Jumat, 22 November 2013

64.22 Nasihat




RIYADUSH SHALIHIN
[DITAMAN ORANG-ORANG SHALIH]


Nasihat
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

            Allah menyebutkan dalam surat Al Ashr bahwa orang yang tidak merugi itu hanya tiga yaitu orang yang beriman, orang  yang beramal shaleh dan orang yang saling mensehati satu sama lainnya. “demi masa.,  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,nkecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”[Al Ashr 103;1-3].

Melalui seorang teman, dia menceritakan kepada saya tentang informasi seorang syaikh yang masuk ke dalam Bar di Mesir, di depan pintu penjaga tidak mengizinkannya tapi dia sedikti memaksa sehingga syaikh itu dapat lolos dari penjagaan, di dalam Bar dapat dibayangkan apa yang ada, lelaki dan wanita yang campur aduk sambil canda ria dan cumbu rayu pada meja masing-masing, makanan dan minuman terhidang di meja, ada yang menikmati hidangan itu sambil tertawa dan senyum sementara musik keras asyik menemani mereka, di tengah-tengah arena banyak pasangan lelaki dan wanita sedang berdansa, asyik masyuk dengan music, birahi dan syahwat.

Ketika mereka melihat seorang syaikh masuk  Bar lansung menerobos keramaian, dia maju ke panggung mengambil pengeras suara kemudian dengan santunnya sang syaikh menyampaikan pesan dan nasehatnya kepada pengunjung Bar ini, ada yang terkejut, mengejek, menyepelekan, ada yang kagum hingga sadar, sehingga ketika pesan dan nasehat yang disampaikan, puluhan orang sadar kemudian menyadari dosa dan maksiat yang dilakukan sehingga bertaubat kepada Allah.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: “Apakah kita akan dihancurkan walaupun di antara kita terdapat orang-orang sholihin.”? Rasulullah saw. menjawab, “Ya”, bila terdapat banyak kebobrokan atau keburukan. Allah swt. menegaskan dalam surat Huud ayat 117 yang artinya: Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim sedang penduduknya orang-orang yang melakukan ishlah (perbaikan).
Di antara ciri manusia yang tidak akan merugi adalah sebagaimana yang diungkap dalam surat Al-Ashr, yaitu senantiasa saling menasihati dengan kebenaran (saling menasihati untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah) dan saling menasihati dengan kesabaran (maksudnya saling menasihati untuk bersabar menanggung musibah atau ujian). Surat ini amat penting sehingga ada riwayat dari Imam At-Thabrani dari Ubaidillah bin Hafsh yang menyatakan bahwa dua orang sahabat nabi bila bertemu, maka tidak berpisah kecuali membaca surat Al-Ashr, kemudian mengucapkan salam untuk perpisahan.
Imam As-Syafi’i pernah mengatakan: “Seandainya manusia mau merenungi kandungan surat Al-Ashr, pasti cukuplah itu bagi kehidupan mereka.”
Di antara hak seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus memberinya, dalam artian ia harus menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat.” (HR Bukhari)[Budayakan Saling Menasehati14/5/2009 | 20 Jumadil Awal 1430 H, Tim dakwatuna.com].
Imam An Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin Bab 22 dengan judulNasihat” menyebutkan tentang topik ini berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw, yaitu;

Allah Ta'ala berfirman:"Hanyasanya sekalian orang yang beriman itu adalah sebagai saudara-saudara." (al-Hujurat: 10).
Allah Ta'ala berfirman sebagai pemberitahuan tentang keadaan Nuh a.s.: "Dan saya memberikan nasihat kepadamu semua." (al-A'raf: 62).

Dan tentang Hud a.s. firmanNya:"Dan saya adalah penasihat untukmu semua yang terpercaya." (al-A'raf: 68)
Adapun Hadis-hadisnya ialah:

Dari Abu Ruqayyah yaitu Tamin bin Aus ad-Dari r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Agama itu adalah merupakan nasihat." Kita semua bertanya: "Untuk siapa?" Beliau s.a.w. menjawab: "Bagi Allah, bagi kitabNya, bagi rasulNya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin serta bagi segenap umumnya ummat Islam." (Riwayat Muslim).
Sendi pokok dan tiang utama dalam Agama Islam adalah nasihat. Kata "nasihat" itu meliputi seluruh makna dan pengertian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan bagi orang yang dinasihati.

Dalam Hadis di atas dijelaskan intisari dan pengertian nasihat itu, yakni:
Bagi Allah yakni dengan iman pada Allah dan tampaknya tanda-tanda kemuliaan Allah, bagi kitab Allah yakni dengan mengenang-ngenangkan arti-artinya serta mengamalkan, apa saja yang tercantum di dalamnya. Bila ini sudah diamalkan, maka orang itu telah dinasihati oleh jiwanya sendiri.

Bagi Rasul Allah yakni dengan mengikuti segala perintah-perintahnya serta tunduk dan menjauhi larangan-larangannya. Bagi pemimpin-pemimpin Islam yakni dengan meminta nasihat-nasihat dan fatwa-fatwa mereka yang mengenai hukum-hukum agama yang semuanya itu tentu diambil dari pokok-pokoknya yakni al-Quran dan Hadis, dan bagi segenap ummat Islam yakni memimpin mereka ini pada jalan yang benar serta diridhai Allah, juga menunjukkan kepada mereka ini mana-mana yang baik (benar) dan mana-mana yang jelek (salah).

Dari jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Saya membaiat kepada Rasulullah s.a.w. untuk mendirikan shalat, memberikan zakat dan memberi nasihat kepada setiap orang Islam." (Muttafaq 'alaih).

Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Tidak sempurnalah keimanan seseorang itu sehingga ia mencintai kepada saudaranya - sesama musliminnya - perihal apa-apa yang ia mencintai untuk dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih).

Saudara yang dimaksud di sini, kalau menurut uraian Ibnul 'Imaad ialah bukan hanya sesama Islam saja, tetapi umum, sehingga orang kafirpun masuk di dalamnya, yakni harus kita cintai sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Cinta kepada saudara yang kafir ialah dengan menginsafkan dan agar segera masuk Islam supaya selamat dirinya, di dunia dan akhirat. Karena itu disunnahkan mendoakan orang kafir itu agar mendapat petunjuk.
Adapun cinta pada saudara yang muslim ialah dengan terus-menerus ikut mengusahakan agar ia senantiasa tetap dalam keIslamannya.

 Bahkan Allah juga mengajarkan kepada kita agar saling memberikan nasehat dan wasiat agar dapat mengingatkan saudara kita yang lupa dan menyadarkan mereka yang lalai.

Dalam surat Al An'am 6;151-152 Allah menerangkan sebanyak sebelas pesan-Nya untuk hamba dalam rangka mengokohkan ketauhidan seorang muslim, agar menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat merusak kepribadian sehingga derajat taqwa dapat diraih;

"Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
1.janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
2.berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa,
3.dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena takut kemiskinan
4.kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka,
5.dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
   nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
6.dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) 
   melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". demikian   itu yang diperintahkan
   kepadamu supaya kamu memahami(nya).
7.Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
   lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
8.dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
9.kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar 
  kesanggupannya.
10.dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia
   adalah kerabat(mu),
11.dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
  kamu ingat.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah mengoreksi para penguasa melalui mimbar termasuk manhaj para salaf (ulama terdahulu)? Bagaimana cara mereka menasehati para penguasa?
Jawaban. Mengekspos aib para penguasa dan mengungkapkannya di atas mimbar tidak termasuk manhaj para ulama dahulu, karena hal ini bisa menimbulkan kekacauan dan mengakibatkan tidak dipatuhi dan didengarnya nasehat untuk kebaikan, di samping dapat melahirkan kondisi berbahaya dan sama sekali tidak berguna. Cara yang dianut oleh para ulama dahulu adalah dengan memberikan nasehat secara khusus, yaitu antara mereka dengan para penguasa, atau dengan tulisan, atau melalui para ulama yang biasa berhubungan dengan mereka untuk mengarahkan kepada kebaikan.

Mengingkari kemungkaran tidak perlu dengan menyebutkan pelaku. Mengingkari perbuatan zina, riba dan sebagainya, tidak perlu dengan menyebutkan pelakunya, cukup dengan mengingkari kemaksiatan-kemaksiatan tersebut dan memperingatkannnya kepada masyarakat tanpa perlu menyebutkan bahwa si fulan telah melakukannya. Hakim pun tidak boleh menyebutkan begitu, Apalagi yang bukan hakim.

Ketika terjadi suatu fitnah di masa pemerintahan Utsman, ada orang yang bertanya kepada Usaman bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu :"Tidakkah engkau memprotes Utsman?" la menjawab, "Aku tidak akan memprotesnya di hadapan masyarakat, tapi aku akan memprotesnya antara aku dengan dia, aku tidak akan membukakan pintu keburukan bagi masyarakat"

Tatkala orang-orang membeberkan keburukan di masa pemerintah Utsman Radhiyallahu ‘anhu, yang mana mereka memprotes Utsman dengan terang-terangan, sehingga merebaklah petaka, pembunuhan dan kerusakan, yang sampai kini masih membayang pada ingatan manusia, hingga terjadinya fitnah antara Ali dengan Mu'awiyah, lalu terbunuhnya Utsman dan Ali karena sebab-sebab tersebut dan terbunuhnya sekian banyak shahabat dan lainnya karena protes yang terang-terangan dan menyebutkan aib dengan terang-terangan, sehingga menimbulkan kemarahan masyarakat terhadap pemimpin mereka, yang akhirnya membunuh sang pemimpin. Semoga Allah memberikan keselamatan kepada kita semua. [Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Mengoreksi Para Penguasa Dari Atas Mimbar, Penggerebekan Dan Penghancuran Tempat Maksiat, almanhaj.or.id, Senin, 19 Mei 2008 13:24:49 WIB].

Pada setiap daerah sebenarnya ada petuah, nasehat atau wasiat yang disampaikan kepada generasi seperti secara adat Minangkabau dibawah ini dengan pantunnya; ”elok-elok manyubarang, jan sampai titian patah, elok-elok dirantau urang, jan sampai babuek salah”.

Yang artinya bersikap baiklah bila hidup di rantau orang janganlah sampai berbuat  salah, atau pantun lainnya mengatakan ikan beli belanak beli, ikan panjang beli dahulu, kawan cari sanakpun cari, induk semang cari dahulu, artinya andaikata kita ke rantau silahkan cari kawan dan keluarga tapi carilah dahulu majikan atau bos tempat bekerja, jangan mengandalkan keluarga dan kawan.

Walaupun Nabi Ibrahim dan Ya'kub adalah Rasulullah tapi mereka juga khawatir terhadap anak dan keturunan mereka, sehingga pesan itu digambarkan Allah dalam firman-Nya;" Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".[Al Baqarah 2;132].

Sebagai seorang pendidik yang sangat bijak, nama Lukman Al Hakim tercantum dalam Al Qur'an bahkan butir-butir wasiatnya diabadikan Allah dalam surat Lukman 31; 13-18 diantaranya;
”dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
”dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
” dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
”(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
”dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Nasihat itu sangat penting sekali disampaikan kepada orang-orang tertentu seperti anak, isteri dan kerabat dalam rangka mengantisipasi dan menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak kepribadian. Banyak nasehat yang dapat kita petik dari berbagai momen seperti khutbah jum’at yang setiap seminggu sekali wajib  dihadiri oleh kaum muslimin, khutbah dua hari raya ataupun pengajian dan pengajaran yang kita dengarkan melalui ceramah di masjid, televise ataupun di radio, semuanya itu mengandung ilmu yang wajib untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, Wallahu a’lam [Cubadak Pianggu Solok, 01 Zulqaidah 1434.H/06 September 2013].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar