Kamis, 21 November 2013

41. Menundukkan Hawa Nafsu



PEMBAHASAN HADITS ARBA’IN AN NAWAWIYAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros

MENUNDUKKAN HAWA NAFSU 
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ
[حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “  Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih. (Hadits ini tergolong dho’if. Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syaikh Al Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab)
Pembahasan:
Untuk menjaga agar iman seseorang terpelihara dengan baik  maka perlu adanya sikap untuk memahami pandangan hidup tentang tauhid, yaitu sikap hidup yang hanya menjadikan Allah saja sebagai Ilah, pada kalimat lain Sayid Qutb mengataka,”Jangan ada lagi Tuhan selain Allah”. 

Sikap seorang mukmin terhadap Allah adalah rela menjadikan dirinya sebagai hamba yang wajib mengabdikan seluruh potensi hidupnya hanya kepada-Nya [Adz Dzariyat 51;56]; "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".

Terhadap manusia sikap seorang mukmin adalah bermuamalah yaitu menjalin hubungan sosial dengan siapapun tanpa mengorbankan aqidah dan mencemari tauhid [Ali Imran 3;112];"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia[218], dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu, Karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas"

 Sedangkan kepada alam, mukmin berperan sebagai khalifah yang berkewajiban untuk memakmurkan alam raya ini sesuai dengan kemampuannya [Al Baqarah 2;30]; "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Pentingnya iman dalam kehidupan, karena dia merupakan dasar segala amal, bila amaliyah yang dilakukan tanpa dimotivasi oleh iman maka percumalah amalnya [An Nahl 16;97];"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan"

Namun demikian terlalu banyak yang dapat menggerogoti iman seseorang. Musuh iman yang paling dekat dengan kita adalah hawa nafsu yang mengajak manusia kepada kesesatan, menjauhkan manusia dari keimanan. Dia tidak mengenal benar dan salah tapi mengenal menang dan kalah, tidak menemukan kebenaran halal dan haram tapi asal tujuan tercapai, cara tidak diperhitungkan; “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” [Yusuf 12;53]

Karena memperturutkan hawa nafsu dapat menghilangkan nur iman seseorang sebagaimana sabda Rasulullah “Barangsiapa yang berzina maka hilanglah cahaya iman dari dirinya”, Bahkan dikatakan  dengan melaksanakan maksiat ketika itu iman lepas dari diri seseorang sebagaimana lepasnya baju dari badan seseorang. Orang yang memperturutkan hawa nafsu sehingga mencemari imannya maka amal baiknya tidak diterima Allah sehingga sia-sialah kehidupannya.

Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa.” (Hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih)

Sempurnanya iman hanya bisa diraih dengan menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti semua petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dengan mendahulukan kehendak Rasulullah atas kehendak dirinya terutama ketika terjadi pertentangan kehendak. Demikianlah banyak ayat dan hadits yang semakna dengan hadits ini. Walau secara sanad hadits ini didha’ifkan oleh banyak ulama. Penafian iman di sini diartikan sebagai penafian kesempurnaan. Penafian iman ada dua macam. Penafian iman sama sekali dan penafian kesempurnaannya.

Orang yang memperturutkan hawa nafsunya semata-mata untuk urusan duniawi semata maka mereka akan menikmati semua itu hanya sebagai kesenangan semu, kenikmatan yang hanya sekejap, yaitu kenikmatan yang mudah hilang dan berlalu demikian saja, sedangkan orang yang berusaha mengendalikan nafsunya maka kenikmatan hakiki di sisi Allah akan dia rasakan, Rasulullah bersabda,

"Akan tiba satu jaman atas manusia dimana perhatian mereka hanya tertuju pada urusan perut dan kehormatan mereka hanya benda semata-mata. Kiblat mereka hanya urusan wanita (seks) dan agama mereka adalah harta mas dan perak. Mereka adalah makhluk Allah yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang menyenangkan di sisi Allah."(HR. Ad-Dailami)

Kita tidak dilarang untuk mereguk nikmatnya dunia dengan cara baik lagi halal sebagai sarana dalam hidup ini, tapi janganlah hal itu menjadi tujuan, sebab akan menjadikan kita orang yang tidak bersyukur, tentang masalah harta dan keduniaan kita diharapkan untuk melihat orang yang lebih susah atau yang lebih menderita sehingga tidak merasa kecil apa yang kita miliki, Rasulullah bersabda,"Pandanglah orang yang di bawah kamu dan janganlah memandang kepada yang di atasmu, karena itu akan lebih layak bagimu untuk tidak menghina kenikmatan Allah untukmu" (HR. Muslim)

Kenikmatan nafsu yang diperturutkan baik  nafsu terhadap harta, nafsu berkuasa dan nafsu syahwat  akan dirasakan hanya seketika, tapi akibatanya akan berkelanjutan hingga akhir hayat bahkan di akherat kelak, sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasululah, "Mungkin pelampiasan nafsu syahwat sebentar berakibat kesedihan yang lama"(HR. Al-Baihaqi)

Banyak kasus yang terjadi, gara-gara melampiaskan nafsu harta akhirnya korupsi, mencuri dan melakukan transaksi yang diharamkan agama, mampu diperoleh semua harta yang diingini tapi kesengsaraannya dirasakan dengan mendekam dalam penjara sekian tahun, dengan memperturutkan nafsu berkuasa sehingga dapat diraih kekuasaan itu, tapi  tidak berapa lama dijadikan sebagai buron karena menelan uang negara sekian juta dan melakukan kemaksiatan lainnya, begitu juga dengan nafsu  syahwat melalui  berzina lalu hamil, maka hal tersebut menimbulkan trauma yang dalam dan berkepanjangan bagi sang wanita. Orang tua dan keluarga menjadi sedih dan malu. Juga akibat-akibat buruk lainnya yang dapat terjadi diluar perkiraan.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, menceritakan, terdapat tiga orang pemuda yang sedang melakukan perjalanan. Ketika hari sudah malam, mereka masuk ke dalam gua dengan maksud untuk menginap di dalam gua satu malam saja. Setelah mereka berada di dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari puncak bukit itu dan persis menutupi pintu gua. Mereka mencoba mengeluarkan segala tenaga untuk menggeser batu besar itu. Tapi sedikitpun tidak bergerak, sebab memang beratnya bukan imbangan tenaga manusia. Dengan demikian mereka terkurung di dalam gua dan mungkin akan menemui ajalnya.

Pada saat-saat yang kritis itu mereka menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat memberikan jalan keluar bagi mereka dari kesulitan itu selain pertolongan Allah semata. Mereka memutuskan untuk berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amalan ikhlas yang pernah dilakukan, secara bergantian ketiganya berdo’a dengan khusyu’, salah seorang dari mereka adalah pemuda yang mampu menundukkan nafsu syahwatnya;”Ya Allah, aku adalah seorang pemuda yang punya kekasih, kebetulan dia anak pamanku yang cantik. Pada suatu hari aku berdua saja dengannya berjalan-jalan sehingga kami berada pada tempat yang jauh, tidak ada orang lain, kami hanya  berdua saja, sehingga timbul syahwaku untuk menggaulinya dan diapun pasrah. Saat aku berada  di atasnya untuk melakukan perbuatan nista itu aku sadar dan lari meninggalkannya, sungguh ya Rabbi semua itu karena hidayah-Mu dan aku tidak jadi melakukan perbuatan terkutuk itu, ya Allah bila ini suatu kebaikan maka selamatkanlah kami dari derita ini ”.

Tidak berapa lama sesudah pemuda itu berdo’a secara otomatis batu itu bergulir kencang meninggalkan mulut gua, maka selamatlah mereka dari bencana yang nyaris membunuh ketiganya. Rasulullah bersabda dengan membawakan firman Allah dalam hadits Qudsi: "Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya." (HR. Al Hakim) wallahu a'lam[Cubadak Solok, 24 Zulhijjah 1431.H/1 Desember 2010.M].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar