,tiba-tiba ada seseorang pezina - perempuan - dari golongan kaum pelacur Bani Israil melihatnya. Wanita itu lalu melepaskan sepatunya kemudian mengambilkan air untuk anjing tadi dan meminumkan air itu padanya, maka dengan perbuatannya itu diampunilah wanita tersebut.
Hadis di atas mengandung suatu anjuran supaya kita semua berbuat baik terhadap segala macam binatang yang muhtaram atau yang dimuliakan. Yang dimaksudkan binatang muhtaram ialah binatang yang menurut agama Islam tidak boleh dibunuh.

Dari Abu Hurairah r.a. lagi dari Nabi s.a.w. sabdanya:"Niscayalah saya telah melihat seseorang yang bersuka-ria dalam syurga dengan sebab memotong sebuah pohon dari tengah jalanan yang pohon itu membuat kesusahan bagi kaum Muslimin." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan demikian: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan melalui sebuah cabang pohon yang melintang di tengah jalanan, kemudian ia berkata:"Demi Allah, niscayalah pohon ini hendak kulenyapkan dari jalanan kaum Muslimin supaya ia tidak membuat kesukaran pada mereka itu." Orang tersebut lalu dimasukkan dalam syurga.

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim pula disebutkan demikian: "Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan di jalanan. Ia menemukan cabang dari sebuah pohon berduri pada jalanan itu, kemudian cabang berduri itu disingkirkan olehnya. Allah lalu berterima kasih kepada orang tadi dan memberikan pengampunan kepadanya."

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang berwudhu' lalu memperbaguskan wudhu'nya kemudian mendatangi shalat Jum'at, lalu mendengarkan - khutbah serta berdiam diri - tidak bercakap-cakap sedikitpun, maka diampunilah untuk antara Jum'at itu dengan Jum'at yang berikutnya dan ditambah pula dengan tiga hari lagi. Barangsiapa yang memegang - mempermain-mainkan - batu kerikil - di waktu ada khutbah - maka ia telah berbuat kesalahan." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Jikalau seseorang hamba muslim ataupun mu'min berwudhu', kemudian ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu setiap kesalahan yang dilihat olehnya dengan menggunakan kedua matanya bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya itu semua kesalahan yang diambil - dilakukan - oleh kedua tangannya bersama dengan air atau bersama tetesan air yang terakhir. Kemudian apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang dijalani oleh kedua kakinya itu bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air yang terakhir, sehingga keluarlah orang tersebut dalam keadaan bersih dari semua dosa." (Riwayat Muslim)

Dari Jabir r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tiada seorang muslimpun yang menanam suatu tanaman, melainkan apa saja yang dapat dimakan dari hasil tanamannya itu, maka itu adalah sebagai sedekah baginya, dan apa saja yang tercuri daripadanya, itupun sebagai sedekah baginya. Dan tidak pula dikurangi oleh seseorang lain, melainkan itupun sebagai sedekah baginya." (Riwayat Muslim).

Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan: "Maka tidaklah seseorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia ataupun binatang, ataupun burung, kecuali semuanya itu adalah sebagai sedekah baginya sampai hari kiamat."

Dalam riwayat Imam Muslim yang lain lagi disebutkan: "Tidaklah seseorang muslim itu menanam sesuatu tanaman, tidak pula ia menanam sesuatu tumbuh-tumbuhan, kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh manusia, ataupun oleh binatang ataupun  oleh  apa  saja,  melainkan  itu  adalah  sebagai  sedekah baginya." Imam  Bukhari dan  Imam  Muslim meriwayatkan  Hadis-hadis semuanya itu dari riwayat Anas r.a.

136. Keduapuluh: Dari Jabir r.a. lagi, katanya: "Bani Salimah - salah satu kabilah kaum Anshar yang terkenal radhiallahu 'anhum - bermaksud hendak berpindah tempat di dekat masjid. Berita itu sampai kepada Rasulullah s.a.w., kemudian beliau s.a.w. bersabda kepada Bani Salimah itu: "Sesungguhnya saja telah sampai berita kepadaku bahwa engkau semua ingin berpindah ketempat di dekat masjid?" Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah, kita berkehendak sedemikian  itu."  Beliau  s.a.w.  bersabda lagi:  "Wahai  Bani Salimah,  tetaplah  di   rumah-rumahmu  itu  saja,  akan  dicatatlah langkah-langkahmu itu - pahala melangkahkan kaki dari rumah ke masjid itu past dicatat sebanyak yang dijalankan. Jadi tidak perlu berpindah ke dekat masjid. Tetaplah di rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah langkah-langkahmu itu." (Riwayat Muslim).

Dari Abdulmundzir yaitu Ubaybin Ka'ab r.a. katanya: "Ada seseorang yang saya tidak mengetahui ada orang lain yang rumahnya lebih jauh lagi daripada orang itu untuk pergi ke masjid. Orang tadi tidak pernah terluput oleh shalat - jamaah. Kemudian kepadanya itu ditanyakan, atau saya sendiri bertanya kepadanya:  Alangkah  baiknya jikalau engkau  membeli  seekor keledai yang dapat engkau naiki apabila malam gelap gulita ataupun di waktu siang yang panasnya amat terik." Orang itu menjawab: "Saya tidak senang sekiranya rumahku itu ada di dekat masjid. Sesungguhnya saya ingin sekali kalau perjalananku ke masjid itu dicatat- sebagai pahala, demikian juga pulangku jikalau saya pulang ketempatkeluargaku."Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Allah telah mengumpulkan untukmu semua yang kau kehendaki itu - yakni keinginanmu untuk memperoleh pahala banyak itu dikabulkan oleh Allah."

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu niscaya meridhai pada seseorang hamba, jikalau ia makan sesuatu makanan - pagi ataupun sore, kemudian mengucapkan puji-pujian kepada Allah atas makanan yang dimakannya itu, ataupun meminum sesuatu minuman, kemudian mengucapkan puji-pujian kepada Allah atas minuman yang diminumnya itu." (Riwayat Muslim).

Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Setiap orang Islam itu harus bersedekah." Abu Musa bertanya: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak menemukan sesuatu untuk disedekahkan?" Beliau menjawab: "Kalau tidak ada hendaklah ia bekerja dengan kedua tangannya, kemudian ia dapat memberikan kemanfaatan kepada dirinya sendiri, kemudian bersedekah." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memberikan pertolongan kepada orang yang menghajatkan bantuan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak dapat berbuat demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memerintah dengan kebaikan atau kebagusan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian." Beliau menjawab: "Hendaklah ia menahan diri dari berbuat kejahatan, maka yang sedemikian itupun sebagai sedekah yang diberikan olehnya." (Muttafaq 'alaih).

Yang dihitung di dunia ini bukanlah berapa lama hidup seseorang tapi apa yang diperbuat oleh seseorang ketika dia hidup, Buya Hamka mengatakan,"Sehari Harimau di hutan sama dengan setahun bagi seekor kijang". Bahkan dalam beramalpun seseorang tidak dituntut apakah amal itu dapat dia nikmati atau tidak, Rasulullah mengatakan;."Meskipun saat kiamat akan tiba dan di tangan seseorang diantara kamu ada bibit tanaman, kalau dia ada waktu dan sanggup sebelum kiamat datang maka tanamlah bibit itu, dengan demikian dia akan mendapatkan pahala" Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 28 Syawal 1434.H/04 September 2013].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar