PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
MENUNDUKKAN
HAWA NAFSU
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
[حَديثٌ
حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash
radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda
: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa “ Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah
dengan sanad yang shahih. (Hadits
ini tergolong dho’if. Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah,
karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syaikh Al
Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab)
Pembahasan:
Untuk menjaga agar
iman seseorang terpelihara dengan baik
maka perlu adanya sikap untuk memahami pandangan hidup tentang tauhid,
yaitu sikap hidup yang hanya menjadikan Allah saja sebagai Ilah, pada kalimat
lain Sayid Qutb mengataka,”Jangan ada lagi Tuhan selain Allah”.
Sikap seorang mukmin terhadap Allah adalah rela
menjadikan dirinya sebagai hamba yang wajib mengabdikan seluruh potensi
hidupnya hanya kepada-Nya [Adz Dzariyat 51;56]; "Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".
Terhadap manusia sikap seorang mukmin adalah bermuamalah
yaitu menjalin hubungan sosial dengan siapapun tanpa mengorbankan aqidah dan
mencemari tauhid [Ali Imran 3;112];"Mereka diliputi kehinaan di mana
saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan
tali (perjanjian) dengan manusia[218], dan mereka kembali mendapat kemurkaan
dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu, Karena mereka
kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar.
yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas"
Sedangkan kepada
alam, mukmin berperan sebagai khalifah yang berkewajiban untuk memakmurkan alam
raya ini sesuai dengan kemampuannya [Al Baqarah 2;30]; "Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Pentingnya iman dalam kehidupan, karena dia merupakan
dasar segala amal, bila amaliyah yang dilakukan tanpa dimotivasi oleh iman maka
percumalah amalnya [An Nahl 16;97];"Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya
akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah
mereka kerjakan"
Namun demikian terlalu banyak yang dapat menggerogoti
iman seseorang. Musuh iman yang paling dekat dengan kita adalah hawa nafsu yang
mengajak manusia kepada kesesatan, menjauhkan manusia dari keimanan. Dia tidak
mengenal benar dan salah tapi mengenal menang dan kalah, tidak menemukan
kebenaran halal dan haram tapi asal tujuan tercapai, cara tidak diperhitungkan;
“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha penyanyang.” [Yusuf 12;53]
Karena memperturutkan hawa nafsu dapat menghilangkan nur
iman seseorang sebagaimana sabda Rasulullah “Barangsiapa yang berzina maka
hilanglah cahaya iman dari dirinya”, Bahkan dikatakan dengan melaksanakan maksiat ketika itu iman
lepas dari diri seseorang sebagaimana lepasnya baju dari badan seseorang. Orang
yang memperturutkan hawa nafsu sehingga mencemari imannya maka amal baiknya
tidak diterima Allah sehingga sia-sialah kehidupannya.
Dari Abu Muhammad Abdullah
bin Amr bin Ash rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah bersabda, “Tidak
beriman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang
aku bawa.” (Hadits
shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih)
Sempurnanya iman hanya
bisa diraih dengan menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti semua petunjuk
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dengan mendahulukan kehendak
Rasulullah atas kehendak dirinya terutama ketika terjadi pertentangan kehendak.
Demikianlah banyak ayat dan hadits yang semakna dengan hadits ini. Walau secara
sanad hadits ini didha’ifkan oleh banyak ulama. Penafian iman di sini diartikan
sebagai penafian kesempurnaan. Penafian iman ada dua macam. Penafian iman sama
sekali dan penafian kesempurnaannya.
Orang yang memperturutkan hawa nafsunya
semata-mata untuk urusan duniawi semata maka mereka akan menikmati semua itu
hanya sebagai kesenangan semu, kenikmatan yang hanya sekejap, yaitu kenikmatan
yang mudah hilang dan berlalu demikian saja, sedangkan orang yang berusaha
mengendalikan nafsunya maka kenikmatan hakiki di sisi Allah akan dia rasakan, Rasulullah
bersabda,
"Akan tiba satu jaman atas manusia dimana perhatian mereka hanya tertuju pada urusan perut dan kehormatan mereka hanya benda semata-mata. Kiblat mereka hanya urusan wanita (seks) dan agama mereka adalah harta mas dan perak. Mereka adalah makhluk Allah yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang menyenangkan di sisi Allah."(HR. Ad-Dailami)
Kita tidak dilarang untuk mereguk
nikmatnya dunia dengan cara baik lagi halal sebagai sarana dalam hidup ini,
tapi janganlah hal itu menjadi tujuan, sebab akan menjadikan kita orang yang
tidak bersyukur, tentang masalah harta dan keduniaan kita diharapkan untuk
melihat orang yang lebih susah atau yang lebih menderita sehingga tidak merasa
kecil apa yang kita miliki, Rasulullah bersabda,"Pandanglah orang yang
di bawah kamu dan janganlah memandang kepada yang di atasmu, karena itu akan
lebih layak bagimu untuk tidak menghina kenikmatan Allah untukmu" (HR.
Muslim)
Kenikmatan nafsu yang diperturutkan
baik nafsu terhadap harta, nafsu
berkuasa dan nafsu syahwat akan
dirasakan hanya seketika, tapi akibatanya akan berkelanjutan hingga akhir hayat
bahkan di akherat kelak, sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasululah,
"Mungkin pelampiasan nafsu syahwat sebentar berakibat kesedihan yang
lama"(HR. Al-Baihaqi)
Banyak kasus yang terjadi,
gara-gara melampiaskan nafsu harta akhirnya korupsi, mencuri dan melakukan
transaksi yang diharamkan agama, mampu diperoleh semua harta yang diingini tapi
kesengsaraannya dirasakan dengan mendekam dalam penjara sekian tahun, dengan
memperturutkan nafsu berkuasa sehingga dapat diraih kekuasaan itu, tapi tidak berapa lama dijadikan sebagai buron
karena menelan uang negara sekian juta dan melakukan kemaksiatan lainnya,
begitu juga dengan nafsu syahwat
melalui berzina lalu hamil, maka hal
tersebut menimbulkan trauma yang dalam dan berkepanjangan bagi sang wanita.
Orang tua dan keluarga menjadi sedih dan malu. Juga akibat-akibat buruk lainnya
yang dapat terjadi diluar perkiraan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, menceritakan,
terdapat tiga orang pemuda yang sedang melakukan perjalanan. Ketika hari sudah
malam, mereka masuk ke dalam gua dengan maksud untuk menginap di dalam gua satu
malam saja. Setelah mereka berada di dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh
dari puncak bukit itu dan persis menutupi pintu gua. Mereka mencoba
mengeluarkan segala tenaga untuk menggeser batu besar itu. Tapi sedikitpun
tidak bergerak, sebab memang beratnya bukan imbangan tenaga manusia. Dengan
demikian mereka terkurung di dalam gua dan mungkin akan menemui ajalnya.
Pada saat-saat yang kritis itu mereka menyadari
sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat memberikan jalan keluar bagi mereka dari
kesulitan itu selain pertolongan Allah semata. Mereka memutuskan untuk berdo’a
kepada Allah dengan menyebutkan amalan ikhlas yang pernah dilakukan, secara
bergantian ketiganya berdo’a dengan khusyu’, salah seorang dari mereka adalah
pemuda yang mampu menundukkan nafsu syahwatnya;”Ya Allah, aku adalah seorang pemuda yang punya kekasih, kebetulan dia
anak pamanku yang cantik. Pada suatu hari aku berdua saja dengannya
berjalan-jalan sehingga kami berada pada tempat yang jauh, tidak ada orang
lain, kami hanya berdua saja, sehingga
timbul syahwaku untuk menggaulinya dan diapun pasrah. Saat aku berada di atasnya untuk melakukan perbuatan nista
itu aku sadar dan lari meninggalkannya, sungguh ya Rabbi semua itu karena
hidayah-Mu dan aku tidak jadi melakukan perbuatan terkutuk itu, ya Allah bila
ini suatu kebaikan maka selamatkanlah kami dari derita ini ”.
Tidak berapa lama sesudah pemuda itu berdo’a secara
otomatis batu itu bergulir kencang meninggalkan mulut gua, maka selamatlah
mereka dari bencana yang nyaris membunuh ketiganya. Rasulullah bersabda dengan
membawakan firman Allah dalam hadits Qudsi: "Pandangan mata adalah panah
beracun dari antara panah-panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya
karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis
dalam hatinya."
(HR. Al Hakim) wallahu a'lam[Cubadak Solok, 24
Zulhijjah 1431.H/1 Desember 2010.M].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar