Kamis, 28 November 2013

76.34 Berwasiat Kepada Kaum Wanita



RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]
                

Berwasiat Kepada Kaum Wanita
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

Sepanjang sejarah kehidupan manusia maka sepanjang itu pula perjalanan sejarah mencatat posisi manusia khususnya wanita, pada satu sisi dia diletakkan paling tinggi, dipuja-puja ibarat dewa, ada pula posisi wanita diletakkan pada tempat yang buruk, dipandang sebelah mata. Hal itu dilakukan oleh sesama manusia yang bernama lelaki, karena tidak adanya  pentunjuk yang benar untuk memposisikan wanita.

Siapapun yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita sebelum Islam maka ia temukan hanyalah sekumpulan fakta yang tidak menggembirakan. Ia akan terheran-heran menyaksikan kondisi kaum wanita yang sangat berbeda antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, bahkan antara satu suku dengan suku yang lain. Di suatu bangsa ia melihat kaum wanita menjadi penguasa tertinggi, sementara pada bangsa yang lain mereka manjadi makhluq yang terhina dan dianggap aib bahkan dikubur hidup-hidup.
Allah berfirman tentang ratu Saba’:“Sesungguhnya aku (burung hud-hud) mendapati seorang ratu yang menguasai mereka dan ia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar” (An-Naml: 23).
Sementara di belahan bumi lain, Allah menceritakan sisi yang berlawanan dari itu:“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh.” (At-Takwir: 8-9).

Itulah kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang yang terhina dalam keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. Hari kelahirannya adalah hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama kemudian ia akan dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh ayahnya sendiri. Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu. Inilah gambaran umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para tukang sihir dan peramal.
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berkata: “bila engkau ingin melihat bagaimana kejahilan bangsa Arab terdahulu maka bacalah firman Allah Ta’ala:
“Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140)
Fahamlah kita bagaimana kejahiliyahan menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam pojok-pojok kegelapan peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu terdengarlah di penjuru dunia untuk pertama kalinya:”Dan para laki-laki beriman dan wanita yang beriman itu adalah wali (penolong) antara sebagian mereka kepada sebagaian yang lain.” (At-Taubah: 17).Lalu bergaunglah firmanNya:“Dan para wanita itu mempunyai hak dan keseimbangan dengan kewajiban mereka secara ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228).
Dengan demikian Islam telah meletakkan dasar dan pondasi yang begitu kokoh untuk membangun pribadi wanita yang baru berdasarkan wahyu dari Dzat yang telah menciptakannya. [Muhammad Ihsan Zainuddin, Selamatkanlah Kaum Wanita, www.alsofwah.or.id/khutbah].

Dizaman Islam, wanita diletakkan pada posisi mulia sama dengan lelaki, dia punya hak yang sama dengan lelaki untuk mencapai derajat keimanan tertinggi, diapun berhak untuk mengabdikan dirinya  dalam ibadah, menenggelamkan seluruh pengabdiannya untuk menjadi hamba yang shalehah berdampingan dengan lelaki  shaleh.
Wanita yang didunianya solehah akan menjadi cahaya bagi keluarganya, melahirkan keturunan yang baik dan jika wafat di akhirat akan menjadi bidadari. Hikam: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara faraz-nya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara faraz-nya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Rosulullah saw bersabda: "Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah." (HR. Muslim) .

Wanita solehah merupakan penentram batin, menjadi penguat semangat berjuang suami, semangat ibadah suami. Suami yakin tidak akan dikhianati, kalau ditatap benar-benar menyejukkan qolbu, kalau berbicara tutur katanya menentramkan batin, tidak ada keraguan terhadap sikapnya. Pada prinsipnya wanita solehah adalah wanita yang taat pada Allah, taat pada Rasul. Kecantikannya tidak menjadikan fitnah pada orang lain. Kalau wanita muda dari awal menjaga dirinya, selain dirinya akan terjaga, juga kehormatan dan kemuliaan akan terjaga pula, dan dirinya akan lebih dicintai Allah karena orang yang muda yang taat lebih dicintai Allah daripada orang tua yang taat. Dan, Insyaallah nanti oleh Allah akan diberi pendamping yang baik. Agar wanita solehah selalu konsisten yaitu dengan istiqomah menimba ilmu dari alam dan lingkungan di sekitarnya dan mengamalkan ilmu yang ada. Wanita yang solehah juga dapat berbakti terhadap suami dan bangsanya dan wanita yang solehah selalu belajar. Tiada hari tanpa belajar. [Wanita Solehah, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) "Telaga Rasul" Ramadhan RCTI 04.00 WIB-04.30 WIB].

Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 34 dengan judul “Berwasiat Kepada Kaum Wanita”

Allah Ta'ala berfirman:"Dan pergaulilah kaum wanita itu dengan baik-baik." (an-Nisa': 19).

Allah Ta'ala berfirman lagi:"Dan engkau semua tidak akan dapat berbuat seadil-adilnya terhadap kaum wanita itu, sekalipun engkau semua sangat menginginkan berbuat sedemikian itu. Oleh sebab itu,janganlah engkau semua miring kepada yang satu dengan cara yang keterlaluan sehingga engkau semua biarkan ia sebagai tergantung. jikalau engkau berbuat kebaikan dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (an-Nisa': 129).

Dalam syariat Islam seorang lelaki dibolehkan berpoligami atau kawin lebih dari satu dan dibatasi sebanyak-banyaknya empat isteri. Tetapi diberi syarat mutlak bagisuami itu hendaklah ia dapat berlaku adil. Maksudnya, jika kawin dua orang masih dapat berlaku adil, hukumnya tetap boleh, tetapi jika dua orang saja sudah tidak dapat adil, maka wajib hanya seorang saja. Sekiranya beristeri dua dapat adil, tetapi jika sampai tiga, lalu tidak adil, maka haramlah bagi suami itu mengawini tiga isteri. Jadi yang dibolehkan hanya dua belaka. Seterusnya jika tiga orang dapat berbuat adil, tetapi kalau empat, lalu menjadi tidak adil, maka haram pula beristeri sampai empat itu. Jadi wajib hanya tiga isteri saja yang boleh drkawini. Ringkasnya keadilan itu memegang peranan utama untuk halal atau haramnya lelaki kawin lebih dari satu. Ini sesuai dengan petunjuk Allah yang difirmankan dalam al-Quran, yakni:"Maka bolehlah kamu mangawini wanita-wanita itu dua orang, tiga dan empat. Tetapi jika kamu khuatir tidak dapat berlaku adil, maka seorang wanita saja - yang dibolehkan." (an-Nisa': 3).

Keadilan yang dimaksudkan ialah mengenai hal-hal yang zahir, seperti bergilir untuk bermalam. Tetapi yang mengenai isi hati tentu tidak diwajibkan adanya keadilan itu seperti rasa cinta kepada yang seorang melebihi kepada yang lain. Ini sama halnya dengan wanita yang bersaudara banyak, misalnya: Mungkin kepada si Nuruddin ia lebih cinta dan lebih senang, sedang kepada si Hasbullah tidak demikian atau kurang kecintaannya dan kepada si Jalal malahan membenci padahal semuanya sesaudara. Jadi mengenai rasa cinta tidak diwajibkan adanya keadilan.

Demikian pula dalam hal persetubuhan, tidak pula diwajibkan adanya keadilan itu bagi suami terhadap para isterinya, sebab persoalan ini adalah sebagai hasil yang ditumbuhkan oleh rasa cinta tersebut.

Itulah yang dimaksudkan dalam Islam mengenai makna keadilan. Oleh sebab itu pula Allah berfirman sebagaimana di atas, yang tujuannya ialah bahwa kamu semua, hai manusia, itu tidak mungkin dapat berbuat keadilan yang seadil-adilnya terhadap para isteri itu, sekalipun kamu ingin berbuat demikian.

Bahkan Rasulullah s.a.w. sendiri pernah bersabda:"Ya Allah, inilah daya-upayaku yang dapat kumiliki (yakni dalam berlaku adil terhadap para isteri), saya tidak kuat memiliki sebagaimana yang Engkau miliki dan hal itu memang tidak saya miliki (atau saya tidak dapat melaksanakannya).".

Namun demikian, sekalipun kita tidak dapat berlaku seadil-adilnya terhadap para isteri, kitapun diperingatkan oleh Allah Ta'ala dengan firmanNya:"Jangan kamu miring atau terlampau condong kepada yang seorang dengan cara yang kesangatan, sehingga engkau biarkan ia sebagai wanita yang tergantung." (an-Nisa': 129).
Maksudnya sekalipun rasa cinta dan persetubuhan itu tidak merupakan kewajiban untuk dibagi secara adil, tetapi juga jangan terlampau sangat melebihkan kepada yang seorang sampai-sampai yang lainnya tidak dikasihi samasekali, meskipun dalam bergiliran tidur tetap dilaksanakan. Sebabnya ialah kalau ini dikerjakan, maka sama halnya dengan membiarkan isteri itu seperti barang yang tergantung, artinya kalau dikatakan tidak bersuami atau janda, kenyataannya ada suaminya, tetapi kalau dikatakan ada suaminya, kenyataannya suaminya tidak ada rasa cintanya sedikitpun pada wanita itu dan tidak pernah diberi bagian untuk bersenang-senang dalam seketiduran. Demikianlah peringatan Allah kepada kita kaum Muslimin.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Berwasiatlah engkau semua kepada kaum wanita dengan yang baik-baik, sebab sesungguhnya wanita itu dibuat dari tulang rusuk dan sesungguhnya selengkung-lengkungnya tulang rusuk ialah bagian yang teratas sekali. Maka jikalau engkau mencoba meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya dan jikalau engkau biarkan saja, maka ia akan tetap lengkung selama-lamanya. Oleh sebab itu, maka berwasiatlah yang baik-baik kepada kaum wanita itu." (Muttafaq 'alaih).

Dalam riwayat kedua kitab Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan demikian: Nabi s.a.w. bersabda:"Wanita itu adalah sebagai tulang rusuk, jikalau engkau luruskan, maka engkau akan mematahkannya, dan jikalau engkau bersenang-senang dengannya, engkaupun dapat pula bersenang-senang dengannya tetapi di dalam wanita itu tentu ada kelengkungannya."

Dalam riwayat Muslim disebutkan:Nabi s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya wanita itu dibuat dari tulang rusuk yang tidak akan melurus pada suatu jalan selama-lamanya untukmu. Maka jikalau engkau bersenang-senang dengannya, dapat pula engkau bersenang-senang dengannya, tetapi di dalam wanita itu ada kelengkungannya dan jikalau engkau luruskan ia, maka engkau akan mematahkannya dan patahnya itu ialah menceraikannya."

Dari Abdullah bin Zam'ah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. berkhutbah dan menyebutkan perihal unta - mu'jizat Nabi Shalih a.s. - serta orang yang menyembelihnya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda, membacakan firman Allah - yang artinya: "Ketika bangkit dengan cepat - untuk melakukan kejahatan membunuh unta itu - orang yang tercelaka di kalangan mereka - kaum Tsamud." (as-Syams: 12).
Untuk menyembelih itu bangkitlah dengan cepatnya seorang lelaki yang perkasa, jahat perangainya serta perusak, pula memiliki kekuasaan di kalangan kelompoknya.
Selanjutnya beliau s.a.w. menyebutkan perihal kaum wanita, lalu memberikan nasihat dalam persoalan wanita itu, kemudian bersabda:"Ada seseorang dari engkau semua bersengaja benar - hendak menyakiti isterinya - lalu menjalad - memukul - isterinya itu sebagai menjalad seseorang hambasahaya, tetapi barangkali pada akhir harinya ia menyetubuhinya."
Seterusnya beliau s.a.w. menasihati orang-orang itu dalam hal ketawa mereka dari kentut, lalu bersabda: "Mengapa seseorang dari engkau semua itu ketawa dari apa yang dilakukan itu?" maksudnya: "Bukankah ketawa dari sebab kentut itu menyalahi keperwiraan diri." (Muttafaq 'alaih).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Janganlah seseorang mu'min lelaki itu membenci seseorang mu'min perempuan, sebab jikalau ia tidak senang dari wanita itu tentang suatu budipekertinya, tentunya ia akan merasa senang dari budipekertinya yang lain, atau dari budipekerti yang selain dibencinya itu." (Riwayat Muslim).

Dari 'Amr al-Ahwash al-Jusyami r.a. bahwasanya ia men-dengar Nabi s.a.w. dalam haji wada' bersabda, setelah bertahmid serta memuji kepada Allah, memberikan peringatan dan nasihat, demikian sabda beliau, selanjutnya:

"Ingatlah. Dan berwasiatlah engkau semua kepada kaum wanita dengan yang baik-baik, sebab hanyasanya mereka itu adalah sebagai tawanan di sisimu semua. Engkau semua tidak memiliki sesuatu apapun dari mereka itu selain yangtersebut tadi, melainkan jikalau mereka mendatangi perbuatan buruk yang nyata - sepertt tidak mentaati suaminya atau buruk cara bergaulnya. Jikalau kaum wanita itu berbuat demikian, maka tinggalkanlah mereka dalam seketiduran dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti. Tetapi jikalau mereka telah kembali taat padamu semua, maka janganlah mencari-cari jalan untuk menyakiti mereka itu.
Ingatlah, bahwasanya bagimu atas isteri-isterimu semua itu ada haknya, sebaliknya bagi isteri-isterimu atasmu semua itupun ada haknya. Hakmu yang wajib mereka penuhi ialah jangan sampai mereka memberikan tempat hamparanmu kepada orang yang engkau tidak senangi -maksudnya: jangan sampai wanita-wanita itu duduk menyendiri dengan kaum lelaki lain, jangan pula memberi izin masuk ke rumahmu kepada orang yang tidak engkau semua senangi. Ingatlah, tentang hak mereka yang wajib engkau semua penuhi ialah supaya engkau semua berbuat baik kepada mereka dalam hal pakaian serta makanan mereka."

Dari Mu'awiyah bin Haidah r.a., katanya: "Saya bertanya: "Ya Rasulullah, apakah haknya isteri seseorang suami dari kita itu atas suaminya?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau memberi isteri makan, jikalau engkau makan, engkau memberi pakaian ia jikalau engkau berpakaian, jangan memukul wajahnya, jangan mengolok-oloknya, juga jangan meninggalkan ia - ketika tidak taat pada suaminya, kecuali dalam rumah saja - yakni dalam seketiduran."

 Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesempurna-sempurnanya kaum mu'minin perihal keimanannya ialah yang terbaik budipekertinya di antara mereka itu dan yang terbaik di antara kaum mu'minin itu ialah yang terbaik sifatnya terhadap kaum wanitanya."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Dari lyas bin Abdullah bin Abu Dzubab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua memukul hamba-hamba Allah yang perempuan - maksudnya suami jangan memukul isterinya." Umar r.a. lalu datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Para isteri itu berani menentang pada suami-suaminya." Oleh sebab itu beliau s.a.w. memberikan kelonggaran untuk memukul mereka - yang tidak keras sampai menyakitkan. Selanjutnya beberapa kaum wanita sama berkeliling mendatangi keluarga Rasulullah untuk mengadukan  para suaminya -  karena ada  beberapa  isteri yang dipukul   suaminya. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Benar-benar telah berkeliling beberapa kaum wanita mendatangi keluarga Muhammad untuk mengadukan perihal suami-isterinya. Maka bukannya suami-suami yang sedemikian itu yang termasuk orang-orang pilihan di antara engkau semua - kaum mu'minin."Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

Nabi Muhammad Saw bersabda, ” Wanita adalah tiang negara, bila ia baik maka baiklah negara dan bila ia rusak maka rusaklah negara”. Dan sejarah kehidupan bangsa-bangsa memperlihatkan kebenaran sabda Nabi Muhammad Saw ini. Selain itu beliaupun menyatakan  dengan sabdanya, ”Syurga itu berada di bawah telapak kaki kaum wanita”.
           
            Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Nabi Allah, apakah sebabnya hanya laki-laki yang banyak disebut dalam Al Qur'an, sedang wanita tidak disebut". Sesudah pertanyaan tersebut karena hanya merasa laki-laki saja yang disebut berjihad, berperan dan beramal luas, maka Rasulullah Saw membacakan firman Allah pada surat Al Ahzab 33;35 ''Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar'' Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 04 Zulqaidah 1434.H/09 September 2013].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar