PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
RUKUN
ISLAM
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ
اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ :
شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ
وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ
رَمَضَانَ.
[رواه الترمذي ومسلم ]
Terjemah hadits / ترجمة
الحديث :
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin
Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam
dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah
selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi
dan Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang
mantap.
Pernyataan tentang keesaan Allah dan
keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam,
merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya
secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar
dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan
keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan
munkar.
Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya
yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya
kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.
Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa
(Ramadhan) bagi setiap muslim.
Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain.
Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.
Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada
lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak
ditunjukkan dalam hadits.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “ Iman
itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “
Islam
adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian
juga tidak bermanfaat iman tanpa amal .
Pembahasan
Islam bukan sekedar agama yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah secar ritual saja tapi juga sebagai dien yang
mencakup seluruh aktivitas di dunia maupun di akherat. Diantara keimanan
seorang muslim terhadap Islam terangkum dalam rukun islam, sejak dari mengucapkan
dua kalimat shahadat, menegakkan shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan zakat dan
menunaikan ibadah haji. Namun keyakinan terhadap Islam bukan sebatas
mempercayakan dan menghafalkan rukun Islam saja, ada asfek-asfek lain yang
perlu diyakini.
Satu keyakinan yang masih tertanam dalam jiwa
seorang muslim, seawam-awamnya mereka terhadap islam adalah asfek keyakinan
yang tidak dapat mereka tolak bahkan siapa saja yang ingin melencengkannya akan
dihadapi dengan segala kekuatan yang ada yaitu;
Pertama,
seorang muslim walaupun mereka belum mampu mengujudkan nilai-nilai islam dalam
kehidupan sehari-hari apalagi untuk menda’wahkan adalah keyakinan bahwa islam
adalah agama yang diwahyukan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad dengan perantara Jibril tanpa bisa meeka
dipengaruhi walaupun mereka tidak mampu menunjukkan dalil-dalil baik naqli
maupun aqli, inilah keyakinan yang masih tertanam dalam jiwa setiap muslim,
sebagaimana Allah berfirman dalam surat Asy Syura 42;13 “Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa
yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah
agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi
orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik
kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.
Kedua, seorang muslim walaupun dia tidak pernah sekolah di perguruan
islam semisal Tsanawiyah, Aliyah, IAIN ataupun sebangsanya, masih mengakui dalam jiwa kecilnya bahwa
islam adalah agama yang haq yaitu agama yang benar, bebas dari polusi dan
campurtangan manusia didalamnya, sedangkan agama wahyu sebelum sepertinya
seperti Yahudi dan Nasrani tidak dapat dipertanggungjawabkan, apalagi agama
buatan manusia yang diawali oleh tradisi dan pengkultusan seseorang. Kita
mengakui dengan keyakinan yang mendalam bahwa segala bentuk isme dan agama yang
ada di dunia ini selain islam adalah
bathil, haram untuk dijadikan sebagai pegangan dalam hidup apalagi sebagai way
of live yang mengatur kehidupan
manusi,semisal Pancasila yang telah dijadikan sebagai berhala dan agama baru oleh penguasa di zaman orbala [orde baru
dan lama] [Sabili no.26/14 Juni 2000] “Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik
membenci”[Ash Shaf 61;9]
Ketiga, keyakinan yang masih melekat di hati setiap muslim
adalah bahwa islam merupakan agama yang lurus, mengajak ummatnya untuk
mengikuti jalan yang lurus tersebut tanpa terpengaruh oleh segala propaganda
dari isme-isme lain yang menyesatkan manusia; “Dia Telah memerintahkan agar
kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui." [Yusuf 12;40]
Keempat, keyakinan kita sebagai ummat islam tetap bahwa islam
adalah agama yang bersih dari segala bentuk kotoran yang dapat mencemari sebuah agama wahyu, dia dari
Allah, dia pulalah yang memeliharanya [39;3].
Agama islam ini bersih
dari syirik yaitu watak menserikatkan Allah dengan berbagai hal, baik dengan
bentuk isme-isme buatan manusia maupun segala sesuatu yang diberhalakan,
peneluk islam dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang pensuciannya melalui
kalimat tauhid yaitu “Laa Ilaha Illallah” artinya tidak ada Tuhan yang disembah
kecuali Allah. Orang yang menserikatkan
Allah tidak layak ada dalam naungan agama tauhid ini, sebab tiada manfaat dari
amal yang dilakukan di dunia ini,syirik adalah noda dan dosa yang besar sekali,
pelakunya layak berada dalam neraka sebagai balasannya [13;36].
Kelima, keyakinan seorang muslim terhadap dienul islam adalah bahwa
islam merupakan satu-satunya dien Allah yang otomatis menolak segala bentuk
dien yang datang setelah atau se belumnya,”Sesungguhnya agama yang diridhai
Allah adalah islam”[Ali Imran 3;19]
Berarti semua
bentuk isme dan dien lain selain islam adalah bathil dan sia-sia, alangkah
meruginya manusia bila salah memilih agama apa yang layak untuk dijadikan
sebagai pegangan hidup, tapi tidak sedikit pula manusia yang mengetahui
kebenaran islam namun enggan untuk mengakui kebenarannya karena beberapa
faktor. Untuk menganut apa saja memang
hak setiap manusia tapi kita
berkewajiban untuk mendakwahkan Islam ini ke tengah masyarakat sehingga mereka
merasakan bahwa Islam itu indah dan damai tidak sebagaimana yang non muslim
khawatirkan.
Pernah suatu hari Umar bin
Khaththab berhenti di depan sebuah gereja. Lalu ia minta agar
rahib yang ada dalam gereja tersebut keluar menemuinya. Begitu
bertemu, Umar memandang wajah sang rahib dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba
air mata menetes membasahi pelipis Umar. Sahabat yang menemani Umar bertanya,
apa gerangan yang terjadi pada Umar? Umar menjawab, “Ketika aku melihat wajah
rahib ini, aku teringat ayat ’aamilatun nasibah tashlaa naran hamiya.
Maksudnya, kasihan sang rahib ini, ia capek-capek di dunia, tetapi kelak ia
akan dibakar dalam neraka.” Perhatikan bagaimana Umar memandang non-muslim
dengan rasa penuh cinta dan kasih bukan dengan permusuhan.
Demikianlah sebenarnya ajaran
Islam. Jangankan memperlakukan manusia, kepada binatang pun Islam mengajarkan
agar kita selalu berbuat baik. Rasulullah saw. mengajarkan agar kita di saat menyembelih
binatang selalu mempertajam pisau supaya binatang sembelihan tersebut tidak
tersiksa.
Dalam hadits yang lain
diceritakan bahwa seorang wanita ahli ibadah dimasukkan ke dalam neraka karena
hanya mengikat seekor kucing sampai mati. Hadist lainnya menyebutkan bahwa
seorang laki-laki pendosa diampuni oleh Allah swt. dosa-dosanya karena
memberikan minum kepada seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya
kehausan.
Perhatikan,
betapa Islam benar-benar indah. Islam sangat menghargai kemanusiaan dan bahkan
mengajarkan kasih sayang kepada binatang.[DR. Amir Faishol Fath
, Islam
Itu Indah, dakwatuna.com 24/10/2007 | 13
Syawal 1428 H].
Makna syirtathal mustaqim yang
selama ini kita artikan sebagai jembatan yang halus seperti rambut dibelah
tujuh yang melintasi neraka, selamatlah orang yang mampu melintasinya untuk
masuk ke syurga. Tapi maknanya lebih jauh adalah keislaman seseorang yang masih
berada dalam jalan yang lurus yaitu jalan Islam ini.
Syirathal mustaqim itu adalah
orang yang mengikuti jalan islam lalu menolak jalan selain islam. Semua isme
apa saja yang tampil di dunia ini, maka sikap seorang muslim adalah barra’
yaitu mengingkarinya,memusuhi, membuat jarak dan menyingkirkannya. Di dunia ini
hanya ada dua yaitu jalan Allah dan jalan syaitan, kafir atau muslim, islam
atau selain islam.
Seorang
mukmin bila telah menyatakan wala’ yaitu hanya loyalitas dan patuh hanya kepada
Allah maka wajib untuk bara’ yaitu menolak, membenci, memusuhi, membatasi diri
dan menjauhkan segala tuhan selain Allah;“Dan
bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia,
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan
itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa.” [Al An’am 6;153]
1.
Mengucapkan Dua Kalimat Shahadat
Kalimat
syahadat bukan saja syarat seseorang masuk Islam tapi memiliki beberapa
kepentingan dalam kehidupan seorang mukmin, syahadat
merupakan pintu gerbang ke dalam Islam [47;19] sebelum seseorang menggali
lebih jauh inti sari ajaran Islam maka terlebih dahulu harus mempelajari
kandungan dan isi serta makna syahadat, ibarat sebuah rumah, sebelum masuk
kamarnya tentu masuk melalui pintu gerbangnya terlebih dahulu.
Syahadat
merupakan inti ajaran Islam [21;25], ayat Al
Qur’an dan Hadits Rasul yang jumlahnya sekian ribu, intinya hanya satu yaitu
mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah, bahkan seandainya Al Qur’an dan
Hadits tidak diturunkan Allah, maka cukuplah Kalimat Syahadat itu saja, sudah
mengajak kita ke jalan Allah yang sebenarnya.”Mereka menjawab: "Apakah kamu datang
kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang
bermain-main”
Syahadat
merupakan dasar perubahan dan dasar pembaharuan ummat, siapa saja yang mau hidupnya baik, maka harus kembali
mengamalkan kalimat tauhid ini [6:122] bila tidak dan bahkan mencari kalimat
lain tentu saja mereka akan sesat.
”Dan apakah orang
yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya
yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami
jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”
Syahadat
merupakan keutamaan yang agung, Allah
menggambarkan bagi orang yang mengamalkan kalimat syahadat seperti pohon yang
tegar, akarnya menghunjam ke bumi, daunnya menjulang ke langit dan setiap musim
memberikan buah kepada penduduk bumi, dan sebaliknya, orang yang tidak
mengamalkan kalimat syahadat seperti pohon yang sudah meranggas, akarnyapun
sudah tercerabut sehingga tidak ada manfaatnya [14;24-27].
Syahadat
merupakan hakekat da’wah para Rasul, semua Nabi dan Rasul hanya mengibarkan satu bendera yaitu “Laa Ilaaha
Illallah” mereka berkewajiban mengajak manusia untuk mengesakan Allah dan menjauhi
syirik [3;21, 16;37] ”Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka
dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang
yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong”.
2.
Mendirikan Shalat
Firman Allah
Subhannahu wa Ta'ala :“Dirikanlah shalat untuk mengingatku.” Dari ayat ini, kita diwajibkan oleh Allah untuk men-dirikan shalat dengan
tujuan mengingatNya. Karena dengan shalatlah kita coba mendekatkan diri dan
selalu mengingat Allah, dalam keseharian kita, dan inipun adalah kewajiban bagi
kita sebagai seorang muslim. Firman Allah dalam Al-Qur’an:“Tidakkah Aku jadikan
Jin dan Manusia kecuali untuk menyembahKu” (Adz-Dzariyat: 7).
Berdasarkan
ayat di atas, maka merupakan kewajiban kita untuk mengabdi dan menyembah hanya
kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala . Dengan menunaikan shalat lima waktu dalam
sehari semalam sebagai tanda pengabdian kita kepada Allah Al-Khalik.
Terkadang orang
yang tidak mengerjakan shalat itu bukan tidak tahu, bahwa shalat adalah tiang
agama.Bahkan mungkin orang itupun tahu shalat itu bisa mencegah dari kejahatan
dan kemungkaran. Firman Allah Ta’ala:“Sungguh shalat
itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Sedangkan mengingat Allah amat
besar (manfaatnya) Allah tahu apa yang kamu perbuat.”
Firman Allah
pula:“Yang mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan yakin terhadap adanya
akhirat, merekalah orang-orang yang berjalan di atas pimpinan Tuhan, merekalah
orang yang jaya.” (Luqman: 4-5).
Pada suatu hari
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bertanya pada sahabat-sahabatnya:“Apakah
pendapat kamu, apabila di muka pintu salah satu rumah kamu ada satu sungai yang
kamu mandi padanya tiap hari lima kali. Adakah tinggal olehnya kotoran?”
Serentak sahabat menjawab: “Tidak ada, Ya Rasulallah”. Beliau bersabda: “Maka
begitu juga perumpamaan shalat lima
waktu, dengan itu Allah menghapus kesalahan.” (Muttafaq ‘alaih).]Mursyidi, Shalat Sebagai Kewajiban Orang Muslim, www.alsofwah.or.id/khutbah].
3.
Berpuasa Pada Bulan Ramadhan
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 183)
Merupakan satu
rahmat Allah swt. bahwa Ayatus
Shiyam, yaitu ayat-ayat yang berbicara tentang puasa dalam
berbagai pembahasannya dapat dengan mudah ditemukan karena berada pada satu
surah secara berurutan di dalam surah Al-Baqarah dari ayat 183 hingga ayat 187.
Dan ayat di atas merupakan ayat pertama yang menjadi landasan qath’i –pasti-
atas kewajiban puasa bagi seluruh umat Islam.
Dari kelima ayat
yang berada dalam susunan ayatus
shiyam, ternyata terdapat satu ayat yang berbeda dari segi
pembahasannya. Ayat ini justru berbicara tentang kedekatan Allah dengan
hamba-hamba-Nya, “Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
(Al-Baqarah: 186). Meskipun demikian, masih tetap dapat ditemukan korelasi ayat
ini dengan keempat ayatus
shiyam.
Bulan Ramadhan
yang dikenal juga dengan syahrul
ibadah dan syahrud
du’a merupakan
bulan yang sangat tepat dan memang diperuntukkan oleh Allah swt. kepada seluruh
hamba-Nya untuk menjalin dan memperkuat komunikasi dan hubungan yang baik
dengan-Nya. Betapa pernyataan kedekatan Allah swt. dengan hamba-hamba-Nya pada
susunan ayatus shiyam harus dijadikan sebagai kekuatan motivasi untuk
memperbaiki hubungan dengan-Nya yang selama ini terasa sangat jauh dan kurang
harmonis. Inilah salah satu rahasia kenapa ayat 186 ini mengapit ayatus
shiyam sebagai bagian dari makna ta’abbudi –nilai peribadatan-
yang bisa digali daripadanya.
Secara aplikatif
dalam menjalankan seluruh paket Ramadhan; dari berpuasa, sholat tarawih dan
qiyamul lail, tilawah Al-Qur’an, sampai dengan puncaknya i’tikaf tentu sangat
membutuhkan pertolongan Allah swt., maka Allah swt. membuka pintu lebar-lebar
bagi hamba-hamba-Nya untuk memohon pertolongan kepada-Nya agar senantiasa
berada dalam jalan kebenaran “La’allahum Yarsyudun”. Apalagi dalam konteks
makna ta’abbudi seperti yang disebutkan oleh Syekh Musthafa Masyhur dalam
bukunya Fiqh Da’wah bahwa salah satu prinsip yang sangat mendasar dan
harus senantiasa dijaga adalah memberi perhatian terhadap masalah tarbiyah
–pendidikan- dan aspek ibadah ritual. Kedua hal ini ibarat ruh yang ada pada
tubuh manusia, baik dalam skala individu maupun dalam skala kelompok atau
jama’ah. Pengabaian akan interaksi dan makna ta’abbudi dalam bulan
Ramadhan bisa menjauhkan seseorang dari target yang telah ditetapkan Allah
“La’allakum Tattaqun”.[Dr. Attabiq Luthfi, MA,
Mereview
Pemaknaan Ayat-Ayat Shaum, dakwatuna.com 29/8/2008 | 26
Sya'ban 1429 H].
4.
Membayarkan Zakat
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan
apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan oleh agama, dan
disalurkan kepada orang–orang yang telah ditentukan pula, yaitu delapan
golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an
surat At-Taubah ayat 60 :“Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana .”
Zakat dalam bahasa Arab mempunyai beberapa
makna :
Pertama, zakat bermakna At-Thohuru, yang
artinya membersihkan atau mensucikan. Makna ini menegaskan bahwa orang
yang selalu menunaikan zakat karena Allah dan bukan karena ingin dipuji
manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikan baik hartanya maupun jiwanya.
Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103:“Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a
kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
Kedua, zakat bermakna Al-Barakatu, yang
artinya berkah. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu membayar zakat,
hartanya akan selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT, kemudian keberkahan
harta ini akan berdampak kepada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena
harta yang kita gunakan adalah harta yang suci dan bersih, sebab harta kita
telah dibersihkan dari kotoran dengan menunaikan zakat yang hakekatnya zakat
itu sendiri berfungsi untuk membersihkan dan mensucikan harta.
Ketiga, zakat bermakna An-Numuw, yang artinya
tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan
zakat, hartanya (dengan izin Allah) akan selalu terus tumbuh dan berkembang.
Hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan
kewajiban zakatnya. Tentu kita tidak pernah mendengar orang yang selalu
menunaikan zakat dengan ikhlas karena Allah, kemudian banyak mengalami masalah
dalam harta dan usahanya, baik itu kebangkrutan, kehancuran, kerugian usaha,
dan lain sebagainya. Tentu kita tidak pernah mendengar hal seperti itu, yang
ada bahkan sebaliknya.[Pengenalan
Zakat , Baitul Maal Hidayatullah, Thursday, 10 April 2008 17:51].
5.
Menunaikan Ibadah Haji
Salah satu rukun islam yang wajib
ditunaikan bagi ummat islam yang mampu adalah
menunaikan ibadah haji ke Makkah Al Mukarramah dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah sedekat-dekatnya dengan menapaktilas perjalanan yang pernah
dilakukan oleh para Rasul Allah, Ibrahim dan Muhammad Saw. Firman Allah; "Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.."(AliImran:3;97)
Kewajiban haji bila sudah datang kepada
mereka yang mampu harus dilaksanakan walaupun dengan rukhshah atau keringanan
sebagaimana yang terjadi dizaman Rasulullah, Abdullah bin Abbas r.a. berkata, "Al-Fadhl
bin Abbas mengiringi Rasulullah, lalu datang seorang wanita dari Khats'am.
Kemudian al-Fadhl melihat kepadanya dan wanita itu melihat Fadhl. Lalu, Nabi
mengalihkan wajah al-Fadhl ke arah lain. Wanita itu berkata, 'Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-Nya untuk haji. Ayahku terkena kewajiban
itu, namun ia sudah tua bangka, tidak kuat duduk di atas kendaraan. Apakah saya
menghajikannya?' Beliau menjawab, 'Ya.' Hal itu pada Haji Wada'."
Banyak keutamaan dan pahala yang
diberikan Allah kepada orang yang datang menunaikan ibadah haji, sejak dari
ujung timur hingga ujung barat dengan syarat semata-mata mengharapkan ridha
Allah, jauh dari motivasi duniawi;" Dan berserulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, Supaya
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang Telah ditentukan atas rezki yang Allah Telah berikan
kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan
(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Allah
menggambarkan kedatangan ummat Islam untuk menunaikan ibadah haji dengan
megnendarai Unta yang kurus, hal ini
menunjukkan jauh dan sukarnya perjalanan yang ditempuh oleh jemaah haji,
apalagi mereka yang sudah lanjut usia tentu lebih sukar lagi perjalanan itu,
tapi disana jugalah letak manisnya ujian dalam menjalankan ibadah kepada Allah,
bahkan kadangkala mereka berazham untuk wafat di Mekkah saja, yaitu tanah suci
tempat ummat islam menunaikan ibadah besar setiap tahun. Ibnu Umar r.a. berkata, "Saya melihat
Rasulullah mengendarai kendaraannya di Dzul Hulaifah. Kemudian beliau membaca
talbiyah dengan suara keras sehingga kendaraan itu berdiri tegak."
Demikian paket yang diajarkan oleh
Rasulullah tentang rukun Islam, seharusnya diamalkan secara hirarki artinya,
idealnya seorang muslim itu dia memahami terlebih dahulu tentang dua kalimat
shahadat, kemudian dengan kefahamannya itu dia menegakkan shalat, semakin faham
dengan kalimat shahadat lalu dia menunaikan puasa pada bulan Ramadhan, setelah
tuntas dan baik pengamalan puasanya, dari usahanya dilakukannya maka dia
diwajibkan untuk untuk membayarkan zakat setiap tahunnya, janganlah menunaikan ibadah
haji dulu sebelum pembayaran zakatnya dilakukan dengan baik, setelah itu
barulah menunaikan ibadah haji.
Namun dizaman sekarang, nampaknya pengamalan
ajaran rukun Islam itu dilakukan semaunya, ada yang menunaikan ibadah haji
karena dia punya harta yang banyak, sementara dua kalimat shahadat belum lagi
difahami dengan baik, shalatpun tidak jarang ditinggalkan dan puasa Ramadhan
masih belum sempurna, apalagi zakat, Wallahu
A’lam. [ Jedang Cubadak Pianggu Solok,
24 Sya’ban 1433.H/ 14 Juli 2012].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar