Rabu, 20 November 2013

3. Rukun Islam



PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

RUKUN ISLAM
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.
[رواه الترمذي ومسلم ]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang mantap.
Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam,  merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.
Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.
Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “ Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “
Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal .
Pembahasan
Islam bukan sekedar agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah secar ritual saja tapi juga sebagai dien yang mencakup seluruh aktivitas di dunia maupun di akherat. Diantara keimanan seorang muslim terhadap Islam terangkum dalam rukun islam, sejak dari mengucapkan dua kalimat shahadat, menegakkan shalat, berpuasa  pada bulan Ramadhan, menunaikan zakat dan menunaikan ibadah haji. Namun keyakinan terhadap Islam bukan sebatas mempercayakan dan menghafalkan rukun Islam saja, ada asfek-asfek lain yang perlu diyakini.

  Satu keyakinan yang masih tertanam dalam jiwa seorang muslim, seawam-awamnya mereka terhadap islam adalah asfek keyakinan yang tidak dapat mereka tolak bahkan siapa saja yang ingin melencengkannya akan dihadapi dengan segala kekuatan yang ada yaitu;

            Pertama, seorang muslim walaupun mereka belum mampu mengujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari apalagi untuk menda’wahkan adalah keyakinan bahwa islam adalah agama yang diwahyukan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad  dengan perantara Jibril tanpa bisa meeka dipengaruhi walaupun mereka tidak mampu menunjukkan dalil-dalil baik naqli maupun aqli, inilah keyakinan yang masih tertanam dalam jiwa setiap muslim, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Asy Syura 42;13 “Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.

            Kedua, seorang muslim walaupun dia tidak pernah sekolah di perguruan islam semisal Tsanawiyah, Aliyah, IAIN ataupun sebangsanya,  masih mengakui dalam jiwa kecilnya bahwa islam adalah agama yang haq yaitu agama yang benar, bebas dari polusi dan campurtangan manusia didalamnya, sedangkan agama wahyu sebelum sepertinya seperti Yahudi dan Nasrani tidak dapat dipertanggungjawabkan, apalagi agama buatan manusia yang diawali oleh tradisi dan pengkultusan seseorang. Kita mengakui dengan keyakinan yang mendalam bahwa segala bentuk isme dan agama yang ada di dunia  ini selain islam adalah bathil, haram untuk dijadikan sebagai pegangan dalam hidup apalagi sebagai way of  live yang mengatur kehidupan manusi,semisal Pancasila yang telah dijadikan sebagai berhala dan agama  baru oleh penguasa di zaman orbala [orde baru dan lama] [Sabili no.26/14 Juni 2000]Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”[Ash Shaf 61;9]

Ketiga, keyakinan yang masih melekat di hati setiap muslim adalah bahwa islam merupakan agama yang lurus, mengajak ummatnya untuk mengikuti jalan yang lurus tersebut tanpa terpengaruh oleh segala propaganda dari isme-isme lain yang menyesatkan manusia;  “Dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Yusuf 12;40]

            Keempat, keyakinan kita sebagai ummat islam tetap bahwa islam adalah agama yang bersih dari segala bentuk kotoran yang  dapat mencemari sebuah agama wahyu, dia dari Allah, dia pulalah yang memeliharanya [39;3].

            Agama islam ini bersih dari syirik yaitu watak menserikatkan Allah dengan berbagai hal, baik dengan bentuk isme-isme buatan manusia maupun segala sesuatu yang diberhalakan, peneluk islam dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang pensuciannya melalui kalimat tauhid yaitu “Laa Ilaha Illallah” artinya tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah. Orang  yang menserikatkan Allah tidak layak ada dalam naungan agama tauhid ini, sebab tiada manfaat dari amal yang dilakukan di dunia ini,syirik adalah noda dan dosa yang besar sekali, pelakunya layak berada dalam neraka sebagai balasannya [13;36].

            Kelima, keyakinan seorang muslim terhadap dienul islam adalah bahwa islam merupakan satu-satunya dien Allah yang otomatis menolak segala bentuk dien yang datang setelah atau se belumnya,”Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah islam”[Ali Imran 3;19]
            Berarti semua bentuk isme dan dien lain selain islam adalah bathil dan sia-sia, alangkah meruginya manusia bila salah memilih agama apa yang layak untuk dijadikan sebagai pegangan hidup, tapi tidak sedikit pula manusia yang mengetahui kebenaran islam namun enggan untuk mengakui kebenarannya karena beberapa faktor. Untuk menganut  apa saja memang hak setiap manusia tapi  kita berkewajiban untuk mendakwahkan Islam ini ke tengah masyarakat sehingga mereka merasakan bahwa Islam itu indah dan damai tidak sebagaimana yang non muslim khawatirkan.
Pernah suatu hari Umar bin Khaththab berhenti di depan sebuah gereja. Lalu ia minta agar rahib yang ada dalam gereja tersebut keluar menemuinya. Begitu bertemu, Umar memandang wajah sang rahib dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba air mata menetes membasahi pelipis Umar. Sahabat yang menemani Umar bertanya, apa gerangan yang terjadi pada Umar? Umar menjawab, “Ketika aku melihat wajah rahib ini, aku teringat ayat ’aamilatun nasibah tashlaa naran hamiya. Maksudnya, kasihan sang rahib ini, ia capek-capek di dunia, tetapi kelak ia akan dibakar dalam neraka.” Perhatikan bagaimana Umar memandang non-muslim dengan rasa penuh cinta dan kasih bukan dengan permusuhan.

Demikianlah sebenarnya ajaran Islam. Jangankan memperlakukan manusia, kepada binatang pun Islam mengajarkan agar kita selalu berbuat baik. Rasulullah saw. mengajarkan agar kita di saat menyembelih binatang selalu mempertajam pisau supaya binatang sembelihan tersebut tidak tersiksa.
Dalam hadits yang lain diceritakan bahwa seorang wanita ahli ibadah dimasukkan ke dalam neraka karena hanya mengikat seekor kucing sampai mati. Hadist lainnya menyebutkan bahwa seorang laki-laki pendosa diampuni oleh Allah swt. dosa-dosanya karena memberikan minum kepada seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya kehausan.
Perhatikan, betapa Islam benar-benar indah. Islam sangat menghargai kemanusiaan dan bahkan mengajarkan kasih sayang kepada binatang.[DR. Amir Faishol Fath , Islam Itu Indah, dakwatuna.com 24/10/2007 | 13 Syawal 1428 H].
            Makna syirtathal mustaqim yang selama ini kita artikan sebagai jembatan yang halus seperti rambut dibelah tujuh yang melintasi neraka, selamatlah orang yang mampu melintasinya untuk masuk ke syurga. Tapi maknanya lebih jauh adalah keislaman seseorang yang masih berada dalam jalan yang lurus yaitu jalan Islam ini.
Syirathal mustaqim itu adalah orang yang mengikuti jalan islam lalu menolak jalan selain islam. Semua isme apa saja yang tampil di dunia ini, maka sikap seorang muslim adalah barra’ yaitu mengingkarinya,memusuhi, membuat jarak dan menyingkirkannya. Di dunia ini hanya ada dua yaitu jalan Allah dan jalan syaitan, kafir atau muslim, islam atau selain islam.
            Seorang mukmin bila telah menyatakan wala’ yaitu hanya loyalitas dan patuh hanya kepada Allah maka wajib untuk bara’ yaitu menolak, membenci, memusuhi, membatasi diri dan menjauhkan segala tuhan selain Allah;“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” [Al An’am 6;153]
1.      Mengucapkan Dua Kalimat Shahadat
Kalimat syahadat bukan saja syarat seseorang masuk Islam tapi memiliki beberapa kepentingan dalam kehidupan seorang mukmin, syahadat merupakan pintu gerbang ke dalam Islam [47;19] sebelum seseorang menggali lebih jauh inti sari ajaran Islam maka terlebih dahulu harus mempelajari kandungan dan isi serta makna syahadat, ibarat sebuah rumah, sebelum masuk kamarnya tentu masuk melalui pintu gerbangnya terlebih dahulu.

Syahadat merupakan inti ajaran Islam [21;25], ayat Al Qur’an dan Hadits Rasul yang jumlahnya sekian ribu, intinya hanya satu yaitu mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah, bahkan seandainya Al Qur’an dan Hadits tidak diturunkan Allah, maka cukuplah Kalimat Syahadat itu saja, sudah mengajak kita ke jalan Allah yang sebenarnya.”Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main”

Syahadat merupakan dasar perubahan dan dasar pembaharuan ummat, siapa saja yang mau hidupnya baik, maka harus kembali mengamalkan kalimat tauhid ini [6:122] bila tidak dan bahkan mencari kalimat lain tentu saja mereka akan sesat.
”Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”

Syahadat merupakan keutamaan yang agung, Allah menggambarkan bagi orang yang mengamalkan kalimat syahadat seperti pohon yang tegar, akarnya menghunjam ke bumi, daunnya menjulang ke langit dan setiap musim memberikan buah kepada penduduk bumi, dan sebaliknya, orang yang tidak mengamalkan kalimat syahadat seperti pohon yang sudah meranggas, akarnyapun sudah tercerabut sehingga tidak ada manfaatnya [14;24-27].

Syahadat merupakan hakekat da’wah para Rasul, semua Nabi dan Rasul hanya mengibarkan satu bendera yaitu “Laa Ilaaha Illallah” mereka berkewajiban mengajak manusia untuk mengesakan Allah dan menjauhi syirik [3;21, 16;37]   ”Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong”.

2.      Mendirikan Shalat
Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :“Dirikanlah shalat untuk mengingatku.” Dari ayat ini, kita diwajibkan oleh Allah untuk men-dirikan shalat dengan tujuan mengingatNya. Karena dengan shalatlah kita coba mendekatkan diri dan selalu mengingat Allah, dalam keseharian kita, dan inipun adalah kewajiban bagi kita sebagai seorang muslim. Firman Allah dalam Al-Qur’an:“Tidakkah Aku jadikan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembahKu” (Adz-Dzariyat: 7).
Berdasarkan ayat di atas, maka merupakan kewajiban kita untuk mengabdi dan menyembah hanya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala . Dengan menunaikan shalat lima waktu dalam sehari semalam sebagai tanda pengabdian kita kepada Allah Al-Khalik.
Terkadang orang yang tidak mengerjakan shalat itu bukan tidak tahu, bahwa shalat adalah tiang agama.Bahkan mungkin orang itupun tahu shalat itu bisa mencegah dari kejahatan dan kemungkaran. Firman Allah Ta’ala:“Sungguh shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Sedangkan mengingat Allah amat besar (manfaatnya) Allah tahu apa yang kamu perbuat.”
Firman Allah pula:“Yang mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan yakin terhadap adanya akhirat, merekalah orang-orang yang berjalan di atas pimpinan Tuhan, merekalah orang yang jaya.” (Luqman: 4-5).
Pada suatu hari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bertanya pada sahabat-sahabatnya:“Apakah pendapat kamu, apabila di muka pintu salah satu rumah kamu ada satu sungai yang kamu mandi padanya tiap hari lima kali. Adakah tinggal olehnya kotoran?” Serentak sahabat menjawab: “Tidak ada, Ya Rasulallah”. Beliau bersabda: “Maka begitu juga perumpamaan shalat lima waktu, dengan itu Allah menghapus kesalahan.” (Muttafaq ‘alaih).]Mursyidi, Shalat Sebagai Kewajiban Orang Muslim, www.alsofwah.or.id/khutbah].

3.      Berpuasa Pada Bulan Ramadhan
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 183)
Merupakan satu rahmat Allah swt. bahwa Ayatus Shiyam, yaitu ayat-ayat yang berbicara tentang puasa dalam berbagai pembahasannya dapat dengan mudah ditemukan karena berada pada satu surah secara berurutan di dalam surah Al-Baqarah dari ayat 183 hingga ayat 187. Dan ayat di atas merupakan ayat pertama yang menjadi landasan qath’i –pasti- atas kewajiban puasa bagi seluruh umat Islam. 

Dari kelima ayat yang berada dalam susunan ayatus shiyam, ternyata terdapat satu ayat yang berbeda dari segi pembahasannya. Ayat ini justru berbicara tentang kedekatan Allah dengan hamba-hamba-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah: 186). Meskipun demikian, masih tetap dapat ditemukan korelasi ayat ini dengan keempat ayatus shiyam.

Bulan Ramadhan yang dikenal juga dengan syahrul ibadah dan syahrud du’a merupakan bulan yang sangat tepat dan memang diperuntukkan oleh Allah swt. kepada seluruh hamba-Nya untuk menjalin dan memperkuat komunikasi dan hubungan yang baik dengan-Nya. Betapa pernyataan kedekatan Allah swt. dengan hamba-hamba-Nya pada susunan ayatus shiyam harus dijadikan sebagai kekuatan motivasi untuk memperbaiki hubungan dengan-Nya yang selama ini terasa sangat jauh dan kurang harmonis. Inilah salah satu rahasia kenapa ayat 186 ini mengapit ayatus shiyam sebagai bagian dari makna ta’abbudi –nilai peribadatan- yang bisa digali daripadanya.

Secara aplikatif dalam menjalankan seluruh paket Ramadhan; dari berpuasa, sholat tarawih dan qiyamul lail, tilawah Al-Qur’an, sampai dengan puncaknya i’tikaf tentu sangat membutuhkan pertolongan Allah swt., maka Allah swt. membuka pintu lebar-lebar bagi hamba-hamba-Nya untuk memohon pertolongan kepada-Nya agar senantiasa berada dalam jalan kebenaran “La’allahum Yarsyudun”. Apalagi dalam konteks makna ta’abbudi seperti yang disebutkan oleh Syekh Musthafa Masyhur dalam bukunya Fiqh Da’wah bahwa salah satu prinsip yang sangat mendasar dan harus senantiasa dijaga adalah memberi perhatian terhadap masalah tarbiyah –pendidikan- dan aspek ibadah ritual. Kedua hal ini ibarat ruh yang ada pada tubuh manusia, baik dalam skala individu maupun dalam skala kelompok atau jama’ah. Pengabaian akan interaksi dan makna ta’abbudi dalam bulan Ramadhan bisa menjauhkan seseorang dari target yang telah ditetapkan Allah “La’allakum Tattaqun”.[Dr. Attabiq Luthfi, MA, Mereview Pemaknaan Ayat-Ayat Shaum, dakwatuna.com 29/8/2008 | 26 Sya'ban 1429 H].

4.      Membayarkan Zakat
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan oleh agama, dan disalurkan kepada orang–orang yang telah ditentukan pula, yaitu delapan golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60 :“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk  budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .”
Zakat dalam bahasa Arab mempunyai beberapa makna :
Pertama, zakat bermakna At-Thohuru, yang artinya membersihkan atau mensucikan. Makna ini menegaskan bahwa  orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah dan bukan karena ingin dipuji manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikan baik hartanya maupun jiwanya. Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 103:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan  dan mensucikan  mereka  dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu  ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

 Kedua, zakat bermakna Al-Barakatu, yang artinya berkah. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu membayar zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT, kemudian keberkahan harta ini akan berdampak kepada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena harta yang kita gunakan adalah harta yang suci dan bersih, sebab harta kita telah dibersihkan dari kotoran dengan menunaikan zakat yang hakekatnya zakat itu sendiri berfungsi  untuk membersihkan dan mensucikan harta.
Ketiga, zakat bermakna An-Numuw, yang artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya (dengan izin Allah) akan selalu terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya. Tentu kita tidak pernah mendengar orang yang selalu menunaikan zakat dengan ikhlas karena Allah, kemudian banyak mengalami masalah dalam harta dan usahanya, baik itu kebangkrutan, kehancuran, kerugian usaha, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak pernah mendengar hal seperti itu, yang ada bahkan sebaliknya.[Pengenalan Zakat , Baitul Maal Hidayatullah, Thursday, 10 April 2008 17:51].

5.      Menunaikan Ibadah Haji
Salah satu rukun islam yang wajib ditunaikan bagi ummat islam yang mampu adalah  menunaikan ibadah haji ke Makkah Al Mukarramah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya dengan menapaktilas perjalanan yang pernah dilakukan oleh para Rasul Allah, Ibrahim dan Muhammad Saw. Firman Allah; "Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.."(AliImran:3;97)

Kewajiban haji bila sudah datang kepada mereka yang mampu harus dilaksanakan walaupun dengan rukhshah atau keringanan sebagaimana yang terjadi dizaman Rasulullah, Abdullah bin Abbas r.a. berkata, "Al-Fadhl bin Abbas mengiringi Rasulullah, lalu datang seorang wanita dari Khats'am. Kemudian al-Fadhl melihat kepadanya dan wanita itu melihat Fadhl. Lalu, Nabi mengalihkan wajah al-Fadhl ke arah lain. Wanita itu berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah mewajibkan hamba-Nya untuk haji. Ayahku terkena kewajiban itu, namun ia sudah tua bangka, tidak kuat duduk di atas kendaraan. Apakah saya menghajikannya?' Beliau menjawab, 'Ya.' Hal itu pada Haji Wada'."

Banyak keutamaan dan pahala yang diberikan Allah kepada orang yang datang menunaikan ibadah haji, sejak dari ujung timur hingga ujung barat dengan syarat semata-mata mengharapkan ridha Allah, jauh dari motivasi duniawi;" Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang Telah ditentukan atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.

Allah menggambarkan kedatangan ummat Islam untuk menunaikan ibadah haji dengan megnendarai  Unta yang kurus, hal ini menunjukkan jauh dan sukarnya perjalanan yang ditempuh oleh jemaah haji, apalagi mereka yang sudah lanjut usia tentu lebih sukar lagi perjalanan itu, tapi disana jugalah letak manisnya ujian dalam menjalankan ibadah kepada Allah, bahkan kadangkala mereka berazham untuk wafat di Mekkah saja, yaitu tanah suci tempat ummat islam menunaikan ibadah besar setiap tahun.  Ibnu Umar r.a. berkata, "Saya melihat Rasulullah mengendarai kendaraannya di Dzul Hulaifah. Kemudian beliau membaca talbiyah dengan suara keras sehingga kendaraan itu berdiri tegak."

Demikian paket yang diajarkan oleh Rasulullah tentang rukun Islam, seharusnya diamalkan secara hirarki artinya, idealnya seorang muslim itu dia memahami terlebih dahulu tentang dua kalimat shahadat, kemudian dengan kefahamannya itu dia menegakkan shalat, semakin faham dengan kalimat shahadat lalu dia menunaikan puasa pada bulan Ramadhan, setelah tuntas dan baik pengamalan puasanya, dari usahanya dilakukannya maka dia diwajibkan untuk untuk membayarkan zakat setiap tahunnya, janganlah menunaikan ibadah haji dulu sebelum pembayaran zakatnya dilakukan dengan baik, setelah itu barulah menunaikan ibadah haji.

Namun dizaman sekarang, nampaknya pengamalan ajaran rukun Islam itu dilakukan semaunya, ada yang menunaikan ibadah haji karena dia punya harta yang banyak, sementara dua kalimat shahadat belum lagi difahami dengan baik, shalatpun tidak jarang ditinggalkan dan puasa Ramadhan masih belum sempurna, apalagi zakat,   Wallahu A’lam.  [ Jedang Cubadak Pianggu Solok, 24 Sya’ban 1433.H/ 14 Juli 2012].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar