RIYADUSH
SHALIHIN
[DITAMAN
ORANG-ORANG SHALIH]
Berwasiat Kepada Kaum Wanita
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Sepanjang sejarah kehidupan manusia maka sepanjang itu
pula perjalanan sejarah mencatat posisi manusia khususnya wanita, pada satu
sisi dia diletakkan paling tinggi, dipuja-puja ibarat dewa, ada pula posisi
wanita diletakkan pada tempat yang buruk, dipandang sebelah mata. Hal itu
dilakukan oleh sesama manusia yang bernama lelaki, karena tidak adanya pentunjuk yang benar untuk memposisikan
wanita.
Siapapun
yang mencoba mempelajari kondisi kaum wanita sebelum Islam maka ia temukan
hanyalah sekumpulan fakta yang tidak menggembirakan. Ia akan terheran-heran
menyaksikan kondisi kaum wanita yang sangat berbeda antara suatu bangsa dengan
bangsa yang lain, bahkan antara satu suku dengan suku yang lain. Di suatu
bangsa ia melihat kaum wanita menjadi penguasa tertinggi, sementara pada bangsa
yang lain mereka manjadi makhluq yang terhina dan dianggap aib bahkan dikubur
hidup-hidup.
Allah
berfirman tentang ratu Saba’:“Sesungguhnya aku (burung hud-hud) mendapati
seorang ratu yang menguasai mereka dan ia dianugrahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar” (An-Naml: 23).
Sementara
di belahan bumi lain, Allah menceritakan sisi yang berlawanan dari itu:“Dan
apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah ia dibunuh.” (At-Takwir: 8-9).
Itulah
kondisi kaum wanita di masa jahiliyah; ibarat barang yang terhina dalam
keluarga dan masyarakat, diperbudak oleh kaum pria. Hari kelahirannya adalah
hari di mana semua wajah menjadi kecewa, dan tidak lama kemudian ia akan
dikubur hidup-hidup dalam kubangan tanah yang digali oleh ayahnya sendiri.
Inilah akibat dari jauhnya akal masyarakat dari cahaya wahyu. Inilah gambaran
umat yang dilahirkan oleh berhalaisme dan dididik oleh para tukang sihir dan
peramal.
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berkata: “bila engkau ingin melihat bagaimana kejahilan bangsa Arab terdahulu maka bacalah firman Allah Ta’ala:
“Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140)
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu berkata: “bila engkau ingin melihat bagaimana kejahilan bangsa Arab terdahulu maka bacalah firman Allah Ta’ala:
“Sungguh merugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa ilmu.” (Al-An’am: 140)
Fahamlah
kita bagaimana kejahiliyahan menenggelamkan masyarakat Arab saat itu ke dalam
pojok-pojok kegelapan peradaban, hingga akhirnya terbitlah fajar Islam lalu
terdengarlah di penjuru dunia untuk pertama kalinya:”Dan para laki-laki beriman
dan wanita yang beriman itu adalah wali (penolong) antara sebagian mereka
kepada sebagaian yang lain.” (At-Taubah: 17).Lalu bergaunglah firmanNya:“Dan
para wanita itu mempunyai hak dan keseimbangan dengan kewajiban mereka secara
ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228).
Dengan
demikian Islam telah meletakkan dasar dan pondasi yang begitu kokoh untuk
membangun pribadi wanita yang baru berdasarkan wahyu dari Dzat yang telah
menciptakannya. [Muhammad Ihsan Zainuddin, Selamatkanlah Kaum Wanita, www.alsofwah.or.id/khutbah].
Dizaman
Islam, wanita diletakkan pada posisi mulia sama dengan lelaki, dia punya hak
yang sama dengan lelaki untuk mencapai derajat keimanan tertinggi, diapun
berhak untuk mengabdikan dirinya dalam
ibadah, menenggelamkan seluruh pengabdiannya untuk menjadi hamba yang shalehah
berdampingan dengan lelaki shaleh.
Wanita
yang didunianya solehah akan menjadi cahaya bagi keluarganya, melahirkan
keturunan yang baik dan jika wafat di akhirat akan menjadi bidadari. Hikam:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara faraz-nya. Yang demikian itu lebih suci bagi
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah
kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara faraz-nya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang
biasa nampak daripadanya. Rosulullah saw bersabda: "Dunia ini adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah." (HR.
Muslim) .
Wanita
solehah merupakan penentram batin, menjadi penguat semangat berjuang suami,
semangat ibadah suami. Suami yakin tidak akan dikhianati, kalau ditatap
benar-benar menyejukkan qolbu, kalau berbicara tutur katanya menentramkan
batin, tidak ada keraguan terhadap sikapnya. Pada prinsipnya wanita solehah
adalah wanita yang taat pada Allah, taat pada Rasul. Kecantikannya tidak
menjadikan fitnah pada orang lain. Kalau wanita muda dari awal menjaga dirinya,
selain dirinya akan terjaga, juga kehormatan dan kemuliaan akan terjaga pula,
dan dirinya akan lebih dicintai Allah karena orang yang muda yang taat lebih
dicintai Allah daripada orang tua yang taat. Dan, Insyaallah nanti oleh Allah
akan diberi pendamping yang baik. Agar wanita solehah selalu konsisten yaitu
dengan istiqomah menimba ilmu dari alam dan lingkungan di sekitarnya dan
mengamalkan ilmu yang ada. Wanita yang solehah juga dapat berbakti terhadap
suami dan bangsanya dan wanita yang solehah selalu belajar. Tiada hari tanpa
belajar. [Wanita Solehah, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) "Telaga Rasul"
Ramadhan RCTI 04.00 WIB-04.30 WIB].
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 34
dengan judul “Berwasiat Kepada Kaum
Wanita”
Allah Ta'ala
berfirman:"Dan pergaulilah kaum
wanita itu dengan baik-baik." (an-Nisa': 19).
Allah Ta'ala berfirman
lagi:"Dan engkau semua tidak akan
dapat berbuat seadil-adilnya terhadap kaum wanita itu, sekalipun engkau semua
sangat menginginkan berbuat sedemikian itu. Oleh sebab itu,janganlah engkau
semua miring kepada yang satu dengan cara yang keterlaluan sehingga engkau semua
biarkan ia sebagai tergantung. jikalau
engkau berbuat kebaikan dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Penyayang." (an-Nisa': 129).
Dalam syariat Islam
seorang lelaki dibolehkan berpoligami atau kawin lebih dari satu dan dibatasi
sebanyak-banyaknya empat isteri. Tetapi diberi syarat mutlak bagisuami itu
hendaklah ia dapat berlaku adil. Maksudnya, jika kawin dua orang masih dapat
berlaku adil, hukumnya tetap boleh, tetapi jika dua orang saja sudah tidak
dapat adil, maka wajib hanya seorang saja. Sekiranya beristeri dua dapat adil,
tetapi jika sampai tiga, lalu tidak adil, maka haramlah bagi suami itu
mengawini tiga isteri. Jadi yang dibolehkan hanya dua belaka. Seterusnya jika
tiga orang dapat berbuat adil, tetapi kalau empat, lalu menjadi tidak adil, maka haram pula beristeri sampai
empat itu. Jadi wajib hanya tiga isteri saja yang boleh drkawini. Ringkasnya
keadilan itu memegang peranan utama untuk halal atau haramnya lelaki kawin
lebih dari satu. Ini sesuai dengan petunjuk Allah yang difirmankan dalam
al-Quran, yakni:"Maka bolehlah
kamu mangawini wanita-wanita itu
dua orang, tiga dan empat. Tetapi jika kamu khuatir tidak dapat berlaku adil,
maka seorang wanita saja - yang dibolehkan." (an-Nisa': 3).
Keadilan yang dimaksudkan
ialah mengenai hal-hal yang zahir, seperti bergilir untuk bermalam. Tetapi yang
mengenai isi hati tentu tidak diwajibkan adanya keadilan itu seperti rasa cinta
kepada yang seorang melebihi kepada yang lain. Ini sama halnya dengan wanita
yang bersaudara banyak, misalnya: Mungkin kepada si Nuruddin ia lebih cinta dan
lebih senang, sedang kepada si Hasbullah tidak demikian atau kurang
kecintaannya dan kepada si Jalal malahan membenci padahal semuanya sesaudara.
Jadi mengenai rasa cinta tidak diwajibkan adanya keadilan.
Demikian pula dalam hal
persetubuhan, tidak pula diwajibkan adanya keadilan itu bagi suami terhadap
para isterinya, sebab persoalan ini adalah sebagai hasil yang ditumbuhkan oleh
rasa cinta tersebut.
Itulah yang dimaksudkan
dalam Islam mengenai makna keadilan. Oleh sebab itu pula Allah berfirman
sebagaimana di atas, yang tujuannya ialah bahwa kamu semua, hai manusia, itu
tidak mungkin dapat berbuat keadilan yang seadil-adilnya terhadap para isteri
itu, sekalipun kamu ingin berbuat demikian.
Bahkan Rasulullah s.a.w.
sendiri pernah bersabda:"Ya Allah, inilah daya-upayaku yang dapat kumiliki
(yakni dalam berlaku adil terhadap para isteri), saya tidak kuat memiliki
sebagaimana yang Engkau miliki dan hal itu memang tidak saya miliki (atau saya
tidak dapat melaksanakannya).".
Namun demikian,
sekalipun kita tidak dapat berlaku seadil-adilnya terhadap para isteri, kitapun
diperingatkan oleh Allah Ta'ala dengan firmanNya:"Jangan kamu miring atau terlampau condong kepada yang seorang
dengan cara yang kesangatan, sehingga engkau biarkan ia sebagai wanita yang
tergantung." (an-Nisa': 129).
Maksudnya sekalipun rasa
cinta dan persetubuhan itu tidak merupakan kewajiban untuk dibagi secara adil,
tetapi juga jangan terlampau sangat melebihkan kepada yang seorang
sampai-sampai yang lainnya tidak dikasihi samasekali, meskipun dalam bergiliran
tidur tetap dilaksanakan. Sebabnya ialah kalau ini dikerjakan, maka sama halnya
dengan membiarkan isteri itu seperti barang yang tergantung, artinya kalau
dikatakan tidak bersuami atau janda, kenyataannya ada suaminya, tetapi kalau
dikatakan ada suaminya, kenyataannya suaminya tidak ada rasa cintanya
sedikitpun pada wanita itu dan tidak pernah diberi bagian untuk
bersenang-senang dalam seketiduran. Demikianlah peringatan Allah kepada kita
kaum Muslimin.
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Berwasiatlah engkau semua
kepada kaum wanita dengan yang baik-baik, sebab sesungguhnya wanita itu dibuat
dari tulang rusuk dan sesungguhnya selengkung-lengkungnya tulang rusuk ialah
bagian yang teratas sekali. Maka jikalau engkau mencoba meluruskannya, maka
engkau akan mematahkannya dan jikalau engkau biarkan saja, maka ia akan tetap
lengkung selama-lamanya. Oleh sebab itu, maka berwasiatlah yang baik-baik kepada
kaum wanita itu." (Muttafaq 'alaih).
Dalam riwayat kedua
kitab Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan demikian: Nabi s.a.w. bersabda:"Wanita
itu adalah sebagai tulang rusuk, jikalau engkau luruskan, maka engkau akan
mematahkannya, dan jikalau engkau bersenang-senang dengannya, engkaupun dapat
pula bersenang-senang dengannya tetapi di dalam wanita itu tentu ada
kelengkungannya."
Dalam riwayat Muslim
disebutkan:Nabi s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya wanita itu dibuat dari
tulang rusuk yang tidak akan melurus pada suatu jalan selama-lamanya untukmu.
Maka jikalau engkau bersenang-senang dengannya, dapat pula engkau
bersenang-senang dengannya, tetapi di dalam wanita itu ada kelengkungannya dan
jikalau engkau luruskan ia, maka engkau akan mematahkannya dan patahnya itu
ialah menceraikannya."
Dari Abdullah bin Zam'ah
r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. berkhutbah dan menyebutkan perihal
unta - mu'jizat Nabi Shalih a.s. - serta orang yang menyembelihnya, kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda, membacakan firman Allah - yang artinya: "Ketika bangkit dengan cepat - untuk melakukan
kejahatan membunuh unta itu - orang yang tercelaka di kalangan mereka - kaum
Tsamud." (as-Syams: 12).
Untuk menyembelih itu
bangkitlah dengan cepatnya seorang lelaki yang perkasa, jahat perangainya serta
perusak, pula memiliki kekuasaan di kalangan kelompoknya.
Selanjutnya beliau
s.a.w. menyebutkan perihal kaum wanita, lalu memberikan nasihat dalam persoalan
wanita itu, kemudian bersabda:"Ada seseorang dari engkau semua bersengaja
benar - hendak menyakiti isterinya - lalu menjalad - memukul - isterinya itu
sebagai menjalad seseorang hambasahaya, tetapi barangkali pada akhir harinya ia
menyetubuhinya."
Seterusnya beliau s.a.w.
menasihati orang-orang itu dalam hal ketawa mereka dari kentut, lalu bersabda:
"Mengapa seseorang dari engkau semua itu ketawa dari apa yang dilakukan
itu?" maksudnya: "Bukankah ketawa dari sebab kentut itu menyalahi
keperwiraan diri." (Muttafaq 'alaih).
Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Janganlah seseorang mu'min
lelaki itu membenci seseorang mu'min perempuan, sebab jikalau ia tidak senang
dari wanita itu tentang suatu budipekertinya, tentunya ia akan merasa senang
dari budipekertinya yang lain, atau dari budipekerti yang selain dibencinya
itu." (Riwayat Muslim).
Dari 'Amr al-Ahwash
al-Jusyami r.a. bahwasanya ia men-dengar Nabi s.a.w. dalam haji wada' bersabda,
setelah bertahmid serta memuji kepada Allah, memberikan peringatan dan nasihat,
demikian sabda beliau, selanjutnya:
"Ingatlah. Dan
berwasiatlah engkau semua kepada kaum wanita dengan yang baik-baik, sebab
hanyasanya mereka itu adalah sebagai tawanan di sisimu semua. Engkau semua
tidak memiliki sesuatu apapun dari mereka itu selain yangtersebut tadi,
melainkan jikalau mereka mendatangi perbuatan buruk yang nyata - sepertt tidak
mentaati suaminya atau buruk cara bergaulnya. Jikalau kaum wanita itu berbuat
demikian, maka tinggalkanlah mereka dalam seketiduran dan pukullah mereka
dengan pukulan yang tidak menyakiti. Tetapi jikalau mereka telah kembali taat
padamu semua, maka janganlah mencari-cari jalan untuk menyakiti mereka itu.
Ingatlah, bahwasanya
bagimu atas isteri-isterimu semua itu ada haknya, sebaliknya bagi
isteri-isterimu atasmu semua itupun ada haknya. Hakmu yang wajib mereka penuhi
ialah jangan sampai mereka memberikan tempat hamparanmu kepada orang yang
engkau tidak senangi -maksudnya: jangan sampai wanita-wanita itu duduk
menyendiri dengan kaum lelaki lain, jangan pula memberi izin masuk ke rumahmu
kepada orang yang tidak engkau semua senangi. Ingatlah, tentang hak mereka yang
wajib engkau semua penuhi ialah supaya engkau semua berbuat baik kepada mereka
dalam hal pakaian serta makanan mereka."
Dari Mu'awiyah bin
Haidah r.a., katanya: "Saya bertanya: "Ya Rasulullah, apakah haknya
isteri seseorang suami dari kita itu atas suaminya?" Beliau s.a.w.
menjawab: "Yaitu hendaklah engkau memberi isteri makan, jikalau engkau
makan, engkau memberi pakaian ia jikalau engkau berpakaian, jangan memukul
wajahnya, jangan mengolok-oloknya, juga jangan meninggalkan ia - ketika tidak
taat pada suaminya, kecuali dalam rumah saja - yakni dalam seketiduran."
Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesempurna-sempurnanya kaum mu'minin
perihal keimanannya ialah yang terbaik budipekertinya di antara mereka itu dan
yang terbaik di antara kaum mu'minin itu ialah yang terbaik sifatnya terhadap
kaum wanitanya."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan shahih.
Dari lyas bin Abdullah
bin Abu Dzubab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua
memukul hamba-hamba Allah yang perempuan - maksudnya suami jangan memukul
isterinya." Umar r.a. lalu datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu bersabda:
"Para isteri itu berani menentang pada suami-suaminya." Oleh sebab
itu beliau s.a.w. memberikan kelonggaran untuk memukul mereka - yang tidak
keras sampai menyakitkan. Selanjutnya beberapa kaum wanita sama berkeliling
mendatangi keluarga Rasulullah untuk mengadukan
para suaminya - karena ada beberapa
isteri yang dipukul suaminya. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Benar-benar telah berkeliling beberapa kaum wanita mendatangi keluarga
Muhammad untuk mengadukan perihal suami-isterinya. Maka bukannya suami-suami
yang sedemikian itu yang termasuk orang-orang pilihan di antara engkau semua -
kaum mu'minin."Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Nabi Muhammad Saw bersabda, ” Wanita adalah tiang negara, bila ia baik maka baiklah negara dan bila
ia rusak maka rusaklah negara”. Dan sejarah kehidupan bangsa-bangsa
memperlihatkan kebenaran sabda Nabi Muhammad Saw ini. Selain itu beliaupun
menyatakan dengan sabdanya, ”Syurga itu berada di bawah telapak kaki
kaum wanita”.
Ummu Salamah pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW, "Ya Nabi Allah, apakah sebabnya hanya laki-laki yang
banyak disebut dalam Al Qur'an, sedang wanita tidak disebut". Sesudah
pertanyaan tersebut karena hanya merasa laki-laki saja yang disebut berjihad,
berperan dan beramal luas, maka Rasulullah Saw membacakan firman Allah pada
surat Al Ahzab 33;35 ''Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar'' Wallahu A’lam, [Cubadak Pianggu Solok, 04 Zulqaidah 1434.H/09 September
2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar